“Ada masalah, Mbak?” tanya salah satu panitia acara pelatihan creative writing untuk siswa di sebuah SDIT di daerah Mojokerto. Ia melihat saya masih mengutak-atik laptop saya yang belum memperlihatkan tanda-tanda siap digunakan, padahal ratusan siswa peserta, termasuk kepala sekolah dan guru telah cukup lama menunggu.
![]() |
ASUS Zenbook S14 OLED adalah sahabat tangguh dan fungsional andalan perempuan produktif. (Dok: ASUS) |
Hingga beberapa menit kemudian saya menyerah. “Kayaknya saya pakai laptop Njenengan (Anda) saja, Bu. Maaf, laptop saya agak lambat. Untung file-nya sudah saya copy ke flashdisk. Sekali lagi maaf ya, Mbak.”
Dengan agak menahan malu, saya
akhirnya berpindah laptop dan menggunakan laptop sekolah yang tampak lebih
canggih sehingga acara bisa dimulai meski agak sedikit terlambat. Untungnya, materi
presentasi yang saya bawakan sangat menarik dan membuat anak-anak antusias
karena penuh dengan video, animasi, atau grafis yang menarik. Laptop sekolah itu
bisa dibilang turut menyelamatkan performance saya saat itu.
sempat melirik laptop apa yang digunakan oleh sekolah itu. Pantas saja kinerjanya sat set wat wet,laptopnya merek ASUS yang jelas bisa bikin presentasi dan tugas saya lebih mudah, cepat, dan lancar. Saat itu saya makin yakin, laptop ASUS memang sangat bisa diandalkan untuk jadi asisten pribadi saya yang nggak bakal bikin kecewa dan malu seperti pengalaman saya di awal pagi itu.
Siapa Bilang Perempuan Aktif Gak Butuh Laptop Canggih?
Sering kali saya bertemu dengan teman atau tetangga yang
menjawab, “Saya “cuma” ibu rumah tangga, Mbak.” Ucapan bernada inferior alias
minder itu, entah sudah berapa ratus atau ribuan kali saya dengar ketika
bertanya tentang kegiatan harian para ibu itu. Mereka mengucapkannya tanpa ekspresi
rasa bangga sedikit pun.
Padahal, semua orang tahu persis bahwa aktivitas seorang ibu
rumah tangga itu sangat banyak dan padat. Bisa dibilang, kami para ibu rumah
tangga rasanya sering membutuhkan waktu lebih dari 24 jam dalam satu hari untuk
menyelesaikan beragam tugas.
Beragam profesi pun rasanya menyatu sekaligus dalam diri seorang IRT. Mereka bisa multitasking untuk menjadi guru, dokter/perawat, sekretaris merangkap bendahara, psikolog, chef/koki, psikolog, bahkan driver dalam keluarga atau rumah tangganya, apalagi jika mereka adalah single parent.
Saya bersyukur, saya sebagai
ibu rumah tangga juga dipercaya dan dapat mengaktualisasikan diri sebagai blogger, penulis dan editor naskah (buku
pelajaran, buku umum, dan buku anak), pengajar dan coach, dan saat ini
sedang mencoba menjadi pembuat (ide dan skenario) film. Dengan seabrek
aktivitas ini, saya dituntut untuk mampu mengatur waktu dan mobilitas agar
tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga tetap terjaga.
Saya memilih hal ini tepat ketika memutuskan resign dari perusahaan penerbitan buku beberapa belas tahun yang lalu. Ketika saya sudah memilih rumah menjadi tempat saya bereksistensi, maka saya sudah meyakini rumah tangga akan menjadi tempat saya mengaktualisasikan diri dan menjadikan keluarga sebagai fokus menciptakan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan.
Seorang ibu pasti merupakan sosok
yang diharapkan menenteramkan Akan tetapi, seorang ibu rumah tangga juga harus
menjadi individu yang bahagia dan tenteram terlebih dulu untuk menebarkan hal
tersebut di keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, seorang IRT tetap
membutuhkan pengembangan dan pengaktualisasian diri. Oleh karena itulah,
seorang ibu rumah tangga yang sangat aktif dan memiliki mobilitas yang tinggi,
seperti saya membutuhkan perangkat dan asisten yang bisa diandalkan untuk
memanajemen setiap aktivitasnya.
Manajemen Waktu dan Pekerjaan Tak Bisa Ditunda!
Saya kadang mengalami kendala,
beberapa kali bahkan berakhir dengan kegagalan, akibat kurangnya manajemen dan
dukungan perangkat yang saya miliki. Pernah terjadi, saya sudah membuat design
untuk pembuatan pitch deck film, tetapi akibat laptop yang performanya menurun
drastis karena sering terguncang saat perjalanan akhirnya membuat saya
kehilangan kesempatan melaju ke tahap berikutnya.
Mobilitas saya sebagai IRT memang sangat tinggi. Sering mampir di warkop/kafe untuk menulis blog selepas menjemput anak dari sekolah (atau kini sambang/mengunjungi anak yang mondok di pesantren), coaching materi menulis kreatif, membuat materi mengajar Al-Qur’an, mendongeng (story telling), dan menyusun administrasi di tempat belajar Omah Ngaji, membuat buku (pelajaran, novel, dan picture book), proses editing disertasi, dan membuat pitch deck/dossier dan skenario film adalah sebagian aktivitas di luar kegiatan rumah tangga.
Mobilitas saya yang sangat tinggi ini membuat saya membutuhkan perangkat
laptop yang powerful dan dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dalam beraktivitas.
Perkembangan hardware yang sangat pesat sering kali bikin saya mencari laptop
powerful yang dapat hadir dengan desain tipis, ringan, ringkas untuk dimasukkan
ke ransel sehingga gampang dibawa ke mana pun.
Mobilitas saya memang kadang tak terduga. Bisa naik-turun moda transportasi publik seperti kereta atau bus dan tak jarang pula mengendarai motor melintasi hutan dan sungai dengan menumpang rakit. Bayangkan jika laptop yang saya bawa tidak tangguh dan performanya kurang mendukung, tentu akan hadir berbagai kendala yang membuat tugas saya menjadi tidak maksimal, bahkan mengecewakan.