“Bun, kalo disuruh pilih blog yang jadi favorit, kamu mau pilih blog siapa?” Pertanyaan beberapa tahun lalu itu mungkin sudah tidak diingat lagi oleh si pemberi pertanyaan. Biasanya sih mengobrol yang kayak gini sambil menyamil kudapan tradisional kayak ketimus atau combro. Bisa jadi dia hanya ingin sekadar menguji apakah blognya masuk dalam radar saya atau tidak, heuheuheu

Yang jelas, tiba-tiba saja isi percakapan itu kembali terngiang-ngiang ketika Mbak Eno, pemilik blog Creameno membuat CR Challenge #3. Sebuah challenge yang tentu saja membuat saya mengulik kembali memori jawaban atas pertanyaan itu. Saya membayangkan Mbak Eno tengah menyeruput kopi di ruang apartemennya yang nyaman ketika menggagas ide ini. 

Terus terang ini adalah sebuah tantangan yang memecut saya untuk mencoba membuat apresiasi, minimal dengan membuat ulasan atau rekomendasi. Saya ingat bahwa saya pernah membuat beberapa daftar blog yang sudah, sedang, dan ingin sekali saya kunjungi serta membuat interaksi di sana. Sayangnya, saya ternyata lebih berbakat sebagai silent reader karena sering kali tidak sempat meninggalkan jejak di blog-blog tersebut.

Ada saja penyebab yang membuat saya tiba-tiba harus menghentikan interaksi pada blog-blog itu. Beberapa di antaranya adalah akses gawai atau perangkat yang terbatas (laptop harus gantian sama suami), sedangkan saya merasa nyaman membaca blog-blog itu di laptop. Berlama-lama membaca blog atau buku di smartphone bikin mata saya mudah lelah. Mungkinkah ini disebabkan oleh faktor U? Entahlah. Ada kalanya pula anak-anak tiba-tiba minta atensi penuh dari saya. Atau, kuota yang tiba-tiba ngambek dan gak mau berhubungan lagi kayak si mantan yang ghosting itu, ups. Tapi, yang paling sering sih karena sudah teralih oleh pekerjaan menyunting alias mengedit naskah buku. Duh, ternyata alas memang luas banget ya? 

Meski begitu, jelas saya gak mau ketinggalan ikut tantangan yang satu ini karena siapa tahu blog-blog yang saya rekomendasikan bisa memberi insight baru juga buat pembaca blog saya. Orang bilang bunga yang beraneka warna membuat pemandangan semakin menjadi indah, bukan?

Sebetulnya ada beberapa blog yang benar-benar bikin saya gembira saat membacanya, tapi berhubung pemiliknya sudah beralih hobi, maka blog itu pun ikut menguap, hiks hiks. Tapi gak apa-apa. Saya akan mencari gantinya dan ini dia blog yang jadi favorit saya saat ini yang mungkin bisa kamu intip juga. Saya tidak memasukkan blog Creameno di daftar ini karena bagaimana mungkin blog Mbak Eno bukan favorit jika saya memilih ikut serta tantangannya? Logis, bukan?

Nah, jika tertarik, kamu bisa tinggalkan jejak di sana. Ada blog gado-gado dan ada juga blog yang memiliki niche khas. Cekidot yuk!

1. belalangcerewet.com, misterblangkon.com, dan hudu.xyz


Tiga blog yang dimiliki ayah dua bocah lelaki menurut saya unik karena sependek pengetahuan saya ada postingan organik yang terselip dengan manis di antara postingan nonorganiknya. Tata bahasa yang terjalin rapi, sering kali berima, dan relatif well-edited membuat mata saya terasa nyaman saat membacanya. Maklum, profesi sebagai editor membuat saya memiliki kebiasaan “mencari-cari kesalahan”, hehehe. Postingan yang kalimatnya tertata rapi jelas aman dan membuat saya relatif lega.

Kisah-kisah yang diceritakannya, sebagian besar kisah pribadinya, juga memiliki pesan tersirat atau tersurat yang bikin saya merenung dan bertanya pada diri sendiri. Saya setuju jika ada yang bilang membaca blog ini tak pernah terasa membosankan walau tulisannya puanjaaangg dan laaamaaa …. Jika tak percaya, maka tengoklah ke sana.


2. hayaaliyazaki.com & ceritamelalak.com


Mungkin solidaritas sebagai sesama editor membuat saya menyukai blog Mbak Haya ini. Isinya ciamik dan informatif. Cerita-cerita pengalamannya, terutama terkait dunia literasi juga sangat menarik berhubung dunia ini pun sama-sama kami geluti. Salah satu, eh banyak deh, hal yang saya kagumi, Mbak Haya energinya lebih besar dari saya sehingga rajin mengelola blognya, heuheuheu


3. rajasinema.com


Blog yang satu ini jelas menjadi salah satu acuan bagi penyuka dunia film, termasuk saya. Ulasan-ulasan tentang dunia film dan perfilman seperti industrinya, pemainnya, sutradaranya, hingga strategi promonya dibahas lumayan lengkap. Saya juga bisa mencari rekomendasi film-film, baik dari Hollywood, Bollywood, Thailand, Korea Selatan, Jepang, hingga Eropa. Setelah nulis postingan ini, lanjut nonton film yang direkomendasi Bang Raja Lubis ini ah.


4. langitamaravati.com & langitamaravati.blogspot.com


Membaca blog Mbak Langit Amaravati mungkin sebuah pemenuhan atas rasa penasaran dan usaha empati saya terhadap sosok ibu satu orang anak yang cerita hidupnya menurut saya bagai roller coaster. Bakatnya yang luar biasa dalam hal teknologi IT berpadu dengan kemampuannya dalam menulis (buku/cerita fiksi) merupakan perpaduan yang unik. Perjuangannya sebagai single mother yang sedang menjalani pengobatan (psikiater) atas kesehatan jiwanya ini sangat luar biasa. 


5. naked-traveler.com


Dulu, ketika blog salsabeela.com masih aktif, saya merupakan salah satu pembacanya. Namun ketika blog itu sepertinya sudah agak lumutan karena ditinggal pemiliknya yang mungkin bertambah kesibukannya, maka saya melihat blog milik Mbak Trinity ini sebagai aternatifnya. Bukan tanpa alasan. Saya memang menyukai cerita mereka berdua dalam hal dunia traveling. Pindah tempat tinggal dari kota ke di kampung membuat saya agak linglung sehingga membaca blog traveling ini saya merasa seolah masih terhubung dengan dunia, hahaha.

Sebenarnya masih ada beberapa blog lagi yang ingin saya rekomendasikan. Tapi, lagi-lagi, tugas sudah memanggil. Next time kita sambung lagi bahas yang satu ini ya.

“Bunda, kok Adek belum ada PTS (Penilaian Tengah Semester) ya? Padahal sekolah lain sudah selesai semua,” tanya si bungsu saat kakaknya mengajak memancing. 


Kami memang menjanjikan duo krucil kami untuk mencoba kegiatan memancing dengan syarat sudah selesai kegiatan PTS agar mereka bisa fokus untuk mempersiapkan ujian yang biasanya memakan waktu lebih dari seminggu tersebut. Akan tetapi, alih-alih kami malah mendapat surat pemberitahuan dari sekolah tentang kegiatan yang cukup anti-mainstream dan membuat dua krucil kami penasaran. Isinya adalah sebuah kegiatan yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul ‘Ulum Outdoor Study Activity.


Bus Tayo siap mengajak siswa MI Thoriqul 'Ulum berkeliling sebelum acara utama.

Anak kami merupakan siswa kelas 2 di sekolah Ibtidaiyah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul ‘Ulum atau kami sering menyebutnya dengan MITU, sebuah sekolah di bawah naungan YPPI  Thoriqul ‘Ulum yang diasuh oleh KH. Abdul Wahib Muhammad Ikhsan atau sering disebut Abah Wahib. Lokasi sekolah ini berada di Jalan Mastrip Gg. Made Tegal Sebalong No. 118 Lamongan. 


Kegiatan belajar variatif agar anak kreatif


Di masa pandemi ini, MITU sudah melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) meski terbatas hanya tiga kali seminggu, yaitu hari Senin, Rabu, dan Jumat. Hanya saja dua krucil kami belum mendapat izin dari ayah mereka untuk mengikuti PTM di sekolah. Meski demikian, sekolah tetap memperkenankan orangtua dan siswa jika ingin memilih mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring (online). 


Pandemi memang merupakan tantangan tersendiri, khususnya dalam dunia pendidikan formal. Hal yang bersifat kratif dan inovatif sangat diperlukan untuk menyiasati kegiatan belajar mengajar yang sangat terbatas, baik oleh tempat maupun waktu.


Sejauh pengalaman yang sudah kami lalui selama dua tahun belakangan ini, kegiatan pembelajaran di MITU memang dilaksanakan sebagaimana layaknya pola pengajaran di madrasah ibtidaiyah pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah program pembentukan karakter santri salafi melalui shalat duha di sekolah, belajar doa-doa harian, membaca dan menghafal surah-surah pendek Al-Quran, diajarkan sopan-santun serta akhlak mulia, dan tentu saja bidang-bidang studi agama dan umum sesuai kurikulum nasional. 


Namun, MITU memiliki daya tarik lain sehingga cukup menyita perhatian kami bahkan sejak awal kegiatan orientasi sekolah mereka yang tentu saja disukai anak-anak dan meninggalkan kesan mendalam. Kegiatan itu pilihan MITU tersebut berupa aktivitas belajar outdoor yang membuat kami angkat jempol karena menjadi alternatif kegiatan belajar yang menyenangkan, tidak membosankan, dan tentu saja … gratis!


Ternyata, di masa pandemi ini MITU kembali membuat kegiatan outdoor dan kali ini melibatkan institusi dari luar untuk terlibat di dalamnya. Hal yang tentu saja harus diperhatikan dan selalu saya tanamkan pada XXBB adalah bahwa meskipun dilakukan di luar ruangan, jangan lupa atau lengah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan karena agenda kegiatan ini melibatkan banyak orang. Ada dua lembaga yang menjadi mitra pembelajaran kali ini, yaitu Komunitas Pencinta Reptil (KPR) Lamongan untuk kegiatan PTS anak-anak kelas 1 dan 2, sedangkan untuk kelas 3-6 melibatkan UD Barokah (sebuah tempat penggilingan padi) di Desa Kebet, Lamongan. 


Sayangnya, kegiatan yang sama menariknya ini tidak bisa saya liput karena jarak yang cukup jauh dari tempat kegiatan bersama Komunitas Pencinta Reptil ini. Mungkin jika benar-benar penasaran, duo krucil lain waktu bisa mampir ke tempat penggilingan beras milik paman mereka yang lokasinya tidak jauh dari rumah Mbah Utinya.


Kegiatan PTS yang bikin antusias


Acara yang diselenggarakan pada tanggal 24 Maret 2021 ini dimulai pada pukul 06.00 WIB. Untuk mengantisipasi keterlambatan, saya sudah mengantar XXBB berangkat ke sekolah sejak sepuluh menit sebelumnya. Di sana sudah menunggu sebuah bus mini (di tempat kami disebut bus Tayo) yang penampakannya mirip dengan bus rekreasi yang sering kita temui di tempat-tempat wisata. XXBB langsung berbinar-binar melihat kendaraan yang sangat disukainya itu. Bus Tayo memang favorit anak-anak dan sering digunakan untuk berkeliling desa/kota dengan tarif Rp3.000 per anak. 


Namun untuk kegiatan ini tidak ada sepeser pun dana yang ditarik karena sudah didukung oleh donatur sekolah. Setelah persiapan sana-sini, bus Tayo berangkat pada pukul 07.30 dan para orangtua murid diberikan informasi bahwa kegiatan bersama Komunitas Pencinta Reptil akan dimulai pada pukul 10.00 yang akan dilakukan di halaman Masjid Baiturrahman Made.


Berhubung saya juga memiliki agenda mengantar dan menjemput si anak sulung yang sekolah di SD negeri dan juga tengah melaksanakan PTS, maka saya menyerah mengintili bus Tayo keliling kampung/kota dan berputar arah kembali ke rumah. Niat saya adalah langsung menyambangi Masjid Baiturahman, Made untuk ikut menyaksikan kegiatan anak-anak bersama Komunitas Pencinta Reptil di sana. 


Tidak berbeda dengan anak-anak, para orangtua pun ikut antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Bagaimana tidak penasaran jika PTS semacam ini digunakan untuk menilai pembelajaran siswa. Ada enggak ya hal semacam ini di sekolah lain?


Bin(a)tangnya adalah biawak, piton, dan iguana


Saya ternyata terlambat tiba di lokasi (halaman Masjid Baiturahman) karena memang belum pernah bertandang ke masjid tersebut. Saya butuh berkeliling dulu untuk menemukan lokasinya yang ternyata tidak terlalu jauh dari belakang perumahan saya. Saya melihat anak-anak sudah duduk melingkari kakak-kakak dari KPR yang berdiri di tengah lingkaran dan masing-masing sudah menggendong binatang peliharaannya. Hawa geriming-geriming sebenarnya sudah mulai terasa di kuduk saya, tetapi tetap saya beranikan diri untuk melihat dari dekat.


Para siswa yang sejak berangkat dari sekolah sudah dibekali oleh kertas tugas PTS terlihat antusias memperhatikan dan menyimak penjelasan dari Kakak KPR dan sesekali mencatat informasi penting yang mereka dapatkan. XXBB yang memang menyukai jenis hewan reptil ini dan sudah memiliki berbagai bahan bacaan berkaitan dengan reptil terlihat sangat konsentrasi dan sesekali menjadi narasumber bagi teman-temannya yang masih belum paham.


Siswa MI Thoriqul Ulum Lamongan memegang reptil, bermain sekaligus belajar.

Hewan-hewan yang menjadi bintang dalam kegiatan tersebut adalah biawak atau nyambek (bahasa Jawa), ular berjenis phyton, serta iguana berusia tujuh tahun dan anaknya yang berusia empat bulan. Makanan, cara bergerak, dan cara memelihara hewan-hewan itu adalah beberapa hal yang dijelaskan oleh kakak-kakak dari KPR. Biawak yang bergerak dengan cara merayap sering kali memakan tikus, ikan, ayam, bahkan telur. 


Salah satu orangtua ikut mengiyakan informasi tersebut karena ia sering kehilangan ayam dan telur di rumahnya. Demikian pula dengan ular phyton, si hewan melata yang juga suka memangsa tikus dan unggas kecil. Adapun makanan iguana adalah tumbuhan-tumbuhan dan buah-buahan. Melihat iguana yang sedang merayap serasa melihat hewan dari masa prasejarah karena bentuknya yang bersisik dan menurut XXBB mirip stegosaurus.


Setelah kakak-kakak KPR selesai memberikan penjelasan, tibalah saatnya berkenalan lebih dekat dengan hewan-hewan reptil tersebut. Para siswa diperkenankan untuk memegang, mengusap, bahkan menggendong hewan yang terlihat menakutkan, tetapi sangat menarik rasa penasaran anak-anak itu. Satu per satu anak maju dan memberanikan diri memegang salah satu hewan dengan ekspresi wajah yang takut-takut tetapi mupeng. 


Para orangtua juga tak kalah antusias untuk mengabadikan “keberanian” anak-anaknya dengan smartphone masing-masing meski dari wajahnya tampak gentar, hahaha. XXBB tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan meminta giliran untuk memegang, mengusap-usap, dan menggendong hewan-hewan itu. Lumayan lama juga kegiatan itu hingga tak terasa pagi sudah merambat siang.


Ingin lebih lama


Anak-anak belum puas bercengkerama dengan reptil-reptil tersebut, tetapi kegiatan harus segera diakhiri karena jam telah menjelang pukul 11.00 dan udara sudah terasa cukup panas. Sambil menunggu kakak-kakak mengemas kembali hewan-hewan reptil tersebut dan memasukkannya ke kandang portable, anak-anak diberikan waktu beristirahat sambil mengudap roti dan minuman. Orangtua yang sudah datang dipersilakan untuk menjemput anaknya masing-masing. Namun apalah daya, anak-anak tetap memilih naik bus Tayo yang akan membawa mereka kembali ke sekolah. Haddeuuuhhh ….  


Wajah-wajah puas dan gembira terlihat dari para peserta kegiatan tersebut. Para orangtua dan guru pun berharap acara semacam ini bisa diselenggarakan lagi di waktu yang akan datang. Kepala sekolah MITU, Mat Kholidun, M.Pd, pernah mengungkapkan bahwa saat ini ini sekolah maupun orangtua perlu menyiapkan anak-anak untuk aktif dan kreatif serta siap berkolaborasi. 


Tampaknya kegiatan seperti ini merupakan salah satu upaya MITU untuk memperoleh keberhasilan dalam hal tersebut, salah satu hal yang kami pun sepakat. Semoga pandemi segera berakhir dan semua bisa berjalan secara normal kembali sehingga kegiatan belajar di sekolah tidak lagi terbatas. Bagaimana dengan pengalaman sekolah yang lain ya?  

Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk mengambil jeda di antara padatnya aktivitas selama seminggu kemarin. Saya termasuk orang yang menjadikan akhir pekan sebagai waktu untuk menikmati buku-buku secara lebih santai. Tak harus duduk di balkon apartemen mewah, santai membaca buku di beranda rumah mungil sambil ditemani camilan dan secangkir teh atau kopi pun sudah kenikmatan yang tidak bisa ditukar dengan apa pun, hehe .... 

Nah, mungkin ada di antara 15 buku novel tentang perempuan yang asyik dibaca saat akhir pekan ini menarik minatmu. Jangan-jangan ada yang sudah pernah membacanya juga. Ayooo ngaku! 

1. The Virgin Blue (Tracy Chevalier)


The Virgin Blue adalah sebuah novel yang juga berlatar belakang sejarah, yaitu reformasi Protestan di abad keenam belas yang diawali oleh Martin Luther. Perseteruan antara kaum Katolik dan Protestan saat itu tergambar dalam pencarian asal-usul pencarian keluarga leluhur tokoh utama, Ella Turner yang akhirnya menemukan rahasia-rahasia memilukan pada keluarga Tournier. Ikatan antara Ella Tournier dan Isabelle du Moulin terkuak setelah empat ratus tahun kemudian membuat novel ini sangat membuat penasaran.

2. Poison (Sara Poole)


Buku ini bercerita tentang ambisi balas dendam Francesca Giordano, seorang perempuan jelita ahli racun, atas kematian ayahnya di kota Roma pada abad pertengahan. Ia berusaha keras untuk mendapatkan posisi penting sebagai ahli racun untuk melayani keluarga paling berbahaya di Italia saat itu, Kardinal Rodrigo Borgia. Berhasilkah Francesca menjalankan misinya itu? Novel ini sangat menegangkan dan cocok untuk penyuka fiksi sejarah, terutama yang berlatar belakang sejarah Reneisans. 

3. Citra Rashmi (Tasaro GK)


Salah satu penulis Indonesia favorit saya adalah Tasaro GK. Wong Gunung Kidul ini memang piawai menjalin cerita yang berlatar belakang sejarah, khususnya dari bumi Sunda Parahyangan di masa yang menegangkan menjelang terjadinya Perang Bubat. Sang putri, Citra Rashmi atau Dyah Pitaloka adalah tokoh yang menjadi kunci dalam peristiwa yang terkait dengan Kerajaan Majapahit tersebut. Membaca novel ini membuat imajinasi yang sangat liar mengenai keindahan alam dan kehidupan masa lalu semakin membuncah. Siap-siap saja deh. 

4. Wild Swans (Jung Chang)



Kisah tiga perempuan dari tiga generasi dalam buku ini sedikit banyak membuat kita memahami tentang begitu besarnya pengaruh paham komunis pada kehidupan masyarakat di negeri Tiongkok. Novel yang ditulis oleh Jung Chang ini sebenarnya diambil dari kisah nyata kehidupan keluarganya pada masa awal pemerintahan komunis di China hingga pada akhirnya ia memutuskan hijrah ke Inggris. 

5. Putri Langit (Nigel Cawthorne)


Jika ada pemimpin perempuan di dunia yang sangat kuat, Putri Langit adalah salah satunya. Novel ini merupakan kisah nyata perjalanan kehidupan Wu Chao yang awalnya menjadi selir kaisar hingga menjadi kaisar perempuan satu-satunya dalam sejarah China. Novel yang ditulis oleh Nigel Cawthorne ini salah satu buku yang membuat saya sedikit banyak memahami tradisi dan budaya Tongkok yang sangat eksotis.

6. Alazhi Perawan Xinjiang (Nuthayla Anwar)



Jika masih membutuhkan sudut pandang dalam melihat kondisi muslim Uighur di Xinjiang, novel ini menurut saya benar-benar bisa mewakili. Kehidupan masyarakat dan alam Xinjiang yang indah ditingkahi oleh bayang-bayang teror yang terjadi pada masyarakat Muslim diceritakan dengan sangat sangat apik oleh Nuthayla Anwar. Novel ini bikin saya bercita-cita suatu saat bisa berkunjung ke sana.

7-12. Serial Perempuan yang Dijamin Masuk Surga (Sibel Eraslan)

Novel-novel ini merupakan serial yang terdiri atas judul-judul sebagai berikut: Hajar; Rahasia Hati Sang Ratu Zamzam, Maryam; Bunda Suci Sang Nabi, Aisyah; Wanita yang Hadir dalam Mimpi Rasulullah, Fatimah Az-Zahra; Kerinduan dari Karbala, Asiyah; Sang Mawar Gurun Fir’aun, dan Khadijah Binti Khuwailid; Ketika Rahasia Mim Tersingkap.

Sumber Gambar: inkuiri.com

Nah, di antara 15 buku novel tentang perempuan yang asyik dibaca saat akhir pekan ini, enam serinya merupakan karya masterpiece Sibel Eraslansemuanya saya suka bangetbenar-benar menyingkap sosok perempuan-perempuan yang dijamin masuk surga. Saya sempat tergugu dan menangis dalam diam atau tersenyum-senyum kecil saking terbawa dalam emosi ketika membaca novel-novel ini. Speechless deh dengan kemampuan Mbak Sibel Eraslan yang bisa mengaduk-aduk perasaanku, si perempuan lemah ini. Jika sudah berkait dengan surga dan religiusitas, siapa yang bisa menahan rasa yang membuncah dalam dada? Enggak ada kan? 

13. Sky Burial (Xinran)


Saya pun menjadi sangat terobsesi ingin pergi ke Nepal atau Tibet setelah membaca novel ini. Mungkin konyol sih, tapi novel ini bercerita dengan sangat menggugah tentang kesetiaan, pengorbanan, kerasnya alam meski tetap menyajikan pemandangan alam yang luar biasa serta tradisi penguburan yang cukup menyayat hati. Hanya ada satu kata buat novel ini, awesome! brrr ...dingiiin. 

14. Nefertiti (Nick Drake)

Sumber Gambar: id.carousell.com

Novel ini menceritakan tentang kehidupan Nefertite, salah satu ratu Mesir Kuno terkenal. Kisah permaisuri dari Raja Atep ini membuat kita sekilas melebur dalam kehidupan penuh intrik di Kerajaan Mesir yang hingga saat ini masih memiliki daya tarik magis untuk diungkapkan. Michelle Moran dengan sangat piawai menjalin kisah ini seakan-akan kita berada dalam suasana yang terjadi saat itu dan bersiap untuk selalu berada dalam suasana mencekam meski mendapat gambaran nuansa kecantikan eksotis negeri seribu piramida tersebut. 

15. The Physic of Book of Deliverance Dane (Katherine Howe)

Sumber Gambar: id.carousell.com

Buku yang berada di nomor buncit ini mungkin salah satu buku yang membuat saya geleng-geleng kepala. Buku ini sanggup membuat saya kesulitan menghilangkan imajinasi akan suasana masyarakat Eropa di abad pertengahan. Sebuah kondisi di mana banyak sekali ahli pengobatan yang dituduh sebagai tukang sihir atau penganut ilmu hitam hingga mereka dijatuhi hukuman mati. Karakter perempuan yang sangat kuat berpadu dengan fiksi sejarah membuat kisah-kisah kelam praktik hukuman kejam di abad pertengahan ini menjadi begitu mencekam. 


Nah, mungkin ada salah satu di antara15 buku novel tentang perempuan yang asyik dibaca saat akhir pekan tersebut yang menarik minat kamu untuk menjadi teman me time di akhir pekan ini. Jangan lupa selesaikan dulu tugas-tugas yang masih belum beres ya. Soalnya, dijamin sulit untuk meletakkan buku tersebut jika sudah terlanjur membacanya. Repot dong jika tugasmu masih menumpuk, sedangkan kamu enggak bisa berhenti membaca, hahaha. Penasaran kan?

 


MEMASUKI BULAN FEBRUARI yang konon disebut bulan penuh cinta, ada kegembiraan yang saya rasakan dalam hati. Seperti Tasya Kamila yang berseru dalam lagu Libur Telah Tiba, “Hore, hore, hore!” saya ingin memekik tapi cukup dalam hati karena bulan ini saya merasa sangat happy. Bukan berarti bulan-bulan sebelumnya tidak gembira ya, cuma memang ada hal-hal yang menemukan momentumnya pada bulan kedua ini.

Bukan, bukan sebab bisa beli apartemen buat investasi atau beli mobil baru sebagai sarana transportasi. Bukan beli beli iPhone terbaru atau paket liburan mewah ke pulau nun jauh di luar negeri. Namun yang jelas banyak yang bikin hati hepi.

Kalau ditelisik, tentu saja banyak sekali kebahagiaan yang datang menghampiri. Namun untuk blogpost kali ini, saya ingin menyebutkan tiga saja hal menyenangkan yang lewat selama Februari. Saya bilang 'lewat' bukan berarti bakal berakhir di bulan ini loh, tapi hadirnya memang bulan kedua tapi sensasinya saya yakin akan berlanjut hingga bulan-bulan dan bahkan tahun-tahun berikutnya--apalagi untuk kebahagiaan poin kedua.


1. Orderan mengedit buku

Sebelum resign untuk mengasuh dua bocah 11 tahun lalu, saya bekerja sebagai editor buku sekolah di sebuah penerbit di kawasan Ciawi, Bogor. Begitu berhenti kerja, saya tidak pernah mengerjakan editing dari penerbit tersebut. Tawaran jadi editor freelance justru datang dari penerbit kompetitor. Tentu saja saya terima karena selain perusahaannyaa lebih bonafide, saya juga butuh menyalurkan passion sebagai penyunting naskah. Jadi semacam mengaplikasikan ilmu yang sudah saya pelajari sewaktu kuliah.


Menyunting buku lagi untuk meraup rezeki

Ternyata pembayaran di penerbit ini sangat cepat dan rapi, jauh dibanding penerbit tempat saya sebelumnya bekerja. Suami saya malah pernah tak dibayar setelah menerjemahkan beberapa bab buku pelajaran dengan dalih penerbit saya itu membatalkan penerbitan buku yang dikerjakannya. Kami tentu saja gondok sebab pekerjaan telah dilaksanakan, jadi apa pun keputusan mereka seputar naskah harusnya tidak memengaruhi pembayaran atas jerih payah pekerja lepas.


Nah, job terakhir dari penerbit asyik tersebut kira-kira diberikan tahun 2017 silam, selang beberapa bulan saya pindah ke Lamongan. Lalu vakum dan baru diajak lagi bekerja sama untuk menyunting naskah buku dua pekan lalu. Nomor WA saya sempat ganti dan untunglah editor di sana masih menyimpan nomor kontak suami yang kemudian dihubungi untuk menanyakan kesediaan saya menyunting buku lagi. 


Saya happy bukan main sebab saat pandemi masih mendapat cipratan rezeki tanpa harus ke Jakarta, cukup bertahan di rumah saja. Bukan hanya uang dapur yang bertambah, tapi juga ilmu yang kembali dipakai dan semoga bermanfaat untuk anak-anak Indonesia.    


2. Resep warisan ibu mertua

Kegembiraan kedua tak kalah menggiurkan, bahkan sangat penting. Ceritanya sewaktu tinggal di Bogor saya sering mendapat oleh-oleh berupa bumbu masak buatan ibu mertua selepas kami mudik. Bumbu ini tinggal saya olah dengan siraman santan kental dan tambahan ikan asap (biasanya gabus) atau ikan laut panggang. Sedap betul kalau sudah matang, bau harum ikannya memperkuat kegurihan bumbunya.


Kuah mangut buatan ibu mertua sangat lezat disantap kapan saja.

Bumbu mangut, itulah namanya dalam bahasa Jawa yang didominasi kluwek. Mungkin mirip sayur gabus pucung kalau dalam kuliner Betawi. Sama-sama kaya rempah dan bumbu yang membuatnya menggugah selera. Ini bukan klaim sepihak loh karena baik teman dari Semarang maupun Bogor yang beberapa kali mencicipinya pun mengamini kelezatannya. Saking senangnya pada sayur bikinan ibu mertua, mereka sampai mencocolkan tetel atau uli ketan ke dalam kuahnya. Itu semacam inovasi cara makan yang mereka temukan dan nikmati sendiri.


Dari situ tebersitlah niat untuk mengemas bumbu ini dan menjualnya secara komersial. Namun maksud itu tak pernah dianggap serius oleh ibu mertua. Setiap kali menyatakan niat saya mengemas dan menjualnya, ibu biasanya cuma tersenyum seolah saya bercanda. Saya menduga beliau menganggap bumbu itu biasa saja sehingga terlalu berlebihan jika harus disebarluaskan di pasaran.


Kuah lezat mangut bisa menjadi menu andalan keluarga Indonesia.

Saya tertarik menggagas penjualannya dengan empat alasan. Pertama, rasanya enak sehingga layak dibagikan agar citarasa itu ikut dinikmati oleh lebih banyak orang. Istilahnya ya berbagi kebahagiaan lewat kuliner lokal. Kedua, saya ingin agar resep itu awet dan tidak hilang dari tradisi keluarga sebab tak ada seorang pun yang pernah memasaknya selain ibu mertua. Adik ipar cewek yang tinggal serumah ibu pun tak sekali pun berkesempatan mencobanya.


Alasan ketiga, penghargaan atas dedikasi dan kepiawaian ibu mertua dalam kuliner tradisional yang ia pertahankan selama puluhan tahun. Melayani keluarga sepenuh hati, juga para tetangga setiap kali mereka punya hajatan, sungguh layak diapresiasi dengan mengemas resep dengan rapi dan memikat. Alasan keempat tentu saja faktor finansial. Prospek ekonomi bumbu masak instan, apalagi selama pandemi, sangatlah besar. Maka menjual bumbu siap masak menjanjikan potensi profit yang lumayan asalkan dikemas menarik dan pemasarannya ciamik.


Nah, baru dua pekan lalu beliau memberi lampu hijau soal rencana saya menjualnya. Beliau sudah meminjami saya timbangan digital dan bersedia memandu kapan saja saya siap untuk menakar bahan hingga mengolah sampai  jadi. Harap maklum, selama ini ibu enggan membagikan resepdan hanya mengandalkan perkiraan tanpa porsi yang presisi. Kali ini lain, beliau mau dan siap membantu. Hooray

                 

3. Bingkisan dari teman

Hal menyenangkan lain yang terjadi pada bulan Februari adalah bingkisan yang datang dari tiga orang teman. Ceritanya saya dan suami sempat diuji dengan sakit. Entah bagaimana ceritanya saya dan suami mendadak kehilangan indera perasa dan penciuman selama tiga hari sehingga curiga jangan-jangan kena Covid-19. Kalau suami diawali demam, maka saya hanya mual sedikit. Dokter memberi obat-obatan termasuk antibiotik dan vitamin C agar kami cepat pulih sambil meminta melakukan isolasi mandiri (isoman).


Selama isoman, yang menjadi kendala adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mendengar kami mengalami gejala yang sama seperti dia, seorang teman di Tangerang bergegas mengirimkan obat dan vitamin yang terbukti ampuh untuk menangani gejala-gejala itu. Adapun kebutuhan makan sangat terbantu oleh seorang teman yang tinggal di kompleks sebelah. Lantaran suami lama tak muncul dalam kegiatan berbagi sarapan setiap Jumat pagi, ia pun mengontak kami dan menawarkan bantuan jika diperlukan.


Saya lalu memberinya list berisi barang yang kami butuhkan agar dibantu belikan. Sekitar sejam kemudian, seorang kurir datang membawa paket besar berisi banyak makanan, termasuk roti tawar, meises, telur, gula, minyak, kurma, mi instan, dan bumbu masak. Pokoknya sungguh membantu kami yang belum bisa keluar jauh. 


Yang bikin kami terharu adalah ia menolak menginformasikan nomor rekening agar kami bisa membayarnya. Sungguh di luar dugaan ketika kami bersikukuh mengganti paket sembako tetapi ia terus-terusan menampik sebab sudah merasa seperti saudara sendiri.


"Biarlah, Mas, itu dari saya. Jangan dipikirkan. Kita seduluran," ujarnya lewat pesan WA di hape suami menanggapi kengototan kami untuk mengganti karena sudah dibantu belikan.


Kami kebetulan sama-sama relawan dalam komunitas NBC (Nasi Bungkus Community) di Lamongan di mana suami kebagian merekam dan mengedit video kegiatan untuk dikirimkan sebagai laporan kepada donatur setiap pekan. Dari situlah kami mengenal satu sama lain, memang sudah seperti saudara sendiri lewat berbagai kegiatan sosial sejak 2018. Mulai dari santunan anak yatim dan janda, khitanan  massal, bantuan air saat kemarau panjang, juga menolong korban banjir di kota kami.  


Relawan lain yang mendengar kondisi saya tak kalah sigap dengan mengirimkan kurir yang membawa obat-obatan. Semuanya gratis padahal jumlahnya banyak loh. Sungguh tak bisa dilukiskan dengan kata-kata kebahagiaan kami. It's truly beyond our honest expectation


Dengan tambahan konsumsi madu, susu murni, minum berbagai multivitamin, dan tentu saja berjemur setiap pagi, kini kondisi kami membaik, tinggal menggenapkan masa isoman sebelum akhirnya bisa bebas keluar seperti dulu lagi setelah stay at home selama sebulan lebih. Ini berkah luar biasa apalagi kini saya mendapat job lagi untuk menyunting buku pelajaran. 


Itulah tiga keping kegembiraan saya selama Februari yang cenderung basah ini. Hujan turun terus setiap hari meskipun tak sampai menimbulkan banjir seperti awal tahun lalu. Namun satu hal yang pasti, banyak pelajaran yang kami petik: tentang rahasia rezeki, tentang potensi ekonomi kuliner lokal yang lahir dari mertua tercinta, juga tentang kebaikan para sahabat yang tak pernah terbayangkan.


Saya yakin pembaca juga diliputi kebahagiaan pada bulan ini, sekecil apa pun tentu sangat berarti. Jangan berkecil hati, pandemi toh tidak abadi jadi saya yakin akan berlalu pada saatnya nanti. Sebagaimana saya bisa memekikkan, "Hooray aku dapat job lagi di bulan Februari!" maka Anda pun bisa berteriak dengan penuh semangat, "Yippee, I'm happy for what I am today!"  

GADIS PELAYAN yang rambutnya dikuncir ekor kuda itu kembali sekali lagi membawakan pesanan roti bakar dan secangkir kopi untuknya. Ekor mata perempuan bergaun warna turangga itu melirik cangkir yang sudah terisi kopi di hadapannya. Air, kopi, dan gula pada campuran berwarna hitam itu padu menyatu. Kopinya seperti perpaduan rasa bersalah, cemburu, dan takut yang kini bercampur aduk pada cangkir hatinya. Ia tidak membutuhkan creamer untuk mengubah tiga rasa itu. Baginya, mereka bertiga sudah cukup untuk menjadikan hidupnya penuh dengan keriuhan. 


Kabut di sore itu sudah mulai turun dan hujan tampaknya hanya menunggu waktu untuk jatuh ke bumi yang sebenarnya masih basah di sekitar Ungaran. Namun perempuan itu merasa ia mungkin akan tertahan sedikit lebih lama di tempat yang begitu hening ini. Sambil sesekali melempar pandangan pada perbukitan yang mulai gelap dan melahirkan kerlap-kerlip lampu dari bangunan-bangunan di bawah sana, ia memperbaiki letak syal yang melekat di lehernya yang jenjang. Matanya yang berbulu lentik alami lebih sering tertuju pada dua sosok yang saling menunduk di ujung area café yang saat itu lengang. Hanya empat yang terisi dari sekitar sepuluh meja di lokasi outdoor tempat ngopi yang sangat Instagrammable berlatar belakang pegunungan itu. Ekspresi mereka sulit ditebak. Masker menjadi penghalang komunikasi yang sangat nyata di masa pandemi seperti saat ini.

***


Hawa dingin mulai menggigiti kulitnya ketika telinga Gendhis mendengar suara Ryan yang sejak tadi terdiam dan membuat suasana canggung di sekeliling mereka. Sosoknya kini seakan hadir dengan segala pesonanya. Ketampanan wajahnya yang tertutup sebagian oleh masker seolah selalu mampu membius. Beberapa sosok perempuan yang berseberangan meja dengan mereka pun tak henti-henti memandanginya dengan tatapan penuh minat.


Ryan mulai berdiri dan berjalan ke pinggir lereng di sisi meja mereka. Ia berbicara sambil membelakangi Gendhis. “Enam tahun tidak banyak mengubahmu, Dhis. Aku tetap merasa nyaman dan damai ketika berada di dekatmu. Aku tidak pernah bisa berbohong tentang hal ini.” Matanya menerawang ke arah lembah di bawah yang kini tampak seperti kolam raksasa dengan kabut yang megah. 


Suara Ryan hanya lamat-lamat terdengar. Ia menjaga suaranya agar tidak terlalu keras. Gendhis tetap dapat mendengarnya meski sambil diam membisu. Meski begitu, matanya sudah mulai terangkat dari cangkirnya. Suasana tetap hening. Hanya semilir angin gunung yang tiupan lembutnya menyapu kulitnya. 


“Selama di Berlin hingga kembali ke Semarang aku selalu mencari kabar tentangmu. Enam tahun kulewatkan tapi tak seberkas kabar pun bisa kudapatkan. Hingga akhirnya aku bertemu Ratna, adikmu. Sungguh, aku sangat bersyukur sekarang bisa mengetahui keberadaan kamu dan Rayhan. Terima kasih juga karena sudah mau menemuiku.”


Ryan berbalik dan kembali duduk di hadapan Gendhis. “Maafkan aku. Aku sadar, Rayhan memang lahir di tengah kelengahanku. Namun aku berpikir dia bukanlah sebuah kesalahan. Selamanya dia akan menjadi bagian dari diriku Aku bersumpah, Dhis. Tak seorang pun berhak menyakitinya karena itu berarti juga menyakitiku. Aku bersedia melawan siapa pun demi dia, bahkan dunia sekali pun. Aku ingin bertemu dia. Tolonglah. Kumohon ….” 


Ryan memang berkata jujur. Ia tak pernah tahu keberadaan putranya itu. Tetapi kejujuran Ryan justru amat pahit dan menyakitkan bagi Gendhis. Ia seperti seekor rusa yang terluka akibat serbuan anak panah pemburu. Ia adalah seorang perempuan yang sadar masih memiliki luka yang basah. Gendhis merasa sampai saat ini dirinya harus menjaga nama baik Ryan dan tak pernah tahu sampai kapan. Ia terlalu memujanya.


Perlahan Gendhis mulai mengangkat wajahnya yang sedari tadi lebih banyak memandangi kedua cangkir kopi di hadapannya. Selera kopi mereka tetap sama meski sudah enam tahun berlalu. Ia berusaha amat keras untuk melepas tatapannya dari kopi tersebut dan menatap Ryan langsung ke sorot matanya yang teduh. Ia tidak yakin sepenuhnya pada kekuatan dirinya. Saat itu ia hanya sanggup berkata, “Ryan, jika kamu mau, kamu bisa ikut aku sekarang.” Sebuah kalimat yang sulit untuk diartikan sebagai perintah atau ajakan. Tetapi ucapan itu sanggup membuat Ryan beranjak dan berjalan mengikutinya. Kedua cangkir kopi itu tak pernah tersentuh lagi ….

***


Gadis pelayan berkuncir kuda kini menghampiri meja di ujung area. Satu cangkir kopi datang bersama seporsi roti bakar yang sama seperti pesanan di meja pojok sana. Ratna tahu bahwa sisi terdalam hatinya masih menjadikan laki-laki yang tengah berbincang berdua dengan wanita manis itu sebagai pangeran dalam hidupnya. Gelombang cemburu sekaligus takut yang bergejolak di dadanya membuat ia harus memutuskan, sekarang atau tidak sama sekali. Ia tahu sikap yang akan diambilnya akan membuat laki-laki itu bertahan atau sebaliknya, pergi bersama dengan wanita di seberang meja itu.


Namun melihat mereka berdua bergegas meningggalkan tempat itu membuat Ratna terperanjat. Tanpa dapat ia tahan, cangkir kristal cantik yang ia genggam dengan kedua tangannya itu meluncur lepas. Cangkir cantik berhias bunga dan kupu-kupu itu jatuh berkeping-keping di dekat kakinya. Serpihan beling yang bertebaran tak sanggup membuatnya bergerak sedikit pun. Ia berusaha menahan isakannya yang kini semakin membuat bahunya bergetar. Kedua tangannya langsung menutup mulutnya dengan patuh. Satu hal yang ia tahu saat itu, ia telah kehilangan permata hatinya, pangerannya.

***


Enam tahun yang lalu Gendhis melarikan diri dari Ryan. Ratna adalah satu-satunya orang yang tahu penyebabnya. Gendhis bukan pergi atas keputusannya sendiri. Ia begitu panik menghadapi kehamilan yang dialaminya. Namun itu bukan alasan yang membuat Gendhis pergi dari Semarang. Dialah yang mengancam Gendhis hingga gadis malang itu tak sanggup bertahan lagi di kota berjuluk Kota Atlas. 


Ancaman untuk mengadukan kejadian itu pada pihak kampus membuat Gendhis ternyata lebih memilih mengorbankan hidupnya demi Ryan. Ancaman itu bisa menjatuhkan posisi Ryan sebagai dosen dan membatalkan rencana keberangkatan Ryan untuk meneruskan studinya ke Jerman. Gendhis tidak ingin menjadi penghalang dari kelanjutan cita-cita yang dipendam oleh Ryan sejak awal ia merantau ke kota ini. 

***


Gendhis, seorang gadis yatim piatu dan dinikahi secara siri oleh Ryan enam tahun yang lalu. Tak ada yang salah dengan hubungan Gendhis dengan Ryan. Mereka berasal dari keluarga yang sama-sama sederhana. Ratna pun sempat hadir pada saat ijab kabul sahabatnya itu. Namun setahun kemudian segalanya berubah. Ia jatuh cinta pada Ryan. Entahlah. Rasa cinta itu begitu kuat dan manis. Ia tidak sanggup menahan gelombang perasaan itu. Ia merasa ingin merebut Ryan dan menjadikannya sebagai miliknya seorang. Tak pernah ia mendapatkan penolakan karena dengan uang ayahnya yang seorang konglomerat ia bisa menggerakkan segalanya demi meraih apa pun keinginannya. 


Ia tidak pernah merasa bersalah karena berusaha mengambil Ryan, sesuatu yang bukan haknya. Kopi yang tumpah di lantai itu masih terasa panas bahkan panasnya ikut meresap hingga ke dalam sanubarinya.

***


Gendhis membawa Ryan menuju sebuah gundukan tanah berumput. Ia memetik beberapa bunga melati yang tumbuh di dekat batu nisannya. Ryan seketika jatuh berlutut dan tak sanggup bersuara melihat pemandangan di hadapannya. Ia hanya terisak-isak dengan aroma penuh luka. Gendhis bersuara lirih, “Seharusnya Februari ini Rayhan genap berusia enam tahun. Tetapi enam bulan yang lalu dia sudah pergi. Covid-19 merenggutnya dari kita. Dia sangat tampan seperti kamu, Ryan. Dia juga pintar dan anak laki-laki yang santun. Dia selalu bertanya tentang dirimu. Aku yakin kedatanganmu ke sini sudah menjadi kado ulang tahun terindah untuknya.”


IBU RUMAH TANGGA bisa produktif? Ini pertanyaan retoris karena fakta telah banyak membuktikan kebenarannya. Tanpa perlu berpanjang lebar, produktivitas perempuan sudah kita saksikan di mana-mana. Sebut saja teman saya, Bu Fahmi. Saat masih berjualan wingko di Bogor, saya mengenal pasangan Bu Fahmi dan Pak Fahmi yang menjual kue soes. Kami sama-sama menitipkan di sebuah lapak kue yang cukup ramai. Dari Bu Fahmi saya belajar tentang ketangguhan wanita yang ingin saya tiru.

Awal mula terjun ke bisnis kue basah terbilang tak sengaja, bahkan mungkin sebab kepepet. Mereka sekeluarga terbelit utang menumpuk sampai diteror oleh debt collector. Pak Fahmi bahkan pasrah dipukuli sebab tak punya lagi uang untuk dibayarkan. Setelah diadakan kompromi dan menjual aset yang mereka punya, keluarga itu pun pindah ke Bogor dari Tangerang. Mulai dari nol, tak tahu apa yang akan dikerjakan.

Saat itulah Bu Fahmi menyeruak jadi pahlawan keluarga. Bahkan saat jahitan pascamelahirkan belum sembuh betul, ia menyusuri toko-toko yang mungkin ia titipi kue buatannya. Dengan jalan kaki sebab mereka tak punya lagi kendaraan. Dia bertekad kuat untuk ikut menuntaskan masalah ekonomi dengan belajar membuat kue dari buku resep dan dari Internet. Ya, dari Internet! Dari sanalah ia merintis kesuksesan yang kini mereka cecap. Lambat laun banyak lapak dan kedai kue yang menampung soes buatannya yang memang enak. Pak Fahmi pun resign dan sepenuhnya membantu mengelola usaha yang kini beromset puluhan juta rupiah per bulan dengan aneka kue lainnya.

Alih-alih pindah ke apartemen karena ekonomi membaik, mereka lantas membuka beberapa lapak lagi agar penjualan bisa digenjot dan produksi ikut meningkat. Kedamaian ada di dalam hati di mana pun mereka tinggal atau memilih tempat untuk dihuni.




Dampak Covid-19 terhadap ekonomi

Dari situ saya merasa yakin bahwa potensi kaum wanita tak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, Pak Fahmi justru tertolong oleh kesigapan dan kekuatan istrinya yang notabene seorang wanita. Keterpurukan ekonomi sebuah keluarga, juga bangsa, saya yakin bisa dientaskan oleh keandalan wanita yang serbabisa. Bukan hanya mereka bisa multitasking--terbukti dari banyaknya pekerjaan domestik yang bisa di-handle--tetapi juga dari begitu banyaknya peran publik yang diemban oleh kaum hawa seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, juga Najwa Shihab yang kini menjadi idola.

Dampak wabah korona terhadap kehidupan kita memang luar biasa. Bukan hanya aktivitas fisik sosial yang dibatasi, tetapi sektor ekonomi juga terpukul cukup parah. Berdasarkan survei yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terhadap 1.548 responden di 32 provinsi, terungkap bahwa ternyata lebih dari 50 persen rumah tangga mengalami kesulitan keuangan akibat pandemi yang tak kunjung berakhir ini. Meskipun survei itu dirilis Agustus 2020, tetapi datanya masih relevan seiring perkembangan wabah terkini. Apakah kita cukup berharap agar pemerintah terus membantu publik dengan paket bantuan dan subsidi berbentuk uang demi mengurangi dampak wabah?



Berharap boleh saja, tapi tentunya jangan terus-menerus. Itu pun hanya untuk keluarga tertentu saja, yang memang pantas mendapatkan bantuan. Adapun kita yang merasa mampu, sebaiknya tidak ikut menikmati dan lebih memilih jenis usaha lain yang bisa kita olah jadi peluang jitu. Dengan sedikit jeli membaca keadaan, saya optimistis peluang usaha sebenarnya banyak yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan meraup rezeki.

Ya, kita para ibu rumah tangga pun bisa berjaya sebagai tulang punggung keluarga selama wabah. Infografik di atas tadi memang sungguh memilukan, tapi bukan untuk disesali. Yang jelas kita bisa bergerak untuk melewati situasi penuh tantangan ini. Menurut Ir. Agustina Erni, M.Sc., yang menjabat sebagai Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), sebagian perempuan selama pandemi ternyata berperan sebagai tulang punggung keluarga. Betapa tidak, karena para suami yang di-PHK akhirnya turun tangan untuk membantu istrinya yang sebelumnya berdagang kecil-kecilan.

Ibu rumah tangga bisa berdaya


“Misalnya istri awalnya bekerja sebagai pedagang kecil-kecilan, setelah suami di-PHK maka pekerjaan suami pun ikut ke istri yaitu berdagang,” ujar Agustina Erni dalam webinar Kemen PPPA beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip di laman Liputan6. Ini membuktikan bahwa para istri atau kaum ibu di rumah bisa berdaya untuk mendukung keberlangsungan ekonomi keluarga. 


Tepat seperti Makcik Kiah dalam potongan video berikut. Semula ia berjualan pisang goreng tapi perlu mencari peluang lain agar kehidupan ekonominya berkesinambungan pasca diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di Malaysia sana. Ia kemudian menambah diversifikasi usaha ke penjualan barang retail berupa bumbu dan rempah dapur. Ia sadar bahwa pasar yang luas hanya bisa diraih lewat media online dalam bentuk website yakni toko online yang rapi.  


Lewat toko daring itu usahanya semakin dikenal dan semakin banyak konsumen yang datang sebagai pelanggan. Ini bukti betapa Internet begitu krusial pada masa kini. Dengan targeting konsumen yang tepat, analisis pasar yang bagus, dan pelayanan yang prima, maka usaha akan lancar--entah apa pun bentuk usaha yang digeluti. Produk seperti Makcik Kiah pun bisa, apalagi jasa yang semakin tak terbatas. Internet bukan hanya media untuk berinteraksi jarak jauh, tapi juga bisa digunakan untuk mendulang rezeki secara mudah.


10 peluang usaha online yang menjanjikan

Berpijak pada kisah sukses Makcik Kiah, saya jadi tergerak untuk menuliskan beberapa ide seputar peluang usaha online yang bisa digeluti oleh para ibu rumah tangga. Kenapa online? Ya karena sangat praktis, kita tak perlu ke mana-mana, barang bisa dipromosikan dan pembeli melakukan transaksi sendiri. Alasan kedua, usaha online lebih hemat. Paling cuma investasi awal untuk beli domain murah dan hosting lalu merawatnya setiap bulan/tahun. Dengan pemasaran yang jitu, uang akan menyerbu. 

Bisnis online hemat karena kita tak perlu memperkerjakan tenaga yang banyak. Banyak hal bisa diatasi oleh mesin, terutama mesin pencarian sebagai tenaga pemasaran sebagaimana kasus Makcik Kiah. Alasan ketiga bisnis online layak dipilih adalah karena jangkauan pasarnya sangat luas. Nyaris tak terbatas loh karena bisa berskala global, tergantung pasar mana yang kita kehendaki. Pokoknya memudahkan dan menguntungkan. Apa saja peluang usaha online yang saya maksud? 

1. Camilan rumahan

Selama tinggal di rumah (stay at home), orang cenderung banyak mengemil. Banyak beraktivitas di rumah bersama keluarga artinya pengeluaran ekstra untuk camilan yang bisa dikudap bersama. Inilah saat yang tepat untuk menjual aneka makanan ringan atau snack karena selama wabah konsumsi orang mengemil meningkat. Menyadari besarnya potensi itu, sebuah brand camilan terkemuka sampai merilis kampanye #NgemilBijak untuk merespons kebutuhan masyarakat mengudap sewaktu PSBB di rumah.

Kita pun bisa menghasilkan uang meskipun produksi makanan ringan masih berskala rumahan. Yang penting bahan diusahakan bermutu dan terpilih lalu dimasak dengan higienis agar konsumen puas. Untuk soal kebersihan dan kemasan, kita bisa meminta tolong pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat karena mereka biasanya punya program pembinaan. 

Mereka akan memfasilitasi pembuatan produk dari awal sampai akhir. Untuk pemasaran, selain di jaringan koperasi, kita bisa membangun toko online sendiri. Online shop akan berguna untuk mengoptimalkan jangkauan produk dan memangkas potongan ini itu. Kita bebas mengelola produk camilan sesuai keinginan termasuk bentuk promosinya. Kalau tak bisa Membuat Website sendiri, kita bisa meminta jasa pembuatan toko online yang kini banyak di Internet. Semua praktis dan mudah, kita tinggal fokus dalam produksi dan membesarkan merek lewat digital presence di jagat maya.

2. Sayur matang

Lauk pauk siap santap juga punya pasar yang besar untuk digarap. Kebutuhan orang akan makanan pokok konsisten bahkan cenderung meningkat. Sebuah lembaga nirlaba di Filipina bernama FSSI yang membawahi banyak koperasi mengatakan bahwa usaha-usaha yang tumbuh dan malah meningkat selama pandemi adalah lini pertanian seperti sayur dan kebutuhan pokok sehari-hari. Sekarang semakin banyak penyedia aplikasi yang menyalurkan produsen sayur dan konsumen. Dan itu peluang yang bagus.





Nah, kita bisa memanfaatkan tren itu. Namun jika skemanya tidak cocok, kita bisa membuat website sendiri untuk memajang produk berupa makanan matang yang kita produksi. Entah itu berisi rempah atau sambal siap santap, keberadaan webpage akan memberikan boosting terhadap coverage produk andalan yang kita jual. Ini tak berbeda dari Makcik Kiah yang sukses mengubah pola penjualan dari offline semata menjadi online untuk melengkapi dan meluaskan pasar.

3. Cleaning service

Seorang teman yang juga relawan di sebuah komunitas sosial di kota kami justru meraup sukses dalam bisnis Cleaning Service. Pasalnya, permintaan atas jasa bersih-bersih cenderung naik secara positif karena warga jadi peduli pada isu kesehatan dan tak mau berisiko membersihkan sendiri lantaran takut kecapaian dan tambah sakit. Inilah peluang yang diambilnya. Suami saya kebetulan mendapat order untuk membuat poster usaha tersebut agar bisa disebarkan secara digital.

Tempat ibadah, pertokoan, sekolah dan kampus, juga perkantoran seperti bank sangat mengandalkan jasa CS atau cleaning service yang kini belum banyak digarap orang. Padahal kebutuhannya cukup tinggi loh, setidaknya di daerah kabupaten. PR teman saya adalah soal jangkauan usaha yang masih stagnan di kota kecil kami sementara jasa itu juga dibutuhkan di kabupaten lain. Saat ini dia sedang proses mencari ruko yang besar agar usahanya lebih terfokus sebab sementara ini hanya dikerjakan di rumah. Lalu
website khusus perlu dibuatnya untuk mempromosikan jasanya sebagai merek yang serius dan profesional. 

4. Produk lokal yang khas

Peluang usaha lain yang bisa kita kerjakan secara online adalah menjajakan produk lokal dalam berbagai bentuk. Ada kerajinan tangan berbahan kayu, alat makan berbahan bambu, aksesori mutiara, hingga kain tenun bisa kita sulap menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Kabar baiknya, semua itu bisa kita jual secara online dan pundi-pundi uang bisa mengalir ke kantong walau kita berjualan jarak jauh.



Pembeli asing pun bisa mengimpor barang kita ke negeri mereka asalkan produk itu bermutu dan harganya disepakati. Selain mengangkat potensi lokal, kita juga turut menambah devisa negara. Kita patut berbangga walaupun ibu rumah tangga tapi bisa berkiprah di kancah global. Masih tak ingin meng-online-kan usaha kita? 

5. Lowongan online

Peluang usaha yang jarang dilirik orang selama pandemi adalah membuka info lowongan pekerjaan secara online. Dalam sebuah sesi Instagram Live yang dihelat sebuah lembaga nirlaba beberapa waktu lalu, Indra Uno yang didapuk sebagai narasumber menuturkan sebuah ide yang sederhana tapi unik. Ketua Yayasan Mien R. Uno Foundation yang juga dikenal sebagai Coach Indra karena aktif mencetak para pengusaha muda di Indonesia itu mengusulkan agar kita membuka jasa penyedia lowongan pekerjaan.

Usulnya ini relevan karena kini semakin banyak orang yang terkena PHK sebagai imbas dari wabah yang belum juga mereda. Nah, tak ada salahnya kita menjembatani pencari tenaga kerja dan calon pekerja. Caranya mudah, lakukan secara online karena lebih praktis. Tak jarang pegawai tak tahu di mana ada lowongan terdekat dengan tempat tinggalnya. Begitu juga sebaliknya, para owner usaha atau pebisnis tak paham di mana bisa mencari tenaga kerja dengan cepat di daerah sekitar.

Berbekal sebuah website, kita bisa menjadi semacam marketplace tenaga kerja untuk daerah sekitar, satu kota atau satu karesidenan. Yang tugasnya menyalurkan tenaga kerja secara tepat sesuai kebutuhan yang mendesak. Kita akan mendapat komisi dari kegiatan itu atau dari iklan yang ditampilkan di website. Sangat menggiurkan bukan iklan lowongan di daerah yang bisa diakses secara real time kapan saja?  

6. Blogging

Sebagai bloger, tak mungkin saya mengesampingkan aktivitas ini sebagai salah satu peluang usaha online yang tak kalah profitable. Ya, blogging! Blogging kini bukan lagi sekadar curhat tanpa arah, atau pamer kebolehan tanpa tujuan. Banyak brand dan pemilik usaha yang kian memperhatikan posisi tawar bloger sebagai kekuatan yang layak dimanfaatkan untuk mempromosikan barang/jasa mereka.

Dari situlah profesi ini semakin menggeliat dan banyak digemari. Uniknya, sependek pengetahuan saya, bloger yang banyak berkiprah dan berprestasi justru para bloger perempuan. Meskipun tak terlalu aktif dalam komunitas, fakta di lapangan membuktikan bahwa sejumlah komunitas yang up-to-date dan terus hidup adalah komunitas bloger yang dimotori oleh para perempuan. Sebut saja Blogger Perempuan Network (BPN), Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN), Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB), dan masih banyak lainnya yang digawangi oleh para srikandi bloger.

Data terakhir yang dirilis Antaranews tahun 2015 menyebutkan bahwa setidaknya ada 3,5 persen dari total 88,1 juta pengguna Internet di Indonesia. Ini menyitir penuturan Matahari Timoer, bloger senior yang kala itu menjabat Ketua Blogger Camp 2015. Hingga saat ini belum ada data terbaru.

Sedangkan menurut data yang dirilis oleh Hootsuite dan We Are Social, jumlah pengguna Internet di Indonesia per Januari 2020 adalah 175,4 juta dengan pengguna media sosial aktif sebanyak 160 juta. Memang tak disebutkan berapa jumlah bloger yang aktif, tapi angkanya menurut saya meningkat dari statistik tahun 2015 karena brand dan agency semakin banyak jumlahnya dan mereka gencar mengandalkan para bloger untuk membangun digital presence produk atau jasa mereka di dunia maya.


Domain murah bikin semringah

Sebagai ibu rumah tangga, aktivitas blogging sangat ideal. Bisa kita kerjakan di rumah sembari mengasuh anak-anak dan merampungkan tugas rumah tangga. Menulis bisa kapan saja dengan bantuan daily planner agar lebih tertata. Dengan konsistensi dan terus belajar, saya optimistis bisa mencapai posisi sebagaimana para bloger senior yang sudah lebih dulu maju. PR saya terbesar, dan utama, tentu saja harus migrasi ke domain berbayar agar blog tampil semakin bergengsi di mata klien.

Sejauh ini saya baru dua kali mendapatkan job menulis dan nilainya ternyata sangat lumayan padahal blog masih berplatform gratisan. Pengin banget bisa makin serius, syukur-syukur bisa Beli Hosting Gratis Domain agar pengeluaran tak membengkak di saat pandemi begini. Setelah coba-coba menjelajahi kombinasi nama, saya menemukan xibianglala.com yang masih tersedia. Hanya dengan  Rp119.000 per tahun saya bisa mendapatkan nama diri yang membanggakan. Tinggal laporan ke suami nih, hehe. :)


Tanpa berpanjang lebar saya pun segera berkonsultasi dengan suami tentang hal ini. Pucuk dicinta ulam tiba, keinginan punya blog dengan domain TLD pun bakal segera terwujud. Apalagi begitu saya beri tahukan bahwa saya mendapat saldo Rp50.000 saat membuka akun program afiliasi di Exabytes, ia pun langsung mengiyakan dan memproses sisa pembayaran. Prosesnya cepat dan mudah, sekitar satu jam saja untuk bisa punya blog dengan alamat yang bergengsi.

Sebenarnya satu jam lebih sedikit karena proses redirect yang akan tersendat karena saya yang masih pemula. Syukurlah saya dipandu dengan sabar oleh Mas Panji dari CS Exabytes dari awal sampai blog bisa diakses dengan domain yang baru. Dengan opsi bayar lewat GoPay, beli domain di sini memang solutif banget. Kebetulan kami selalu menyediakan saldo di dompet digital itu. Tinggal scan barcode dan ikuti alur pembayaran di akun GoPay, pembayaran pun tuntas!

Hooray, ngeblog makin asyik dan semangat deh! Teman-teman yang masih ragu untuk beralih ke domain TLD, segera hapuskan keraguanmu. Pilih Exabytes sebagai mitra sukses untuk bisa eksis di dunia maya lewat tulisan atau bahkan meraup untung lewat toko online. Untuk sementara saya pilih ngeblog karena menyalurkan hobi sekaligus bisa meraih pundi-pundi rezeki.

Domain aktif, penghasilan bisa produktif!

Namun ke depan saya ingin punya lebih dari sekadar domain agar hasil bisa maksimal. Template dan jeroan tak bisa dioptimalkan kalau hosting masih gratisan. Paket Grow Pro sepertinya lebih cocok saya pilih karena kapasitas hosting sangat lega sampai 5 GB dan alamat email yang lebih personal dan profesional. Boleh jadi saya enggak paham semua teknisnya, tapi di mata ibu rumah tangga biaya 69.900 per bulan itu sungguh sangat kompetitif. Hitung-hitung buat menabung dan menjadikan blog sebagai investasi dengan return yang lebih besar.



7. Penulis

Peluang usaha berikutnya yang bisa dikerjakan secara online adalah menjadi penulis. Ya, kini peluang menulis buku terbuka lebar sekali. Bukan hanya lulusan kuliahan, tapi ibu rumah tangga pun bisa menghasilkan karya yang laris asalkan materinya dibutuhkan pembaca. Misalnya berupa pengalaman mendidik anak atau kisah sukses mengelola komunitas yang inspiratif. 

Saya mendadak teringat mendiang Ratna Indraswari Ibrahim, penulis difabel asal Malang yang terus produktif sampai beliau meninggal. Dia tetap tinggal di Malang walau cerpennya melanglang di Nusantara bahkan dunia. Tak ada batasan lagi antara Timur dan Barat berkat kecanggihan Internet. Peluang terpampang nyata.

Kemudahan Internet memang membuka kemungkinan agar karya kita dikenal di mana pun. Berbekal teknologi informasi, kita boleh tinggal di kampung, tapi buah pena kita akan mengantarkan pundi-pundi rezeki yang menggunung. Ya, syaratnya harus mau belajar dan ikut banyak kelas bersama mentor atau penulis profesional. Sesekali berbayar tak apa asalkan serius mengikutinya. 

Satu lagi yang tak boleh dilupakan adalah punya blog sebagai showcase karya. Blog personal akan berfungsi berlipat-lipat. Bisa untuk berlatih menulis, memamerkan karya, dan mendapat job dari klien dari mana saja. Entah menulis blogpost atau menulis buku biografi, juga copywriting usaha. Dengan blog atau portal pribadi, kunci kesuksesan telah kita pegang.

8. Konsultasi 

Jika punya skill atau kepakaran tertentu, kita bisa menjajaki peluang usaha online sebagai konsultan atau mentor untuk bidang yang kita kuasai. Misalnya jasa akuntansi/pembuatan laporan keuangan, pencanaan keuangan atau sebagai manajer investasi, konsultan penulisan, dan bahkan public speaking. Seorang teman di Jember bahkan mengadakan kelas public speaking untuk anak dan dewasa saat pandemi berlangsung. Kebetulan ia sudah dikenal sebagai pegiat literasi dan public speaker melalui portofolio di blog pribadinya. Nah, lagi-lagi tinggal punya blog untuk diseriusi kan?!

9. Guru privat 

Enggak jauh berbeda dengan poin sebelumnya, menjadi guru privat juga layak kita jajal sebagai peluang yang menguntungkan selama wabah di tahun 2021 ini. Kini banyak orangtua kewalahan menghadapi anak-anak saat PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh. Kita bisa memanfaatkan fenomena itu. Selain membantu orangtua untuk mengajari anak mereka, kita juga meraup rezeki untuk kelangsungan ekonomi keluarga.

Toh kelas tak harus berlangsung secara tatap muka. Kita bisa memanfaatkan teknologi seperti Zoom dan Google Meet untuk mengajar atau mendampingi anak belajar. Kalau ingin lebih serius, kita bisa menghimpun teman-teman yang mau menjadi guru/tutor online seperti itu. Lalu kita bikin website khusus berisi profil para pengajar yang kompeten agar pasar yang kita jangkau semakin luas. Intinya, jangan membatasi apa yang bisa kita lakukan sebab itu bisa membatasi apa yang akan kita dapatkan

10. Affiliate marketing

Jika kita tak punya produk atau tak tertarik berjualan barang, kita bisa memilih untuk menjual jasa. Salah satu peluang usaha online yang tak kalah gurih adalah affiliate marketing. Boleh dibilang tanpa modal tapi potensial mendulang profit finansial. Tinggal mendaftar pada penyedia produk yang kita minati, lalu kita ikuti langkah yang ditentukan.


Misalnya ikut Program Afiliasi Terbaik persembahan Exabytes Indonesia. Pada program afiliasi hosting Exabytes ini, kita akan diganjar komisi sampai 25% dengan cara meferensikan Exabytes ke sahabat, kerabat, atau siapa pun yang profilnya sesuai dengan kebutuhan. Bergabungnya gratis, dan cara gabungnya pun sangat mudah. Keuntungan yang bisa kita petik sangat besar dengan modal yang sangat minim, bahkan nyaris nol.


Dengan enam keuntungan yang unggul, tak mungkin kita tak tergoda untuk tidak berpartisipasi dalam program affiliate marketing ini. Saya pun sudah mendaftar dan tinggal menyebar link ke prospek yang potensial. Nah, berbeda dengan program afiliasi lain, affiliate marketing di Exabytes Indonesia menawarkan sejumlah kelebihan sebagai berikut.

1 | Komisi Besar: Besaran komisi bisa mencapai 25% cukup dengan mereferensikan Exabytes ke kenalan atau orang yang kita anggap membutuhkan. Mulai dari 1,2 juta rupiah, sangat besar kan ibarat gaji pekerja entry level sebulan di daerah? 

2 | Tanpa Limit Referal: Tak ada batasan atas nominal yang bisa kita raup; semakin giat kita memburu klien, maka semakin besar pula komisi yang bisa kita peroleh.

3 | Cepat Cair: Kita tak perlu ragu atau menunggu dalam kondisi mengeluh karena akumulasi komisi langsung dibayarkan setiap awal bulan. Cepat tanpa ditunda-tunda!

4 | Nama Besar: Jaminan nama besar Exabytes yang telah berkiprah di bisnis web hosting selama lebih dari 15 tahun tak bisa disepelekan. Sudah banyak penghargaan yang mereka raih, dan itu adalah garansi kepuasan kita agar dengan mudah menjual nama baik Exabytes kepada calon klien.

5 | Accurate & Detailed Tracking: Pelacakan yang optimal sehingga kita bisa memantau jumlah penghasilan sejauh ini. Pelacakan bahkan mencakup 90 hari masa berlaku Browser Cookie. Menyeluruh kan?

6 | Dukungan Support Team: Dengan mengaktifkan program afiliasi dan support, kita akan dibantu jika menemukan kendala; sungguh sangat memudahkan karena tim afiliasi selalu siap sedia.

Itulah 10 jenis peluang usaha online yang bisa dilakukan ibu rumah tangga pada tahun 2021 dan bahkan menjadi peluang prosperous hingga tahun-tahun mendatang. Kuncinya adalah semangat belajar dan mendayagunakan teknologi, dalam hal ini Internet sebagai mitra kesuksesan. UKM atau jasa profesional harus akrab dengan website karena ranah digital akan membawa produk kita semakin global. Dari situlah potensi keuntungan finansial bisa bisa raih secara optimal. 

Kata siapa ibu rumah tangga tidak bisa produktif? Dengan menjajal peluang usaha online, seperti telah dibuktikan Makcik Kiah, kesempatan meraup rezeki ternyata terbuka sangat lebar. Mulai dari sekarang, mulai dari yang kecil terutama produk lokal di sekitar kita, mulai dari diri sendiri, lets' go digital now!