SEJAK KECIL SAYA selalu dididik untuk menyisihkan uang saku agar bisa ditabung sehingga punya uang cukup saat ingin membeli sesuatu yang cukup mahal. Mislanya beli boneka, sepatu, dan bahkan sesederhana membeli buku tulis pun saya terbiasa menabung. Apalagi jika itu buku bacaan yang sangat saya inginkan, orangtua akan menganjurkan menabung sebagai cara kreatif dan positif untuk mendapatkan sesuatu.  

Manfaat menabung

Seiring waktu berjalan, saya sadari bahwa memang menabung sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa saya. Pelajaran menabung dari orangtua membuat saya menjadi pribadi yang penuh persiapan, setidak-tidaknya tidak gegabah sebelum mengambil sebuah keputusan sekecil apa pun. Bisa menimbang suatu masalah dengan penuh kalkulasi mengenai risiko dan peluangnya.


Nabung untung di M-Syariah

1 | Kesabaran

Manfaat pertama yang saya rasakan dari aktivitas menabung adalah belajar bersabar. Sabar menjadi value yang sangat utama yang bisa ditanamkan oleh orangtua bagi anaknya di dalam keluarga. Di kemudian hari saya sadari bahwa kesabaran adalah fondasi nyaris segala hal.


Orang bekerja untuk mencari nafkah yang halal harus mau bersabar. Pasangan yang ingin punya momongan mesti sudi menanti dengan sabar dan ikhtiar. Pada hakikatnya, sabar merupakan mata kuliah sepanjang masa agar manusia tabah menjalani proses. 


Dengan menabung saya belajar menahan diri agar tidak tergesa memiliki sesuatu. Kebiasaan menabung membuat saya paham arti penting proses dan perjuangan sebelum mendapatkan sesuatu. Ada perasaan puas luar biasa ketika mampu membeli barang yang saya inginkan dengan uang yang ditabung secara rutin.  


2 | Bersikap hemat

Teman-teman tentu akrab dengan pepatah yang mengatakan bahwa hemat pangkal kaya. Nah, ungkapan ini ada benarnya loh. Jangan sampai dianggap usang sehingga tak perlu ditularkan kepada generasi muda zaman now. Berhemat bukan hanya membuat sehat, misalnya dengan tidak makan sembarangan hanya karena pengin, tetapi juga bisa mengumpulkan pundi-pundi yang kita panen nantinya.


Orang yang rajin menabung memang belum tentu menjadi kaya, maksudnya berlimpah harta. Namun melakukan penghematan akan membuat kita terlatih untuk mengeksekusi mana yang jadi prioritas dan mana yang bisa dikesampingkan dulu.


Yang perlu diingat, hidup hemat bukan juga berarti kita pelit, apalagi pada kebutuhan primer yang mendesak. Makan tetap harus terpenuhi, tapi tak harus menggunakan lauk berlebih atau yang kekinian padahal rasa dan gizinya meragukan.

 

 3 | Istiqamah

Kegiatan menabung disebut berhasil jika terjadi akumulasi uang dari waktu ke waktu. Kita sukses menabung ketika nominal dalam rekening terus bertambah secara kontinu, bukan sebaliknya. Di sinilah perlunya disiplin menyisihkan uang untuk ditabung secara teratur tanpa tergoda untuk menarik atau menggunakannya untuk kebutuhan sesaat. 


Penyetoran uang secara teratur ke dalam rekening bank akan mengajarkan kita, juga anak-anak, untuk bersikap istiqamah. Kita terbiasa konsisten atau istikamah dalam melakukan sesuatu yang akan berimbas pada ranah kehidupan lainnya. Tanpa setoran rutin, saldo tak mungkin menggendut. Tekun ajeklah yang akan membuat rekening kita penuh cuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan.


4 | Optimisme

Manfaat lain menabung adalah membangun sifat optimistis. Optimisme terbentuk berkat keyakinan yang dipupuk seiring waktu berjalan. Uang yang dihimpun akan terus menumpuk nominalnya yang diyakini akan mampu dipakai untuk menutup berbagai kebutuhan atau keinginan yang memang mendesak.


Para penabung yakin bahwa aktivitas yang mereka lakukan tidak pernah sia-sia. Kegiatan mereka dilandasi semangat untuk bersabar dalam menuai hasil dengan penuh harapan sebagaimana diajarkan oleh agama Islam. Keyakinan kian mantap sebab kita menabung dalam bentuk Tabungan Syariah yang sesuai dengan konsep agama sehingga bikin pikiran tenang dan hati nyaman.


Mudah dan untung nabung pakai M-Syariah


Lalu menabung di mana? Enggak mungkin kan kita menyimpan uang di dalam celengan bambu atau dalam celengan berbentuk ayam seperti masa kecil dulu? Bisa jadi kita masih menggunakannya, tapi ingat bahwa celengan punya daya tampung yang terbatas. Selain itu, uang kertas berpotensi rusak jika disimpan di rumah dalam waktu terlalu lama. Belum lagi godaan untuk menggunakannya sebab kapan pun bisa kita buka.


Paling enak ya menabung di aplikasi mobile. Kita tahu sekarang semua serbadigital, maka menabung pun perlu mengikuti tren serbacanggih. Dengan mengandalkan ponsel pintar, kita bisa membuka rekening tabungan dengan mudah. Caranya? Tinggal mengunduh aplikasi M-Syariah di Play Store.


Langkah kedua, daftarkan diri dengan mengisi formulir online yang praktis dan cepat. Lebih hemat waktu dan hemat biaya dong karena kita tak perlu meninggalkan rumah untuk punya rekening baru. Satset kata anak zaman sekarang, enggak sampai satu jam, rekening digital pun jadi.


Pendaftaran tabungan syariah sangat praktis dan mudah.


Apakah hanya karena itu saja sehingga kita lantas memutuskan menabung di aplikasi M-Syariah? Oh tentu tidak, masih ada sejumlah keunggulan yang bisa kita nikmati. Satu hal yang menarik tentu saja bebas biaya administrasi bulanan, yang berarti kita tak perlu khawatir jika dana dalam Tabungan Syariah akan terpotong untuk membayar biaya admin.

Selain itu, tabungan digital di M-Syariah juga aman. Dana dalam M-syariah dipastikan aman sebab diproteksi oleh password, PIN, dan kode OTP. Tia lapis pengamanan itu masih bisa dilengkapi dengan sistem keamanan biometrik menggunakan sidik jari (fingerprint) dan deteksi wajah (face ID) yang tentunya bikin kita semakin tenang.

Aplikasi M-Syariah juga sangat praktis, bisa dipergunakan untuk melakukan transaksi kapan pun dan di mana pun tanpa harus meninggalkan rumah. Berbekal internet dan aplikasi ini, kita bisa memenuhi berbagai kebutuhan secara cepat, termasuk berbelanja dan terutama mengeluarkan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, dan donasi.


Singkat kata, M-Syariah adalah aplikasi unggul untuk mendukung produktivitas kita sehari-hari. Bukan cuma untuk menabung sesuai prinsip syariah, tetapi juga memenuhi kebutuhan baik pembayaran maupun pembelian secara online yang hemat, cepat, dan sangat mudah.  

Lalu apa saja fitur-fitur andalan M-Syariah? Bisa disimak sebagai berikut.
  • Pembukaan rekening tabungan secara online, tanpa perlu melakukan video call maupun datang ke kantor cabang.
  • Pembukaan rekening cukup dengan mengisi data, mengambil foto KTP, dan melakukan swafoto (selfie) di aplikasi M-Syariah.
  • Pengiriman kartu ATM akan diantar langsung ke alamat Anda.
  • Pemindahbukuan atau transfer antar bank secara online.
  • Anda bisa melakukan transfer ke bank lain dengan biaya admin yang lebih murah, menggunakan layanan BI Fast.
  • Fitur pembelian dan pembayaran tagihan.
  • Top up e-wallet (GoPay, OVO, dan DANA).
  • Fitur Donasi dan Amal (Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf, Donasi, dan Qurban).
  • Fitur Berkah Islami (informasi masjid terdekat, arah kiblat, hingga berita dan artikel Islami) yang mendukung ibadah Anda.
Makin mantap kan menyimpan uang pakai Tabungan Syariah pakai aplikasi M-Syariah? Jangan tunggu jangan bimbang, langsung download dan rasakan nikmatnya menabung secara syar'i agar mendapatkan limpahan cuan mulai sekarang dan memperoleh ketenangan hati agar lebih khusyuk beribadah.

Walaupun tujuh tahun telah berlalu, tak mungkin saya lupakan kejadian itu. Suatu pagi, saat saya masih tinggal di Bogor, seorang tetangga datang ke rumah. Bukan tetangga di kompleks perumahan, melainkan dari kampung sebelah. Kebetulan rumah kami terletak di ujung jalan yang berbatasan langsung dengan gerbang ke kampung. Wanita paruh baya inisebut saja namanya Bu Hasnameminta agar saya mempekerjakannya. Terserah: menyapu, mengepel, menyeterika, bersih-bersih apa pun dia sanggup demi mendapat cuan. 


Meluaskan manfaat bersama LMI, berdaya bersama majukan negeri. (Foto: dok. LMI)

Karena pekerjaan rumah semua sudah kami tangani, kami jelas tak perlu pembantu. Maka saya lantas memberikan sedikit uang yang bisa ia pakai untuk membeli beras selama beberapa hari. Saya lihat wajahnya sangat gembira. Berpamitan dengan penuh semangat hingga bayangannya hilang di balik gerbang.


Tunggakan SPP bikin anak enggak pede

Saya sampaikan fragmen pertemuan saya dengan Bu Hasna kepada suami. Seketika kami tertegun, lebih-lebih suami saya yang gampang terenyuh. Masalah utama yang dihadapi Bu Hasna bukan hanya becak suaminya yang sedang rusak sehingga ia tak bisa mencari penghidupan.  


Yang lebih mendesak adalah pelunasan SPP sang anak yang duduk di SMK. Dia harusnya hendak lulus tapi malu sekolah sebab tunggakan SPP masih berlimpah. Berbulan-bulan lamanya SPP tak terbayarkan hingga mencapai berjuta rupiah nilainya. Sebagai pekerja lepas dengan bayaran tak tetap, kami tentu tak sanggup membayarnya.


Kami sendiri tengah berhemat sehingga pekerjaan domestik sebisa mungkin kami tangani sendiri. Kalaupun ada yang bisa disisihkan, jumlahnya tak besar sebagaimana sudah saya angsurkan kepada Bu Hasna pagi itu.


Lembaga Amil Zakat jadi penyelamat

Setelah merenungkan masalah yang dihadapi Bu Hasna, suami saya mendadak teringat pada sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang lokasinya tak jauh dari rumah kami. Kebetulan saat itu kami baru saja memutuskan menjadi orang tua asuh untuk seorang anak SMP melalui LAZ tersebut. Kami berada di tahun pertama program di mana kami wajib menyetor dana secara rutin per bulan ke rekening LAZ itu. 


Tanpa berlama-lama, saya minta suami bergegas mendatangi kantor LAZ dimaksud. Tujuannya untuk menjajaki kemungkinan bisa tidaknya tunggakan SPP anak Bu Hasna dibantu soal pembayaran. Setelah mendengarkan penuturan suami, tim LAZ berjanji akan menindaklanjuti meskipun tidak menjamin bisa menutup semua tunggakan yang ada.


Saya senang bukan main ketika akhirnya LAZ tersebut berkenan bersilaturahmi ke rumah Bu Hasna. Mereka melakukan pendataan sekaligus wawancara untuk menggali data. Bagi kami itu progres yang wajib disyukuri meskipun pelunasan tunggakan belum disanggupi. Sampai suatu hari kabar gembira itu tiba. Lembaga Amil Zakat yang kami mintai tolong rupanya berkenan melunasi seluruh tunggakan SPP anak Bu Hasna. 


"Terima kasih, Bu. Terima kasih atas bantuan Ibu sehingga tunggakan anak saya sekarang lunas. Dia enggak malu lagi ke sekolah, dan bisa lulus enggak ada masalah." Demikian ujar Bu Hasna, berulang-ulang berterima kasih sebagai ungkapan rasa syukur dengan mata berkaca-kaca.


Bu Hasna sengaja datang ke rumah kami demi mengabarkan berita besar itu sekaligus berterima kasih. Kami tentu saja ikut berbahagia walau kami tidak ikut membayari. Namun dari kisah Bu Hasna kita bisa belajar bahwa LAZ bisa menjadi penyelamat, dalam hal ini melalui pemberdayaan dana zakat, infaq, dan sedekah. 


Anak Bu Hasna mengalami kendala dalam biaya pendidikan. Lalu LAZ datang membawa jalan keluar. Bantuan ini bisa dikategorikan sebagai beasiswa dan sejumlah ulama memperbolehkan jatah fi sabilillah untuk dipakai sebagai beasiswa. Fakta lain mengonfirmasi bahwa Bu Hasna termasuk keluarga miskin yang layak menjadi mustahik.


Kabar yang juga menggembirakan hati kami adalah janji LAZ tersebut untuk membuatkan program pemberdayaan ekonomi bagi warga kampung tempat tinggal Bu Hasna agar bisa berdaya lewat potensi lokal yang mereka miliki. Harapannya, lama-lama mereka akan bangkit dari mustahiq menjadi muzakki yang produktif sehingga dapat menolong Hasna-Hasna lainnya. 


Meluaskan manfaat bersama LMI

Kisah pendek itu nyata dan tanpa rekayasa, yang menegaskan bahwa peran Lembaga Amil Zakat sangat krusial dalam pemberdayaan sosial. Rakyat yang membutuhkan bisa mengajukan permohonan agar bebannya diringankan. Mereka yang kesulitan karena sistem atau nasib bisa ditopang lewat berbagai program. Masalahnya adalah menemukan LAZ yang tepercaya baik dalam penghimpunan dana dari donatur maupun penyalurannya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan secara transparan.


Sebut saja Lembaga Manajemen Infaq atau biasa dikenal dengan nama (LMI). Lembaga filantropis yang berkantor utama di Surabaya ini dikelola secara profesional sejak didirikan pada tahun 1995. LMI selalu berupaya mewujudkan komitmen untuk memberdayakan masyarakat yang membutuhkan sesuai perspektif agama. Penghimpunan dana entah berupa zakat, infaq, sedekah, dan wakaf semuanya didedikasikan untuk kemaslahatan umat. 


Kiprah selama 28 tahun tentunya bukan perjalanan yang singkat. Pengabdian LMI selama hampir tiga dasawarsa adalah bukti kuatnya komitmen untuk memajukan negeri tercinta. LMI mendapatkan SK LAZDA Jawa Timur pada tahun 2005 dan SK LAZNAS pada tahun 2016. Setelah itu andilnya sebagai LAZ menorehkan prestasi gemilang ketika didapuk sebagai LAZNAS dengan Pendayagunaan Terbaik Nasional pada tahun 2017. Prestasi berikutnya yang tak kalah hebat adalah lembaga dengan Penggalangan Dana Langsung Terbaik 2020 yang diberikan oleh Indonesian Fundraising Award.


Kontribusi nyata LMI dalam upaya meluaskan manfaat dirasakan oleh wanita energik bernama Refni. Ibu dua anak ini adalah seorang petani hidroponik yang tergabung dalam kelompok Kampung Hidroponik yang mengelola sepetak tanah wakaf di Depok, Jawa Barat. Bu Refni semula bekerja sebagai buruh cuci dan tukang seterika secara serabutan. Kini nasibnya berubah begitu ia produktif menanam kangkung dan pokcoy yang ia nikmati panennya.


Bu Refni makin happy dari panen kangkung dan pokcoy. (Foto: dok. LMI)


Janda asal Payakumbuh, Sumatera Barat ini bukan hanya memanen cuan dari sayur hidroponik yang ia tanam, tetapi juga memetik energi kebangkitan. Berkat usahanya ini ia mampu memenuhi kebutuhan kedua anaknya baik harian maupun dana pendidikan. Buah hatinya yang duduk dibangku kelas 8 SMP dan 4 SD tengah membutuhkan dana yang tidak kecil supaya bisa menuntaskan pendidikan mereka. Dan dari kebun hidroponiknyalah income dihasilkan.


“Alhamdulillah dengan terlibat dalam hidroponik ini saya mendapat penghasilan tambahan, yang awalnya hanya bisa untuk makan sekarang bisa menambah uang belanja dan biaya sekolah anak saya,” ujar wanita berusia 42 tahun yang telah seperempat abad menetap di Depok.


Ibu yang tinggal di Kampung Sidamukti, Sukamaju, Kecamatan Cilodong, ini meyakini bahwa prospek sayur hidroponik ini sangat bagus sehingga layak ditekuni. Asalkan kebun hidroponik dan kesehatan sayur dipastikan bagus, maka pasar terbuka lebar. Refni bukan hanya belajar kesabaran, tetapi juga belajar menyiapkan sumber makanan yang menyehatkan. Sayur sehat dengan kandungan nutrisi berlimpah menjadi nilai jual yang dicari para pembeli. Dia bersyukur LMI terus memberikan pembinaan juga evaluasi sehingga usaha hidroponik bersama kelompoknya dapat berjalan berkesinambungan. 


Menyiapkan kemandirian



LMI layak jadi pilihan bukan hanya karena kredibilitasnya, tetapi juga lantaran beragam program yang dihelat. Salah satu kegiatan yang relevan dengan kebutuhan kekinian adalah public speaking. Program positif semacam ini akan mendorong anak-anak muda untuk menyiapkan diri dengan salah satu dari 4 skill utama yang dibutuhkan pada abad ke-21 yakni 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, and Creativity). 


Anak muda akan punya bekal saat memasuki dunia kerja atau ketika merintis usaha sendiri. Karena kemampuan berbicara di depan publik bisa digunakan saat presentasi produk, pitching bisnis, atau mencari investor. Kemampuan public speaking yang mumpuni akan membuat mereka percaya diri dan akhirnya meraih kemandirian.


Mulai sekarang, sobat semua harus teliti memilih LAZ sebagai tempat berdonasi atau membayar zakat. Jadilah donatur bijak untuk mendorong kemajuan lewat pemberdayaan rakyat yang punya banyak potensi. Baik Bu Refni maupun kisah Bu Hasna bisa terjadi di mana-mana. Kalau ingin berpartisipasi dalam perjalanan ibadah dan energi pemberdayaaan, ayo meluaskan manfaat bersama LMI. 


Untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai LAZ ini, sobat bisa mengakses website LMI yang ada di http://lmizakat.id/. Selain itu, media sosial LMI juga terus aktif untuk mengabarkan program dan menawarkan kemajuan bagi banyak orang. Kulik Facebook dan Instagram untuk mendapatkan update terbaru lebih-lebih selama Ramadan agar berjalan penuh keberkahan.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog “Meluaskan Manfaat” yang diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Infaq dan Forum Lingkar Pena.


Apakah ada sobat pembaca yang ingin meramaikan lomba inspiratif ini? Silakan klik akun Instagram LMI berikut ini untuk mendapatkan informasi selengkapnya. Saatnya berbagi inspirasi dan berpeluang mendapatkan sedikit rezeki. Mau?




SALAH SATU NIKMAT yang sering kali lalai kita jaga adalah sempurnanya penglihatan mata. Apalagi pada zaman di mana penggunaan gadget amat masif dan sulit dihindari. Hampir setiap saat manusia menatap gawainya, bahkan sebagian besar dilakukan hingga lupa waktu. Nikmat tersebut akan terasa semakin mahal ketika penglihatan itu sudah mengalami gangguan. 


Beruntung kini sudah hadir Vio Optical Clinic yang bisa mengatasi masalah pada mata secara holistik. Namun, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa saja inovasi VIO Optical Clinic untuk penglihatan yang lebih baik? Apa saja sih vision therapy yang ada di Vio Optical Clinic? Apakah hal itu benar-benar merupakan solusi yang tepat untuk mata sehat kita? Saya tergelitik untuk mencari jawabannya.


Bunda, gambarku miring enggak sih?

Kedua buah hatiku memiliki hobi menggambar. Si sulung (12 tahun) suka sekali menggambar komik dan adiknya (10 tahun) sangat gandrung menggambar aneka kendaraan besar yang menjadi favoritnya. Mereka menggambar hampir setiap waktu dan di mana saja saat kesempatan untuk melakukannya mereka temui. Ketika menggambar, pertanyaan yang terkait dengan simetris atau asimetris gambar sering kali mereka lontarkan. 



Namun, hal yang membuatku mulai khawatir adalah ketika mereka mulai sering mengeluh saat menggambar objek yang detail atau membaca buku-buku yang menjadi referensinya. Mereka juga mengeluh dan merasa terganggu ketika membaca penjelasan guru di papan tulis kelas. Pandangan mata mereka mulai tidak jelas dan hal itu sangat mengganggu aktivitas mereka yang cukup banyak.



Aku sendiri telah menggunakan kaca mata sejak kecil. Dulu aku sempat merasa sedih karena kacamata akan membuat aktivitasku yang lumayan banyak menjadi terganggu. Oleh karena itu, hal pertama yang terlintas dalam pikiranku tentu saja aku pun harus mempersiapkan diri mereka yang juga akan mulai berkacamata. Banyak hal yang terkait dengan gangguan penglihatan ini yang perlu dijelaskan pada mereka. Tetapi, di mana aku harus mencari tempat yang tepat untuk mencari solusi masalah mata ini secara komprehensif?


VIO Optical Clinic solusi mata sehat Indonesia


Pertama kali mendengar nama Vio Optical Clinic, aku membayangkan sebuah tempat yang lengkap untuk mengobati atau terapi mata yang bermasalah seperti yang dialami kami sekeluarga. Ternyata bayangan tersebut tidak meleset. Vio Optical Clinic merupakan eyecare spesialist yang memiliki program vision therapy di mana hal ini merupakan terapi atau program perawatan untuk mencapai penglihatan yang jelas dan nyaman. 


Banyak sekali alasan bahwa vision therapy di VIO Optical Clinic merupakan solusi mata sehat bagi masyarakat Indonesia. Beberapa program vision therapy di Vio Optical Clinic, di antaranya bebas mata minus tanpa operasi, terapi mata minus, Ortho-k, corneal lens, dan lain-lain. 



Banyak sekali kebiasaan buruk yang berpengaruh pada kesehatan mata. Melalui vision therapy, Vio Optical Clinic akan memberikan pelayanan-pelayanan berupa pemeriksaan sekaligus konsultasi bagi para pasiennya untuk mengatasi masalah pada mata. Berikut ini beberapa layanan pemeriksaan yang dapat dilakukan di Vio Optical Clinic.


1. Pemeriksaan mata lengkap


Salah satu masalah yang paling mengganjal bagi kami ketika berurusan dengan pemeriksaan mata adalah sering kali kurang mendapatkan penjelasan yang komprehensif. Vio Optical Clinic memberikan solusi dengan memberikan pelayanan pemeriksaan mata yang lengkap dengan pakar yang spesialis di bidang mata. 


Bahkan ketika pasien mengalami penglihatan buram sebagaimana pengalamanku, biasanya hanya dilakukan pemeriksaan minus, plus, dan silinder saja. Namun, VIO Optical Clinic memberikan servis lebih dari sekadar hal tersebut. Vio memberikan pelayanan yang disebut clinical refraction yang merupakan pemeriksaan tajam penglihatan dan deteksi dini dari penyakit mata berbahaya.

 


Pada pemeriksaan clinical refraction, pasien mendapatkan servis pemeriksaan lengkap berupa pemeriksaan buta warna, pemeriksaan stereopsis untuk mengetahui keseimbangan penglihatan dua mata, pemeriksaan tekanan intra-ocular untuk mendeteksi penyakit glaukoma, pemeriksaan kornea untuk pengguna lensa kontak serta lensa mata untuk mendeteksi penyakit katarak, dan pemeriksaan funduscopy (pemeriksaan retina) yang mencakup pemeriksaan pembuluh darah mata, kejernihan media, dan cup disc ration (bintik buta). Hal yang menenangkan dari semua itu adalah bahwa semua pemeriksaan itu tentu saja dilakukan oleh tenaga profesional dan ahli di bidangnya.


2. Terapi mata minus Ortho-k


Si bungsu kami yang sering mengeluhkan kurang jelas penglihatannya divonis oleh dokter dengan mata minus. Hal tersebut tentu membuat kami berusaha untuk mencari solusi terbaiknya. Dokter menjelaskan bahwa bentuk kornea mata pada mata minus (miopia) lebih lonjong dari bentuk kornea mata normal. Perbaikan dan pembentukan ulang kornea mata tersebut bisa dilakukan melalui metode operasi dengan cara mengikisnya. 



Ternyata, kini Vio Optical Clinic memiliki metode mengatasinya tanpa operasi dengan cara membentuk ulang permukaan kornea menggunakan lensa kontak khusus yang disebut terapi Ortho-k. Metode ini memiliki kelebihan karena aman, tanpa operasi, dan obat-obatan. Selain itu terapi Ortho-k memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan menghambat kenaikan mata minus secara alami. Alat yang digunakan dalam terapi ini hanya dipakai ketika tidur sehingga kita bisa bebas beraktivitas tanpa kacamata.


3. Low Vision Treatment

 

Bagaimana dengan mereka yang memiliki mata tanpa masalah? Sebagaimana kesehatan gigi, alangkah baiknya jika pemeriksaan mata juga dilakukan secara berkala, sekitar 6 bulan sekali, demi menjaga kesehatan dan memaksimalkan penglihatan. Pemeriksaan berkala ini bertujuan untuk membuat kita independen (tanpa bantuan orang lain) dari penyakit-penyakit mata, seperti akibat regenerasi retina ataupun retinopathy.


Vio Optical Clinic memiliki low vision device untuk rehabilitas mata low vision sesuai kebutuhan. Tujuannya adalah agar pasien dapat melihat lebih jelas tanpa bantuan orang lain dengan menggunakan optical device, seperti teleskop untuk melihat jauh lebih jelas, magnifier atau microscope untuk melihat dekat, ataupun telemicroscope untuk melihat pada jarak menengah. 


4. Binocular Vision Therapy

 

Ketika seseorang mengalami masalah berupa ketidakmampuan mata untuk menyatukan dua objek yang dilihat dengan dua mata, maka hal tersebut merupakan gangguan binocular vision. Gangguan ini bisa mengakibatkan pandangan menjadi buram, berbayang, ataupun menjadi ganda. Sering kali gangguan binokular vision ini disertai dengan gangguan kesejajaran dua mata atau biasa disebut juling.


Mata juling kadang mengurangi rasa percaya diri. (Foto: alodokter.com)

Selain mengakibatkan pandangan menjadi buram, kelainan mata ini juga dapat mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Vio Optical Clinic memiliki binocular vision therapy untuk mengatasi masalah ini. Terapi ini akan memperbaiki kondisi tersebut dan pemeriksaannya meliputi cover-uncover test untuk mengetahui mata dominan atau mata yang tidak seimbang secara laten, worth for dot di mana pasien diminta untuk menunjukkan bagian dari empat warna yang dilihat oleh kedua mata maupun dengan satu mata, dan pemeriksaan dengan prisma untuk mengetahui sudut deviasi atau sudut kemiringan antara kedua mata. 

 

5. Pediatric Refraction

 

Sebagaimana kasus kedua buah hati kami, maka semakin terasa betapa penting pemeriksaan pediatric refraction, yaitu pemeriksaan secara menyeluruh kondisi penglihatan anak. Vio Optical Clinic memiliki program yang terkait pediatric refraction ini berupa: 

  • pemeriksaan buta warna di mana hal ini sangat penting agar bisa mengindentifikasi warna dasar, 
  • pemeriksaan stereopsis untuk mengetahui kondisi keseimbangan kedua mata beserta otot-ototnya, 
  • retinoscopy sebagai objective refraction yang dilakukan untuk mengetahui secara pasti apakah anak membutuhkan kacamata atau tidak di mana pemeriksaan retina ini sangat penting untuk mendeteksi penyakit-penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan, dan 
  • konsultasi mengenai kebutuhan akan gadget (perangkat digital) dan perilaku anak yang sehat, baik di rumah maupun di sekolah.


6. Dry Eye Test 

 

Sebagai seorang blogger dan editor, saya sering kali berada dalam kondisi kekurangan air mata yang menyebabkan mata kering, perih, berair, dan pada akhirnya pandangan menjadi buram. Aktivitas yang sering saya lakukan di depan monitor dalam jangka waktu yang lama dan dalam ruangan ber-AC itu memiliki solusi di Vio Optical Clinic berupa pemeriksaan air mata (dry eye test).



Selain kondisi seperti yang aku alami, kondisi kering air mata ini sebenarnya juga dapat disebabkan oleh penyakit autoimmune. Oleh karena itu, kita juga perlu mendeteksi penyakit semacam ini agar efek yang berupa dry eye dapat ditangani dengan tepat. Dry eye test ini dilakukan dengan teknologi terbaru sehingga tidak harus menyentuh kornea mata dan tanpa merasa perih atau sakit serta dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. 


7. Contact Lens Specialist

 

Ada kalanya aktivitas kita membutuhkan sebuah kebebasan, termasuk tanpa menggunakan bantuan kacamata, seperti ketika berolahraga atau aktivitas fisik lainnya. Tampil bebas, up-to-date, dan fresh bagi pengguna kacamata saat ini dapat diatasi dengan penggunaan lensa kontak. Akan tetapi, kenyamanan pemakaian lensa kontak tidak terlepas dari pemeriksaan mata, pemilihan bahan serta perawatannya. 


Keamanan dan kenyamanan lensa kontak tentu menjadi hal yang harus diperhatikan karena sebagai medical device, lensa kontak yang tidak sesuai rekomendasi justru bisa menyebabkan permasalahan baru pada mata. Oleh karena itu, Vio Optical Clinic juga menyediakan lensa kontak yang disesuaikan dengan kondisi kornea para pasiennya. Dengan demikian, waktu pemakaian dan kenyamanan dapat dirasakan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Melalui lensa kontak yang baik, mata dapat melihat tanpa gangguan dan penampilan pun tetap terjaga, bahkan bisa semakin menarik dan indah untuk dipandang.


Aktivitas nyaman dan nikmat berkat mata yang sehat


Tak dapat disangkal lagi bahwa kesehatan mata sangat penting dan mendukung hampir seluruh aktivitas. Oleh sebab itu kesehatan mata harus mendapat perhatian dengan senantiasa menjaga mata dari hal-hal yang dapat merusak atau menyebabkan gangguan. Sebagai salah satu eyecare professional, Vio Optical Clinic hadir dengan berbagai solusi, baik yang bersifat preventif maupun kuratif mengenai hal-hal terkait masalah kesehatan mata. 


Mata adalah jendela dunia. (Foto: health.kompas.com)

Dengan para dokter ahli optometri dari Cebu Doctor University Phillipine yang berpengalaman dan bersertifikat dari Fellow American Academy of Optometry (FAAO) serta didukung oleh staf yang profesional, peralatan canggih dan lengkap, juga jaminan harga terbaik, maka pemeriksaan dan perawatan mata terasa semakin mudah dan tepercaya sehingga dapat memperoleh solusi masalah mata yang tuntas serta nyaman. 


Mata adalah jendela dunia dan kesehatan mata sangat penting untuk dijaga melalui inovasi VIO Optical Clinic untuk penglihatan yang lebih baik dan tepercaya. Setuju? 





Judul: Astaga, Mulutku Terbang (Lagi)!
Penulis: Cho Seung Hye
Penerbit: Kesaint Blanc
Tahun: 2019
ISBN: 978-602-477-056-3
Halaman: 44 halaman
Ukuran: 18,5 x 24
Berat: 165 gr
Harga: Rp65.000 (P. Jawa)




MULUT ADALAH tempat untuk makan dan minum karena ada lidah dan gigi untuk merasa dan mengunyah. Mulut juga digunakan untuk berbicara karena suara bisa dikeluarkan dari dalamnya. Apa jadinya jika mulut tiba-tiba lepas, terbang, dan pergi entah ke mana? 

Itulah yang terjadi sesaat sebelum liburan sekolah Dudo dimulai. Mulutnya tiba-tiba terbang dan tak lagi menempel di wajahnya? Owwhhh, tentu saja Dudo akan sulit untuk bersenang-senang. Tak bisa makan, tak bisa bicara, wajahnya tak bisa dikenali, dan tentu saja buyarlah rencana liburannya. Wah, benar-benar repot!

Karakter bebek lucu yang tak selalu bersikap manis

Ketika Pak Kurir yang mengantarkan paket tiba siang itu, dua krucil saya langsung heboh. “Bunda, bukunya sudah sampai. Aku boleh buka paketnya duluan ya?” Mereka tak sabar segera menghampiri Pak Kurir dan menunggunya menyerahkan paket tersebut. Tak berapa lama, buku itu sudah asyik mereka baca hingga tuntas. Sebagaimana biasa, setelah membaca sebuah buku, mereka pasti komentar ini dan itu. Banyak yang bakal mereka bahas, bahkan tambah seru jika ditambah camilan di sela-sela diskusi itu.

Buku ini mengisahkan tentang petualangan Dudo yang menjadi karakter utama dalam cerita ini. Petualangan yang dialaminya merupakan lanjutan dari buku sebelumnya meski keduanya bisa dibaca secara terpisah karena ceritanya berbeda. Ia terpaksa harus “memburu” mulutnya (lagi) kali ini dan membuat Dudo berkeliling dunia, ke gunung, ke laut, ke langit, bahkan ke kutub. Semua terasa seru dan menantang dan Dudo pantang menyerah! 

Bikin penasaran hingga akhir

Buku Astaga, Mulutku Terbang (Lagi)! merupakan buku cerita memiliki gambar yang cukup atraktif untuk anak-anak usia sekolah TK atau SD. Petualangan Dido semakin terasa seru dan menarik untuk diikuti karena didukung pula dengan kertas artpaper dan gambar-gambar full-color. Sebagai orangtua dari dua krucil cowok berusia SD, saya pun dibuat takjub dengan gambar-gambar yang sederhana, tetapi mampu menyedot perhatian hingga tak mau lepas sebelum cerita berakhir. Bahkan, ketika sampai pada halaman terakhir, cerita tentang Dido pun serasa masih menyisakan rasa penasaran yang tak mau hilang.

Buku yang berjudul asli Wonder Mouth 2 dan ditulis oleh Cho Seung Hye ini tidak memberikan kesimpulan akhir atau rangkuman nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Pembaca, khususnya anak-anak dibebaskan untuk memahami cerita tanpa disuapi dengan pemahaman atau kesimpulan dari buku. Mereka dberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami dengan kemampuan diri mereka sendiri dan berimajinasi di mana orangtua menjadi pendamping.

Hal yang cukup menarik adalah justru di halaman awal terdapat beberapa panduan yang diberikan kepada para orangtua atau pendamping yang akan menemani si kecil membaca buku ini. Panduan ini menarik, khususnya bagi orangtua baru karena jika bisa menerapkannya, maka kebiasaan membaca buku pada anak akan tumbuh sejak dini.

Buku yang cantik dan mendidik tanpa bikin panik

Sering kali orangtua memberikan pendidikan dan pengasuhan kepada putra atau putrinya dengan hal-hal yang berisi banyak tuntutan. Sering kali hal yang diinginkan oleh orangtua itu sendiri pun justru malah kurang berjalan sebagaimana yang diharapkan. Melalui buku cerita dan aktivitas membaca bersama, terutama bagi anak di bawah usia lima tahun, pendidikan dan nilai-nilai moral yang positif bisa disisipkan tanpa menuntut atau menyuruh. 

Mereka akan mendapat banyak manfaat yang cukup besar dari aktivitas membaca buku ini, di antaranya:
- Merangsang minat baca
- Melatih disiplin dan kebiasaan membaca
- Menambah kosa kata
- Merangsang imajinasi
- Membuat bonding (ikatan) yang erat antara orangtua dan anak
- Menanamkan nilai-nilai positif tanpa merasa dipaksa
- Belajar mengenal warna, nama hewan, dan benda-benda
- Belajar membaca sesuai usia

Buku ini benar-benar memancing imajinasi anak karena gambar-gambar di dalamnya mampu bercerita banyak. Bumi bungsu saya juga tertarik pada ilustrasi dan ceritanya yang unik. Dengan keterlibatan orangtua sebagai pendamping untuk membantu menyuarakan kalimat-kalimat atau percakapan dalam cerita, maka akan sangat ideal. Bahasa yang disajikan secara bilingual juga menarik minat berbahasa anak dan melatih kosa kata mereka.

Membaca buku selalu seru!

Sayangnya, saya tidak dapat mengetahui profil penulisnya karena dalam buku ini tidak dicantumkan. Padahal saya termasuk orang yang kepo jika menyangkut profil penulis buku, termasuk buku anak, hehehe. Apalagi tentang Korea Selatan yang kini sedang tren di Indonesia dengan drakor dan budaya popnya. 

Namun terlepas dari itu, buku ini sangat layak menjadi koleksi karena ceritanya unik, gambar dan warnanya lembut dengan ukuran buku dan kertas isi (art paper) yang tebal, sangat nyaman bagi pembaca belia. Berulang kali dibaca pun, buku ini tidak pernah membosankan. Bagi para pendongeng (story teller), buku ini wajib Anda miliki! 

Langsung saja cus ke akun Kesaint Blanc di Shopee karena saya juga beli di sana.
HUJAN DERAS membuat udara di Bukit Matahari terasa semakin dingin dan menggigit. Angin yang bertiup membuat pohon meliuk-liuk dan membuat suara gemerisik. Untung saja tenda terpasang dengan baik dan kokoh. Suasana malam yang basah membuat rasa lelah menjadi kantuk yang pasrah.

Jaket tebal, kaus kaki, dan selimut membuat tidur malam tahun baru 2023 begitu nyaman. Rentetan suara kembang api dan terompet di kejauhan seperti alunan nina bobo yang mengantarkan tidur. Tak peduli pesta, tak peduli perayaan. Kami hanya menikmati keheningan dan ketenangan di puncak gunung di sela-sela derai hujan.

Berkemah bareng krucil, rencana lama yang akhirnya terlaksana

“Sudak tak (aku) booking. Tak tunggu ya!” pesan WhatsApp dari Devine, seorang dokter hewan sekaligus sahabatku yang tinggal di Surabaya langsung to the point, bahkan sedikit memaksa. Ini adalah tawaran kedua darinya. 

Pada pertengahan tahun kemarin, keluarganya mengajak kami berkemah di Pacet, Mojokerto. Namun berhubung aku dan Mas Bojo lagi banyak tugas dan deadline yang berkejaran, tawaran itu dengan berat hati kami tolak.

Tapi, untuk tawaran kali ini tak sanggup kutolak lagi karena si krucil belum pernah merasakan kemah sama sekali. Miris banget ya? Heuheuheu. Beda sama emaknya yang sudah naik turun gunung dan berkemah. Apalagi momen ini adalah hari-hari terakhir liburan mereka menjelang aktif sekolah lagi. Tentu saja aku tidak tega untuk menundanya kembali. Jadi, meski deadline tetap mengintai, aku dan krucil mempersiapkan segala “perabotan” yang harus dibawa untuk berkemah. 

Akhirnya tanggal 30 Desember 2022, kami berangkat pada pukul 05.17 menggunakan moda kereta api lokal dari Stasiun Lamongan menuju Stasiun Pasar Turi menuju titik kumpul di dekat kampus UINSA, Surabaya. Kebiasaan memesan tiket kereta melalui KAI Acsess lumayan mempermudah aktivitas liburan kami. Jadi insya Allah gak kehabisan tiket krrn sdh pesan beberapa hari sebelumnya. 

Perjalanan menuju Surabaya menggunakan kereta tentu adalah bagian yang paling krucil tunggu-tunggu. Ndilalah, mereka bertemu dengan teman satu dojang (tempat latihan) Taekwondo saat menunggu kedatangan kereta di Stasiun Lamongan. Tentu mereka terus asyik bercengkerama dan menambah keseruan perjalanan tersebut. Ternyata, teman Xi itu juga akan berwisata ke salah satu tujuan wisata di Surabaya, yaitu Kebun Binatang Surabaya (KBS). 

Duo Xi ketemu sahabat sesama Dojang Taekwondo.

Sesampainya di Pasarturi (Surabaya), aku dan para krucilku sarapan di warung dekat stasiun. Kami memang belum sempat sarapan sebelum berangkat tadi. Maklum, habis shalat subuh kami langsung meluncur ke stasiun. Perjalanan selanjutnya, seperti biasa kami berjalan kaki sampai halte Pirngadi dan menunggu Suroboyo Bus favorit kami yang tiketnya bisa didapat dengan menukarkan botol atau gelas bekas. 

Meski masih pagi, panas sudah mulai menyengat. Suroboyo Bus yang kami tunggu tak lama datang. Tujuan kami tak lain adalah halte UINSA tempat sahabatku, Devine dan keluarganya tinggal.

Selalu ceria naik Suroboyo Bus yang jadi moda favorit di Surabaya

Camping bersama tujuh keluarga

Aku baru menyadari bahwa Devine justru tidak ikut serta berangkat bersama kami ketika suaminya mengatakan Devine masih “ngantor” hari ini, haddeuuuhh.  Sekitar pukul 14.00, kami meluncur menuju Wonosalam, Jombang. 

Saat melihat iringan atau konvoi mobil yang dimulai sejak transit di Rest Area 726, aku mulai merasa santai karena ternyata banyak juga peserta kegiatan berkemah ini, bahkan ada pula yang membawa balita. 

Perjalanan terasa singkat karena pemandangan cukup memanjakan mata yang selama ini sudah lelah menatap smartphone atau laptop terus-menerus. Sekitar pukul 17.00, kami sampai di lokasi perkemahan.

Suasana pegunungan yang dingin, hening, dan basah membuat aktivitas kami selama berkemah selama tiga hari dua malam berjalan santai dan relatif seru,  baik untuk peserta yg dewasa maupun untuk anak-anak. Kami mengopi, memasak bersama hingga mengobrol ngalor ngidul. Anak-anak juga makan bersama, shalat berjamaah, bermain bersama-sama, renang, dan membakar jagung + sosis di malam tahun baru. Meski hujan sering kali turun dan membuat kami harus segera berteduh di tenda, tetapi rasa kebersamaan dan keseruan acara di sana membuat anak-anak menikmati momen-momen tersebut.

Kebersamaan camping di Wonosalam Jombang

Rasa sungkan karena aku dan anak-anak menjadi tamu di antara para peserta lain yang sudah sering mengadakan kemah bareng sedikit berkurang karena sikap ramah dan kebersamaan mereka. Sesekali aku membuka file untuk melanjutkan pekerjaan yang masih menunggu. 

Aku memang tidak sepenuhnya menikmati kegiatan tersebut karena masih banyak tulisan yang harus diselesaikan. Adapun Devine datang pagi hari pada keesokan hari bersama satu keluarga dan bergabung bersama kami. Suasana pun semakin ramai dan meriah karena peserta lengkap sudah. 

Kesibukan bebersih, semangat menyambut hari

Banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran dalam kegiatan tersebut, terutama bagi anak-anak. Liburan yang tadinya terpikir akan berlalu begitu saja ternyata memberikan pengalaman yang luar biasa. 

Bagi duo Xi, pengalaman pertama ini mungkin akan menjadi patokan awal untuk menggambarkan bahwa perkemahan adalah sebuah kegiatan yang cukup mengasyikkan dan mereka tidak akan “kapok” untuk mengikuti kegiatan perkemahan berikutnya. 

Asyik berenang walau kedinginan

Aku tidak melarang mereka untuk melakukan hal-hal yang selama ini mereka hindari, seperti bermain lumpur, berenang, atau memanjat bukit di sekitar tempat berkemah. Alhamdulillah, mereka tidak mengalami gangguan kesehatan setelah melakukan aktivitas tersebut. Mungkin hal itu karena udara yang bersih dan segar di gunung serta rasa happy yang mereka rasakan sehingga kekebalan tubuh mereka tumbuh dengan baik. 

Bukit Matahari dan belajar mencintai alam

Ketika mendengar nama Bukit Matahari di Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah sebuah tempat yang berupa hutan di atas gunung yang “mungkin” tidak banyak sentuhan tangan manusia. 

Akan tetapi, gambaran tersebut ternyata sangat berbeda dengan kenyataan yang aku temui. Bukit Matahari merupakan sebuah tempat yang memang sudah dipersiapkan untuk menjadi lokasi wisata dan berkemah serta telah memiliki fasilitas seperti lahan perkemahan, pendopo, toilet, mushala, kolam renang hingga kedai.

Anak menulis saat senggang berkemah.

Salah satu yang menarik perhatianku ketika menikmati suasana siang maupun malam hari di Bukit Matahari adalah banyaknya pengunjung atau wisatawan, bahkan dari luar peserta perkemahan yang mencari jalan atau jalur menuju sungai dan air terjun. Tempat tersebut merupakan satu dari sekian hal yang luput untuk kami jelajahi akibat curah hujan yang tinggi. Para penjaga wilayah mengatakan bahwa lokasi tersebut sangat berbahaya untuk dijelajahi karena medan menjadi licin dan rawan akibat hujan.

Hal lain yang menarik perhatian adalah banyaknya pengunjung kedai yang ternyata merupakan para anggota pecinta alam dan mereka yang tergabung dalam jaringan komunitas yang melakukan upaya atau kegiatan konservasi alam. 

Salah satu warga yang menjadi pelayan di kedai menjelaskan bahwa mereka menanam bibit-bibit pohon yang akan digunakan untuk menanami hutan, bukan hanya di wilayah Wonosalam atau Jombang dan sekitarnya, tetapi juga hingga ke luar daerah seperti Malang dan Sidoarjo. Siapa pun yang memiliki niat atau tujuan untuk melakukan konservasi alam dan mengajukan kerja sama akan mereka bantu dengan penyediaan bibit tersebut.

Aku mendengarkan paparannya sambil ngopi di kedai saat mendampingi krucil berenang dan penjelasan itu menerbitkan kekaguman pada mereka. Banyak pengunjung, baik kalangan pemuda atau pun mereka yang berkeluarga mendengarkannya dengan penuh antusias. Idealisme yang dimiliki oleh pengelola bumi perkemahan ini memang layak untuk diapresiasi.

Mereka yang mengadakan kegiatan berkemah di tempat ini diajak untuk ikut serta dalam upaya menjaga kelestarian alam dengan melakukan aktivitas konservasi dan bahkan sesederhana menjaga lingkungan dengan tidak merusak pepohonan atau tidak membuang sampah sembarangan. Terbayang dong jika tempat tertinggi di Bukit Matahari tersebut penuh sampah, tentu akan merusak lingkungan dan bisa menimbulkan bencana.

Hati-hati kecanduan camping!

Banyak hal-hal menyenangkan dan dan bersifat edukatif dari kegiatan berkemah yang kami lakukan, terutama bagi krucil. Mereka belajar untuk menikmati suasana alam yang bebas, mencintai lingkungan, bekerja sama, saling berbagi, saling menjaga satu sama lain, bermain bersama, juga mengenal teman-teman baru di luar lingkungan rumah dan sekolahnya. 

Tentu saja banyak hal yang memang serba terbatas ketika hidup di tengah-tengah alam, tetapi hal itu mengajarkan kita untuk bersikap empati kepada masyarakat di tempat-tempat terpencil yang akses terhadap berbagai hal tidak mudah seperti pada masyarakat perkotaan. Kita tidak mudah mendapatkan makanan yang kekinian, mendapatkan aliran listrik, termasuk menggunakan smartphone karena ada yang sulit mendapatkan sinyal internet. Bumi sempat menyeletuk, “Kurir G**bfood gak bisa antar sampai ke atas sini ya, Bunda?” Ada-ada saja celoteh krucil ini. 

Bahagia mejeng di alam terbuka

Meski demikian, kearifan lokal juga banyak terungkap. Masyarakat di sekitar bumi perkemahan tersebut melakukan gotong royong dan saling tolong-menolong, yang terasa tulus, ketika kami mengalami kesulitan. Salah satu contohnya ketika kendaraan-kendaraan kami terperosok ke dalam parit menuju ke puncak bukit. Mereka segera memberi bantuan seperti mendorong kendaraan tersebut, mengambilkan alat-alat untuk mengungkit ban, membawakan barang-barang atau perlengkapan (khususnya keperluan anak-anak) dengan motor yang harus dilakukan bolak-balik. Seru dan membuat haru.

Tak heran jika duo Xi mengungkapkan bahwa mereka akan bersedia jika diajak berkemah lagi. Hal-hal yang dirasakan “susah” atau membuat repot tidak menjadikan mereka jera. Mereka sudah mulai merencanakan tempat atau tujuan mereka berkemah berikutnya, yaitu berkemah di tepi pantai. Wah, sepertinya menarik juga ya?

Yups, camping atau berkemah itu asyik banget. Bagi mereka yang gak suka repot, kini malah ada jenis berkemah yang disebut glamping alias glamour camping. Duo Xi bilang sih itu disebut “pindah tempat tidur aja sih”. Whatever lah, yang penting bikin rileks. 

Ngemil enggak berhenti

Intinya, dengan camping ini kita bisa menikmati keindahan dan suasana alam bebas dan menghirup udara segar serta me-refresh tubuh dan jiwa kita. Dengan demikian, kita siap untuk memulai aktivitas kembali dengan semangat yang baru dan tentu saja bisa menyiapkan bekal untuk rencana camping berikutnya, hahaha.

Wonosalam, Jombang
30 Desember 2022 - 01 Januari 2023
There’s something delicious about writing these first few words of a story.
You can never quite tell where it will take you.
Mine took me here, where I belong ….

Ada yang terasa lezat saat menuliskan kata-kata pertama ini pada sebuah cerita.
Kau mungkin tak pernah tahu ke mana kata-kata itu akan membawamu.
(Kata-kata) milikku telah membawaku ke sini, di tempat aku berada saat ini.

UCAPAN BEATRIX POTTER—penulis dan ilustrator asal Inggris yang terkenal—dalam adegan pamungkas film Miss Potter itu seketika terasa membius, meresap ke dalam hati, dan siap meletupkan banyak imajinasi. Gambaran ini hampir serupa dengan pengalaman saya saat remaja beberapa puluh tahun silam. 

Menulis di alam membangkitkan semangat dan inspirasi. (Foto: pixabay/pasja1000)

Ketika itu saya sering duduk santai sambil menulis dan membaca buku di pinggir sebuah kolam ikan yang bersih dan tenang tak seberapa jauh dari samping rumah. Tanah di sekitar kolam itu secara alami ditumbuhi pepohonan rindang dan rerumputan yang bersih dan asri. Dua angsa putih berenang hilir mudik diiringi angin sepoi-sepoi.

Bagi sebagian besar pembaca, penulis, atau orang-orang yang bergumul dengan kata, diksi, atau kalimat, terutama yang terjalin indah sebagaimana yang dirangkai oleh para sastrawan, suasana hening di tengah alam yang sejuk dan asri adalah sebuah dambaan. Lewat ketenangan itu, mereka berharap bisa melahirkan beragam ide atau penemuan rangkaian kata indah untuk sebuah tulisan dan—pada perjalanan kata-kata itu selanjutnya—menjadi sebuah kenikmatan yang justru tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 

Halus dan indahnya suatu karya sastra yang ditulis atau dibaca bahkan bisa menjadi katarsis dari pergulatan batin atau ketegangan emosional dalam diri seseorang. Tak heran jika membaca dan menulis pun sering kali menjadi terapi dan pengobatan bagi mereka yang mengalami tekanan dalam jiwanya. 

Menikmati sastra demi merawat budaya dan menghaluskan rasa

Pada zaman serbadigital sekarang ini, sendi-sendi budaya di masyarakat banyak yang mulai goyah dan menjadi PR kita semua sebagai anak bangsa. Perkembangan teknologi digital memiliki dampak positif dan negatif yang berkelindan sehingga harus kita sikapi dengan bijaksana. 

Gawai seperti ponsel pintar (smartphone) sudah seperti belahan jiwa yang tak terpisahkan dalam keseharian sehingga pengaruh informasi begitu deras tak terkira. Kemajuan teknologi melahirkan kemudahan dan kecepatan, tetapi di sisi lain juga turut menghadirkan cabikan pada moral dan nilai-nilai kepribadian yang terkoyak akibat tidak kuatnya menghadapi benturan dengan budaya global yang tidak sejalan dengan nilai budaya bangsa yang sejatinya adiluhung.

Betapa miris ketika kita menemukan kenyataan bahwa netizen negeri ini berada di peringkat pertama dalam hal pengguna ujaran-ujaran kasar padahal bangsa ini sejak dulu terkenal dengan keramahan dan kesopanannya. Tingkat literasi siswa dalam Program for International Student Assesment (PISA) masih jauh berada di bawah padahal negeri ini pernah melahirkan banyak tokoh bijak dan cerdik cendekia.

Perilaku korupsi pun berurat berakar padahal religiusitas terasa begitu kental dan mestinya menjadi pedoman moral. Belum lagi ancaman radikalisasi dan intoleransi yang masih merongrong anak negeri, dan masih ada yang lainnya. 

Siapa bilang warga desa tak butuh sastra?

Tanpa bermaksud mengecilkan hati, realitas ini selayaknya menjadi lampu kuning dan PR bagi kita semua tanpa kecuali. Generasi milenial dan generasi alpha yang kini menjadi bagian terbesar populasi jelas harus menjadi bagian dari benah-benah ini. Menata kembali sendi-sendi kepribadian melalui penanaman kembali nilai-nilai moral bangsa yang adiluhung bisa dimulai dari sudut humaniora, pendidikan, dan lingkungan. 


Tentu saja ini bukan pekerjaan yang bisa dilakukan dengan mudah. Namun, melihat Heri Chandra Santoso, sosok berperawakan kecil dengan kepribadian yang ramah, supel, lincah, dan berpenampilan bersahaja, yang concerned untuk mengenalkan sastra bersama Komunitas Lereng Medini di pelosok desa sejuk di wilayah Gunung Ungaran, Kendal, Jawa Tengah akan membuat kita jadi percaya bahwa idealisme itu masih ada. Bahkan, hingga hari ini ia telah menapaki langkah bersama komunitasnya selama lebih dari 15 tahun.

Semangat Beatrix Potter yang memiliki kepedulian pada lingkungan masyarakat sekitarnya dengan mendonasikan 4.000 hektar tanahnya kepada para petani di Inggris tampaknya selaras dengan kiprah Heri yang memiliki wawasan dan pandangan yang maju meski tinggal di desa pada komunitas masyarakat Desa Boja, sebuah desa yang berada di atas ketinggian sekitar 2.050 mdpl di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Meski bukan dalam bentuk donasi tanah sebagaimana dilakukan pencipta karakter Peter Rabbit itu, Heri memantapkan dan mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan kecintaan pada sastra secara khusus dan kesadaran literasi secara umum pada lingkungan masyarakat desanya, Boja. Sastra, di mata seorang Heri, tidak hanya monopoli segelintir orang. Penduduk desa yang berkiprah di bidang pertanian dan peternakan juga sangat berhak untuk bersastra. 

Pergulatan membidani Komunitas Lereng Medini

Sastra, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai dengan “bahasa (dalam hal ini adalah kata-kata atau gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)”. Makna lainnya adalah kesusastraan, kitab ilmu pengetahuan, tulisan, atau huruf. Dengan demikian, sastra merupakan bacaan atau tulisan yang memiliki nilai ketinggian, keagungan, atau kehalusan dan sangat berharga. 

Heri merasa sastra bisa menjadi salah satu instrumen atau sarana untuk menjahit kembali nilai-nilai kebaikan sekaligus keindahan jiwa. Lebih dari sekadar mencintai rangkaian kata, mempelajari, dan menikmatinya, sastra sebenarnya menjadi sebuah mata rantai untuk menata kembali akar budaya dalam masyarakat. 

Semangat Heri dalam menebarkan kecintaan pada sastra dan kesadaran literasi tersebut melatarbelakangi pendirian Komunitas Lereng Medini (KLM). Heri merintis langkah pertama dengan membuka perpustakaan gratis bernama Pondok Maos Guyub (sering disebut Guyub) pada tahun 2006. Perpustakaan ini memanfaatkan sebuah rumah di Jalan Raya Bebengan 221, Bebengan, Desa Boja yang dimiliki Sigit Susanto, sesama penggagas KLM yang saat ini bermukim di Swiss. 

Heri Chandra Santoso saat membaca puisi (Foto: jejakliterasi.id)

Heri yang merupakan lulusan Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) jurusan Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang bersama kawannya, Sigit Susanto, seorang pegiat sastra asal Boja sekaligus (kala itu) menjadi moderator milis “Apresiasi Sastra” menggagas berdirinya Komunitas Lereng Medini pada tahun 2008 silam. 

Komunitas Lereng Medini bangkit berdiri

Cikal bakal pembentukan komunitas diawali dengan obrolan antara tiga orang, Sigit Susanto, Nurhadi, dan Heri C. Santoso di sela-sela hajatan Parade Obrolan Sastra pada tanggal 3-11 Mei 2008 di Pondok Maos Guyub.
 
Sambil lesehan mereka membahas tentang perlu adanya ruang bersama sebagai suatu wadah untuk saling berbagi ide antarpengunjung perpustakaan Pondok Maos Guyub dan pencinta sastra di Boja. Setelah konsep itu disepakati, tepatnya tanggal 3 Agustus 2008, mereka membentuk komunitas yang bisa mewadahi atau memfasilitasi aksi dan kreativitas anggotanya, khususnya dalam proses kreatif kepenulisan, baik sastra maupun nonsastra. 

Heri mengungkapkan bahwa nama Lereng Medini disepakati sejak awal karena menjadi ikon lokalitas bagi mereka selama beraktivitas di Pondok Maos Guyub. Medini merupakan nama sebuah perkebunan teh di sebelah barat Gunung Ungaran. Teh Medini dianggap menginspirasi mereka, yaitu orang-orang di pojok desa yang semangatnya bersemi untuk belajar sastra.

Keindahan kebun teh Lereng Medini (Foto: sonora.id)

Rekan yang hadir saat itu sekaligus menjadi generasi pertama anggota Komunitas Lereng Medini adalah Dwi Yuliahsari, Catur N. Muliana, Rizki Putri, Dewi Rahma (SMAN 1 Boja), Silvia NC, Wulan F. (SMAN 1 Singorojo), Annisa Nur Aini (MA NU 04 Boja), dan Amelina (SMPN 1 Boja). Seiring waktu berjalan, perkuliahan dan pekerjaan membuat mereka mengurangi aktivitas di KLM. Akan tetapi, regenerasi dilakukan untuk membuat komunitas tetap bisa berjalan dan bertahan eksistensinya. 

Komunitas menyepakati waktu yang luang dan efektif untuk berdiskusi pada hari Minggu sore dua minggu sekali dan pada setiap pertemuan ada program masing-masing. Pondok Maos Guyub dijadikan sebagai sekretariat dan base camp anggota komunitas yang saat itu jumlahnya mencapai puluhan orang dari beragam usia dan berbagai latar belakang. 

Akan tetapi, kata Heri, “Sebelum belajar sastra, kita perkenalkan mereka dengan bacaan.” Hal ini berarti bahwa Pondok Maos Guyub turut memiliki andil yang besar untuk mempersiapkan anggotanya mengikuti aktivitas di KLM. Tentu saja sistem semacam ini merupakan sebuah terobosan hebat karena peran mereka yang saling mendukung satu sama lain.

Komunitas Lereng Medini meniti langkah bersama harmoni sastra

Sejak awal, KLM bersifat terbuka bagi siapa pun. Komunitas ini merangkul dan melibatkan para pelajar, guru, dan semua pihak yang ingin belajar sastra, menulis, atau berproses menjadi individu yang kreatif. Masyarakat umum juga tak malu ikut nimbrung di dalamnya karena bagi mereka ilmu, membaca buku, dan sastra adalah hak siapa saja, tidak terkecuali para petani dan peternak. 

Jatuh bangunnya komunitas ini menunjukkan bahwa memang tidak mudah mengawal sastra yang sudah kadung dianggap eksklusif. Namun, hal itu bukan berarti tak mungkin untuk mengusahakan agar sastra bisa dicintai dan justru semakin berkembang luas di masyarakat lereng Medini. 

Kita bisa melihatnya dari beberapa kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Lereng Medini terkait dengan belajar dan mengapresiasi sastra bersama masyarakat Desa Boja di antaranya digambarkan sebagaimana berikut ini.

1. Reading Group (Kelab Baca) Novel

Kegiatan ini digelar setiap Sabtu sore yang diikuti lima hingga belasan pelajar mulai dari SD, SMP, SMA, mahasiswa hingga masyarakat umum. Peserta bisa melakukan kajian sastra ini secara mandiri atau dengan membuat reading group, yaitu membaca dan mendalami karya sastra secara bersama-sama tanpa terburu-buru untuk selesai.  

Kegiatan kelab baca KLM (Foto: litera.co.id)

Pada kajian ini, beberapa novel telah dibaca, baik novel berbahasa Indonesia atau novel berbahasa asing (Inggris). Contoh novel yang pernah dikaji adalah Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (bahasa Indonesia) dan The Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway (berbahasa Inggris). Uniknya, Ahmad Tohari pernah dihadirkan di hadapan peserta reading group novel di sela hajatan Parade Obrolan Sastra ke-4 pada 22 Mei 2011. 

“Ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi para peserta yang telah tekun dan menyuntuki novel klasik ini,” papar Heri yang sejak kuliah telah aktif berorganisasi.

2. Bedah karya dan workshop penulisan kreatif

Bedah karya, bedah buku, dan diskusi adalah kegiatan yang digelar bulanan oleh KLM. Akan tetapi, agenda ini sulit untuk digelar secara rutin setiap bulan karena kesibukan masing-masing anggotanya. Terkait kegiatan ini, KLM tercatat hanya pernah menerbitkan produk berupa Buletin Jejak dan itu pun hanya bisa bertahan beberapa edisi saja karena faktor kurangnya SDM untuk membuat buletin tersebut.

Salah satu kegiatan jangka panjang KLM yang bisa digelar adalah Hajatan Bahasa dan Sastra dalam rangka memperingati Bulan Bahasa setiap Oktober. Kegiatan ini meliputi apresiasi seni, workshop penulisan kreatif, dan lomba karya tulis sastra dan budaya. 

Heri di tengah Jemuran Puisi (Foto: inibaru.id)

Ada pula kegiatan yang dihelat secara insidental, seperti dalam kegiatan untuk mengisi Ramadan dengan menggelar Pesantren Jurnalistik, Marathon Puisi, Pameran Puisi Jalanan atau Jemuran Puisi, Sastra Sepeda, dan menghadirkan penulis di sekolah-sekolah. 

3. Kendal Novel Award 2022 dan Residensi

Selama ini, kegiatan di ranah lokal yang memberi apresiasi kepada dunia sastra masih sangat kurang. Kegiatan dan apresiasi itu hanya ada di ranah pendidikan formal antarsekolah atau pada momen-momen kalender akademik. 

Inilah yang mendorong KLM menyelenggarakan perhelatan Kendal Novel Award 2022 sebagai bagian dari Bulan Bahasa tahun 2022. KLM menggandeng sejumlah komunitas dan penerbit di Kabupaten Kendal demi mendukung kesuksesan acara ini. 

Para pemenang Kendal Novel Award (Foto: inibaru.id)

Kendal Novel Award dimaksudkan untuk memberi ruang apresiasi sekaligus motivasi bagi penulis di Kabupaten Kendal berupa penganugerahan novel terbaik yang digelar pada Minggu, 30 Oktober 2022 di Kebun Sastra Guyub, Desa Bebengan, Boja. 

Hadiahnya sangat unik berupa kambing peranakan Etawa (juara 1), sepasang kelinci (juara 2), sepasang ayam (juara 3), dan sepasang bebek (juara favorit). Semua hadiah ini memiliki nilai ekonomi dan edukasi yang, menurut saya, memang hanya bisa dilihat dari sudut pemahaman sastra dan kesadaran literasi yang sudah berkembang.

Kendal Novel Award 2022 juga dihelat dalam satu rangkaian dengan Residensi Akhir Pekan. Dalam residensi ini, para penulis yang terpilih difasilitasi untuk belajar secara intens (menurut konsep Jawa dikenal dengan nyantrik) kepenulisan dari ahlinya, yaitu penulis atau sastrawan yang kompeten. 

Residensi angkatan pertama berhasil memilih 10 orang dari berbagai tingkat usia dan daerah di Kabupaten Kendal. Peserta terpilih kemudian secara intens berdiskusi dan membedah karya selama dua hari (Sabtu—Minggu, 22—23 Oktober 2022) di Teras Budaya milik Prof. Mudjahirin Thohir di Sabrang Lor, Kaliwungu. 

4. Penerbitan buku

Penerbitan buku karya anggota juga merupakan agenda jangka panjang KLM. Hingga tahun 2022, tercatat sudah belasan buku yang diterbitkan, di antaranya Donat untuk Kusno: Antologi Puisi dan Cerpen (2008), Kumpulan Catatan Perjalanan Sastra Sepeda di Boja (2009) berisi catatan kegiatan masyarakat ketika diajak bersepeda dan mengunjungi tempat-tempat tertentu, lalu diminta menulis tentang objek yang dikunjungi. 

Yang menarik, mereka juga menggagas penerbitan buku Antologi Puisi SMS Maaf (2009) yang menghimpun puisi dengan ide yang terinspirasi dari kian akrabnya masyarakat dengan telepon seluler.

Menurut Heri, dengan segala keterbatasannya, KLM tidak berlagak mengorbitkan penyair atau cerpenis muda yang terkenal. Tujuan utamanya adalah merangsang pelajar untuk mempelajari sastra dan berprinsip sederhana, yakni mengenalkan sastra, menikmati, dan berkarya. 

Kendati demikian, mereka terbukti berhasil memenangkan beberapa perlombaan penulisan sastra tingkat Jawa Tengah, bahkan beberapa karya mereka juga dimuat di surat kabar. Ini merupakan pencapaian luar biasa meski mereka tinggal di desa.

5. Parade Obrolan Sastra dan Wisata Sastra di Kebun Medini

Parade Obrolan Sastra dan Wisata Sastra di Kebun Medini merupakan program tahunan dan berskala nasional. Acara yang digelar kali pertama pada April 2008 tersebut berbentuk apresiasi dan diskusi sastra pada malam hari selama sepekan berturut-turut. Selain memberi pentas pada sosok lokal, KLM juga mengundang sastrawan kenamaan agar para anggota dan masyarakat bisa menimba ilmu secara langsung seputar proses kreatif menulis sastra.  

Sejumlah sastrawan yang pernah diundang KLM. (Foto: amanat.id)

Beberapa sastrawan kondang yang pernah diundang ke acara ini antara lain Puthut EA (2007), Wayan Sunarta (2008), Anindita S. Thayf (2009), Kurnia Effendi (2009), Agus Noor (2010), Ahmad Tohari (2011), Saut Situmorang (2011), Dwi Cipta, F. Rahardi, dan Remy Sylado (2012), Iman Budhi Santosa dan Martin Aleida (2013), Muda Wijaya (2014), Korrie Layun Rampan (2015), dan Gus tf Sakai (2016).

6. Kemah Sastra di Kebun Medini

Menjadi ajang para pesertanya untuk srawung (membaur) budaya, upaya silaturahim spiritualisme antarindividu dan komunitas, bersastra, dan belajar pada alam adalah beberapa tujuan awal penyelenggaraan dari agenda tahunan ini. Harapan dari adanya perhelatan ini adalah bisa menjadi ruang menyemai proses mengenal sastra secara lebih sederhana. Kemah Sastra yang digelar perdana pada 1—3 Mei 2015 ini menjadi ruang asah, asih, dan asuh antarpenulis, baik itu penulis pemula maupun penulis yang sudah kawakan. 

Lewat ajang ini, mereka yang masih berposes belajar bisa bersapa dan bersua dengan penulis lain serta bisa mengobrol bareng-bareng tanpa sekat dan tak berjarak. Heri menyebut kegiatan ini sebagai obrolan sastra lesehan untuk menggambar suasana santai walau proses belajar tetap berjalan.  

Keseruan Kemah Sastra (Foto: mojok.co)

Kemah Satra diakhiri dengan Wisata Jalan Kaki sejauh 5 km dengan menyusuri lereng Medini menuju Promasan sebagai napak tilas jejak sastrawan F. Rahardi tahun 1970-an. Anak-anak dan masyarakat setempat juga diajak ikut serta sebagai upaya KLM untuk mensosialisasikan kegiatan komunitas dengan mengajak mereka mencoba dolanan kreatif, sulap, dan yoga pagi hari di kebun teh. Instalasi seni genting jerami dan pendirian Gubuk Baca Medini turut menyempurnakan hari terakhir penyelenggaran kemah sastra tersebut. 

KLM menyebar virus literasi pada anak-anak melalui berbagai kegiatan. (foto: dok.KLM)

Selama gelaran acara, ada pula berbagai kegiatan lain yang menarik. Mulai pentas teater, bermain dan berliterasi dengan anak-anak Medini, workshop wayang suket, spontanitas baca puisi, dan musikalisasi puisi digelar dengan antusiasme peserta yang luar biasa. 

Belum lagi sesi menampung buku atau majalah (baru/bekas) untuk didonasikan kepada Gubug Baca Medini, pameran wayang gaga yakni kreasi wayang kontemporer berbahan daun dan tumbuh-tumbuhan, bursa buku, dan pemberian buku kepada perpustakaan Dusun Medini—seluruhnya kian menambah atmosfer literasi dan gairah kesusastraan di sana.

Kemah Sastra ini sudah terselenggara hingga kali keempat (terakhir tahun 2018 atau sebelum pandemi). Acara sengaja dirancang dengan nuansa tanpa jarak, dengan duduk lesehan dan tidur di dalam tenda di tengah kebun sehingga ikhtiar srawung tercapai. 

Sembari menikmati kesejukan udara pegunungan dan mencecap khazanah kearifan dari sastra, para peserta bisa sejenak melupakan rutinitas sehari-hari, mengambil jeda dari hiruk pikuk kehidupan yang mungkin telah kehilangan makna. 

7. Wakul Pustaka (Pustaka Bergerak)

Alih-alih sibuk menyalahkan tentang rendahnya minat baca orang Indonesia, KLM berinisiatif membuat program Wakul Pustaka sebagai upaya jemput bola. Konsepnya sederhana: buku diletakkan di dalam wakul (bakul nasi dalam bahasa Jawa). Bakul-bakul ini lantas dititipkan di warung-warung warga yang mau menerima. 

Agar tidak bosan, judul buku divariasi dengan buku lainnya setelah beberapa minggu berselang. “Daripada menunggu atau main HP, mari baca buku!” ujar Heri mempertegas slogan gerakan Wakul Pustaka. 

Upaya jemput bola untuk mendekatkan pembaca melalui program Wakul Pustaka. (Foto: KLM) 

Bakul dipilih sebagai simbol literasi sebab menyimpan nilai-nilai kearifan. Dalam budaya Jawa, bakul menjadi alat yang serbaguna di dapur keluarga. Bukan cuma menampung nasi setelah matang dari dandang, bakul juga kerap dipakai sebagai wadah bermacam benda, termasuk buah, sayur, hingga umbi-umbian hasil pekarangan. 

Sayangnya keberadaan bakul mulai terkikis seiring penanak nasi (rice cooker) dan semacamnya kian menjadi primadona. Meminjam ungkapan Jawa, wakule ngglimpang (bakulnya terkapar), KLM seolah ingin menegaskan betapa keberadaan petani kini makin terpinggirkan, jadi pihak yang marginal akibat masifnya pembangunan hunian yang mencaplok tanah-tanah di desa sebagai tempat tumbuhnya aneka pangan. 

Simbol kearifan dan perlawanan di tengah budaya serbadigital juga terwakili oleh bakul. Pemilihan bakul sebagai media menyiratkan pesan bahwa asupan gizi berupa ilmu pengetahuan melalui buku tak kalah penting dari gizi dan asupan makanan untuk mengenyangkan perut. 

Kita sangat khawatir akan mengalami stunting pada tubuh atau jasmani akibat kekurangan gizi dan nutrisi makanan, tapi kita jarang peduli bahwa akal dan jiwa bisa mengalami kekerdilan (stunting) akibat kurangnya asupan ilmu pengetahuan, imajinasi,dan budaya dalam pengertian seluas-luasnya.

Menyiapkan generasi penjaga budaya pencinta sastra 

Sebagai organisasi sosial, KLM yang dikomando oleh Heri tak terlepas dari kendala. “Regenerasi menjadi salah satu kendalanya,” ujarnya singkat. Namun, komunitas ini enggan diam atau mati. Meski terkendala minimnya sumber daya, KLM terus berupaya bergerak dan bertahan lewat gebrakan sebagaimana saya uraikan sebelumnya. 

Adapun terbatasnya jumlah pengurus, mereka siasati dengan menjalin berkolaborasi atau berjejaring dengan para pegiat sastra di Kendal dengan mengusung program-program yang bisa dikerjakan bersama. 

Kendala lainnya adalah kuatnya gempuran televisi di rumah-rumah warga dan masifnya perkembangan teknologi, dalam hal ini gawai (gadget) yang sulit terlepas dari genggaman. “Namun, kami sadar diri dan sadar posisi. Sastra belum menjadi isu vital bagi masyarakat. Revolusi masih seputar mengisi perut. Untuk itu, kami pun tak pernah berekspektasi yang lebih,” tutur Heri dengan nada miris tapi menyiratkan optimisme.

Ketika mengungkapkan hal itu, Heri masih tetap optimistis bahwa kegiatan KLM setidaknya mampu membangkitkan semangat dan menyalakan harapan untuk bersama-sama menyemai bibit literasi dan merawat kearifan lokal melalui sastra hingga ke desa-desa. Spirit literasi dan kearifan lokal ini dilakukan sesuai dengan kapasitas dan aktivitas masing-masing pribadi, mulai dari ranah keluarga, sekolah/kampus hingga masyarakat.
 
Persoalan literasi pada masyarakat lokal, bahkan nasional, tak bisa hanya dibebankan pada negara. Kurangnya kesadaran literasi pada sebagian warga di Indonesia memang menjadi problem yang sangat pelik di antara pelbagai persoalan yang kita hadapi saat ini. Kadang, upaya untuk mengatasinya malah terasa seperti menegakkan benang basah. Semua orang seharusnya bisa cancut taliwanda atau bekerja keras dan saling memberi dukungan. 

Heri yang pernah meraih penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah sebagai Pegiat Bahasa dan Sastra tahun 2014 ini pun sadar bahwa membangun sebuah komunitas harus didukung jejaring dan lingkungan sekitar. 

“Prinsip gotong royong menjadi pijakan kami. Kami sadar, kami tak kan bisa berbuat banyak bila kami sendirian,” ujarnya. Ini sekaligus menegaskan bahwa hanya dengan sinergi kita bisa bergerak maju dan lebih mudah.

Saling support antarsesama jejaring komunitas dan masyarakat sekitar misalnya ditunjukkan oleh KLM pada akhir tahun 2021 dengan menggandeng Komunitas 127 Line.net saat menggelar bedah sastra secara daring. Komunitas 127 Line.net adalah komunitas anak muda pecinta skateboard sehingga kerja sama lintas hobi ini akan memperluas jangkauan sastra.

Agar menjaring banyak peminat, bedah buku sastra daring dilakukan di taman dekat warnet komunitas tersebut dengan memanfaatkan layar lebar melalui telekonferensi. Bedah buku berlangsung menarik dengan kehadiran sejumlah narasumber: Ally Dalijo di Hongkong, Sigit Susanto di Swiss, dan komunitas sastra di Lebak, Banten.

Menikmati sastra menabur keindahan rasa; inspirasi dari Heri

Pantaslah jika Heri diganjar penghargaan Satu Indonesia Awards pada tahun 2011 untuk kategori pendidikan. Munculnya nama Heri sebagai salah satu dari 6 pemenang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards menunjukkan bahwa pendidikan bukan melulu menyangkut proses belajar di kelas atau bangku sekolah. Penyemaian nilai baik dan penumbuhan budaya positif lewat sastra juga sama pentingnya—sebagaimana yang diyakini Astra.

Heri telah mengiringi KLM lebih dari 15 tahun. (Foto: Satu Indonesia Awards)

Heri Chandra Santoso sudah bergerak dan menolak untuk berhenti. Kecintaannya pada dunia sastra menjadikannya tabah hingga mampu melewati rentang waktu 15 tahun lebih dan Komunitas Lereng Medini saat ini masih tetap eksis berdiri, menemani mimpi anak-anak di Kendal Jawa Tengah. 

Kiprah Heri sebagai koordinator KLM membuktikan bahwa sastra bisa tumbuh di mana saja dan dinikmati oleh siapa saja. Tak melulu oleh mereka yang berjuluk sastrawan, atau mereka yang berpenampilan eksentrik dan hadir di perhelatan sastra bergengsi. 

Dari Heri kita belajar tentang semangat belajar, tentang spirit bekerja tanpa lelah, dan memberi pengaruh melalui kehalusan akal budi, suburnya imajinasi, juga lahirnya kreasi yang memperkaya hati. Semua bisa dimulai dari sekitar kita, tanpa jauh kita mencarinya.

Sastra, baik yang ditulis untuk menghasilkan karya atau hanya sekadar untuk dinikmati dengan membaca tetap akan memberi pengaruh meski secara lembut dan perlahan. Ia lambat laun akan menghaluskan akal budi, merangsang imajinasi, dan melahirkan kreasi sehingga pola-pola budaya bangsa yang tercabik dan tercerabut akan mencari pijakannya kembali.

Kita tak perlu mengerutkan kening ketika belajar atau menikmati sastra. Keindahan karya sastra bisa kita cecap di mana saja. Bisa dengan mengobrol sambil lesehan ditemani kopi atau teh dan kudapan, singkong dan kacang rebus pun tak mengapa.