Tampilkan postingan dengan label belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label belajar. Tampilkan semua postingan
DUDUK LESEHAN di saung depan rumah ditemani singkong keju, kacang rebus, atau camilan lain diselingi menyeruput secangkir kopi atau teh saat senja hari sungguh sangat mengasyikkan. Sering kami menjadikan momen tersebut sebagai ajang bertukar pengalaman, berdiskusi, bercanda, atau sekadar curhat. Kompleks perumahan yang mungil mendadak sejuk karena family time berkualitas.



Namun senja itu, momen berkumpul bersama dua krucil agak melow dan membuat kening kami kembali berkerut. Siang sepulang sekolah, Xi sulung telah melaporkan bahwa ia mendapatkan (lagi) perlakuan yang tidak menyenangkan berupa kekerasan fisik (ditendang) dan verbal (diejek) oleh temannya. Kami pun tidak menyia-nyiakan momen itu dengan segera mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Ini memang bukan kali pertama ia mengalami perundungan yang cukup serius. 

Sejujurnya, dalam hati kami pun merasa marah dan kecewa karena perundungan masih terus terjadi meski ia sudah pindah ke sekolah yang baru. Untuk beberapa hari ke depan, Xi sulung meminta waktu beristirahat di rumah demi mengobati rasa sakit pada fisik, dan tentu juga menata hatinya. 



Pascakejadian tersebut, Xi sulung semakin sering curhat dan berkonsultasi mengenai hal-hal yang perlu ia lakukan menghadapi perundungan itu. Kami pun merasa gundah karena saat itu Xi sulung akan menghadapi pekan try out dan ujian akhir sekolah yang membutuhkan konsentrasi dan persiapan menuju jenjang pendidikan berikutnya. 

Kami tentu saja melaporkan perundungan tersebut kepada guru dan pihak sekolah. Akan tetapi, respon yang kami dapat justru relatif lebih mengecewakan ketimbang di sekolah yang lama. Entahlah, rupanya memang banyak hal yang harus dibenahi dalam dunia pendidikan dan literasi kita. Ternyata kesadaran (awareness), baik dari orangtua, guru, atau sekolah mengenai perundungan atau bullying ini masih terbilang rendah.  


Kami juga bertanya kepada Xi sulung apakah ia mampu untuk menghadapi hal tersebut hingga kelulusan nanti. Ia ternyata mengatakan sanggup mengatasinya dan peristiwa kemarin hanya membuatnya shocked sesaat. Ia berada dalam kondisi tidak siap ketika siswa itu menyerangnya.

“Seandainya aku tahu dia akan menyerang, mungkin aku siap melawan pakai jurus taekwondo, Bunda. Dia menyerang dengan tiba-tiba saat aku sedang mengobrol dengan temanku yang lain,” ujarnya sambil nyengir. Aku hanya sanggup mengangguk dan tersenyum dengan getir.


Jangan anggap sepele kesehatan mental anak

Masalah kesehatan mental belakangan ini semakin terasa urgen di tengah-tengah arus kehidupan masyarakat modern. Media sosial atau internet bahkan membuat isu ini semakin sulit dihindari. Kesehatan mental sangat penting untuk dimiliki oleh semua orang, termasuk anak-anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan normal, dapat berfungsi secara produktif, dan bermanfaat serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka.

Adapun kesehatan mental anak adalah bagaimana anak berpikir dan merasa mengenai dirinya sendiri dan dunia di sekelilingnya. Kesehatan mental ini berhubungan dengan bagaimana anak menghadapi tantangan dalam hidup. Anak-anak yang memiliki kesehatan mental baik akan mampu memahami dan menghadapi tantangan dari sekitarnya.

Sejujurnya, perundungan kali ini tetap membuatku khawatir akan memberi jejak trauma atau dampak pada dirinya. Aku selalu berdoa dan berharap ia #BisaJadiJADIBISA mengatasinya dengan baik serta mampu berdamai dan mencintai dirinya. Alhamdulillah, ia bahkan masih mampu dan berhasil memperoleh hasil nilai ujian tertinggi serta pencapaian tahfidz terbaik di antara teman-temannya. Setidaknya hal tersebut membuktikan bahwa Xi sulung mampu bertahan dan berdasarkan hasil pantauan, sejauh ini kami juga berhasil menjaga kesehatan mentalnya.

Merawat kesehatan mental anak demi tumbuh kembangnya

Berbeda dengan Xi sulung yang introver koleris, karakter Xi bungsu yang ekstrover plegmatis relatif lebih mudah menghadapi bullying karena mungkin ada pengaruh dari sikapnya yang lebih santai dan terbuka. Akan tetapi, upaya untuk mengatasi permasalahan demi kesehatan mental mereka tetap sama besar. Kami berusaha cepat tanggap ketika duo Xi memberikan sinyal-sinyal apabila terjadi sesuatu yang mengganggu dalam keseharian mereka, sekecil apa pun.   



Menurut American Federation of Teacher, ciri-ciri anak korban bullying di antaranya sering menyendiri, kurang keterampilan sosial, terlihat lemah secara fisik, sering menangis atau mudah menyerah, mengalami trauma, dan mengalami kesulitan belajar. Beberapa anak bahkan mengalami anxiety atau kecemasan setelah mendapatkan perlakuan bullying. Ciri-ciri anxiety antara lain merasa sulit berkonsentrasi, tidak makan dengan benar, cepat marah atau mudah tersinggung dan lepas kendali saat marah, terus-menerus khawatir atau memiliki perubahan pola pikir menjadi negatif, merasa tegang dan gelisah, sulit tidur, atau sering menggunakan toilet.

Ketika kami membahas hal ini bersama-sama, kami semua pada akhirnya memang harus menyadari bahwa kita tidak pernah tahu perilaku perundungan itu datang dari mana atau siapa. Oleh karena itu, kita harus terus menolak bullying di mana pun dan oleh siapa pun. Kita pun harus terus belajar dan siap menghadapinya serta selalu berusaha mengedukasi lingkungan kita agar perilaku perundungan (bullying) itu bisa dihilangkan. 



Awalnya, Xi sulung jujur mengakui bahwa ia memang merasa marah dan sedih, tetapi kini ia melihat teman-temannya dari sudut pandang yang lain. Bagi Xi sulung, pelaku perundungan (bullying) itu yang justru harus dikasihani. Mereka adalah anak-anak yang bermasalah. Rumi menceritakan bahwa sebagian besar teman sekolah yang suka mem-bully dirinya memang berasal dari keluarga yang kurang memberi perhatian dan kasih sayang, atau minimal ada pola asuh (parenting) yang kurang bagus. 

Mereka suka pamer barang-barang yang dimiliki, banyak bicara atau membual, tidak suka belajar, tidak suka berbagi atau membantu, bicara kasar atau mengejek, mudah marah atau tersinggung, sering kali mengganggu dan melakukan kekerasan serta sering berbicara tentang hal-hal yang tidak penting.  



Perilaku semacam itu merupakan beberapa manifestasi kurangnya kasih sayang dan perhatian akibat dari orangtuanya yang sibuk. Bentuk kepedulian orangtuanya hanya diwujudkan dengan memberi barang-barang mahal, seperti membelikan motor, smartphone, atau peralatan sekolah mewah tanpa ada interaksi yang intens di antara anak dan orangtua untuk memenuhi dahaga akan kasih sayang dan perhatian. 

Fakta yang banyak kami temukan ini membuat kami semakin yakin untuk menjadikan keluarga sebagai rumah yang nyaman bagi duo Xi, anak-anak kami. Keluarga adalah unsur yang utama karena dari sinilah semuanya berawal. Betapa terharu ketika duo Xi mengungkapkan rasa syukur karena memiliki kami sebagai orangtua mereka. 

Memasuki Tahun Ajaran Baru Dengan Gembira 

Anak-anak usia sekolah yang sebagian waktunya akan mereka habiskan di sekolah juga tak lepas dari kaitan dengan hak asasi anak untuk mendapatkan pendidikan dan pemeliharaan kesehatan mental. Tentu saja berbagai kondisi di sekolah akan menjadi tantangan tersendiri bagi anak, termasuk krucil kami. Terlebih ketika menghadapi situasi dan adaptasi di lingkungan sekolah (kelas) yang baru di mana bagi beberapa anak–bahkan bagi sebagian orangtua–suasana semacam ini mereka hadapi dengan tidak mudah. 

Ada beberapa tips yang sejauh ini berhasil diterapkan pada duo Xi dan bisa dilakukan kapan saja, termasuk pada saat menghadapi tahun ajaran baru. Kami meyakini bahwa tips ini memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan dan kesehatan mental mereka, bahkan di saat-saat yang berat menghadapi perundungan (bullying).

1. Menjadi pendengar yang baik

Apa pun kondisinya, mudah atau susah, sedih atau gembira, kami sebagai orangtua harus menjaga anak-anak agar senantiasa merasa aman, nyaman, dicintai, disayangi, dan dihargai. Keluarga adalah rumah di mana seluruh anggota keluarga akan menjadikannya tempat untuk kembali. 

Rasa aman dapat diperoleh dengan menghindarkan anak dari situasi, baik secara fisik maupun emosi yang membahayakan. Hal ini bukan berarti anak selalu dalam kondisi steril dari tantangan di luar dirinya. Akan tetapi, pastikan orangtua menjadi orang pertama yang akan selalu siap sedia mendampinginya ketika terjadi sesuatu pada diri mereka.



Oleh karena itu, ketika memasuki tahun ajaran baru, kami berusaha menjadi pendengar yang baik mengenai segala hal yang mereka butuhkan atau sampaikan tanpa ragu atau sungkan. Rasa takut, rasa deg-degan, unek-unek, celoteh tentang pengalaman yang kira-kira akan mereka dapatkan, rencana yang mereka buat, dan lain sebagainya kami serap dan kami bicarakan dengan sangat terbuka. 

Memberikan afirmasi pada perasaan (emosi) mereka akan membuat mereka merasa bahwa ayah dan bundanya akan siap sedia mendampinginya sehingga mereka lebih aman, nyaman, dan berharga serta berani dan percaya diri.

2. Menjadi sahabat terdekat

Kami selalu berusaha untuk mendeteksi segala macam bentuk perubahan, baik fisik maupun emosi yang terjadi pada diri kedua krucil kami. Kami juga mengajarkan kepada mereka untuk mengelola dan tidak ragu mengekspresikan emosinya. Ketika mereka sedih, kecewa, marah, takut, gembira, antusias, dan lain sebagainya, mereka belajar mengungkapkannya dengan cara yang benar. Memang tidak mudah. Apalagi kami tinggal di daerah di mana ekspresi keakraban antara orangtua dan anak tidak bebas ditampakkan, seperti saling memeluk atau mengeluarkan pendapat. 

Pada beberapa kasus, ada anak yang mengalami masalah justru tidak dapat mengungkapkan masalahnya karena keluarga tidak (siap) menjadi garda terdepan untuk membela atau mendukungnya. Hal semacam ini akan semakin memperburuk kondisi kesehatan mental anak. Kami menempatkan diri sebagai sahabat terdekat anak-anak kami. Dengan demikian, ketika memasuki tahun ajaran baru dan bahkan sepanjang perjalanan mereka bersekolah, anak-anak kami tidak ragu untuk berbagi rencana dan pengalamannya dengan kami, sahabat terdekat mereka.

3. Menjadi teman bermain yang asik

Kami percaya bahwa anak-anak sering kali belajar dengan cara bermain. Bahkan Xi sulung yang sudah beranjak remaja masih sering kami ajak belajar melalui permainan. Sebagaimana diungkapkan oleh dr. Aisah Dahlan dalam bukunya Maukah Jadi Orang Tua Bahagia?, berbeda dengan anak perempuan, anak laki-laki masih lebih dominan otak kanannya sehingga cara belajar yang cocok bagi mereka adalah yang sesuai dengan otak kanan tersebut. 

Kami memegang prinsip bahwa semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru, dan setiap kejadian yang dialami adalah pelajaran. Belajar dalam perspektif duo Xi bisa dilakukan di pasar, di masjid, di museum, di perpustakaan, di sawah, di stasiun, di dojang, di bank, di kafe dll, bahkan di ruang acara gelar wicara (talkshow) atau galeri.  


Mereka menunjukkan excitement dan antusiasme atas pengalaman tersebut. Dari mana kami bisa mengetahuinya? Tulisan pada diari yang sering mereka tunjukkan pada kami mengungkapkan segalanya.

4. Menjadi mentor yang tepercaya

Kami cenderung membatasi penggunaan gadget dengan membuat kesepakatan bersama secara tertulis mengenai penggunaannya dan memantau interaksi mereka di dunia maya. Waktu liburan mereka tidak terus-menerus terpaku pada gadget karena kami rutin berolah raga atau sekadar jalan-jalan di alun-alun pada pagi hari. Hal ini kami lakukan agar fisik mereka lebih sering bergerak dan bersentuhan dengan alam sehingga ketika masuk sekolah kembali, fisik dan mental mereka sudah siap dan senantiasa sehat. 

Jika memasuki sekolah baru (seperti ketika duo Xi masuk sekolah dasar atau Xi sulung pindah sekolah), kami ajak mereka berkunjung ke sekolah baru tersebut agar mereka dapat beradaptasi dengan suasananya. Mereka juga kami ajarkan cara berinteraksi dan beradaptasi dengan teman baru dan membuat kegiatan untuk mempersiapkan mental mereka dengan rutinitas jadwal sekolah. Beberapa hal yang tak kalah seru untuk dilakukan menjelang tahun ajaran baru adalah menggambar di karton jadwal pelajaran, membuat kata-kata motivasi, dan mencicil rutinitas yang dijalani seperti ketika kembali ke sekolah. Peran kami sebagai mentor ini masih terus kami lakukan dan menjadikan kami terus belajar agar menjadi lebih baik. 

5. Menjadi ATM (Anjungan Tempat Memberi/Meminta) 

Saya sependapat dengan KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha), salah satu ulama muslim terkemuka yang menyatakan bahwa orangtua hendaknya bisa mengawal anak-anak mereka sehingga #KarenamuJADIBISA menjadi tempat pertama dan utama di mana anak mengenal hal-hal yang baik (menyenangkan). Akan menjadi hal yang membahayakan apabila mereka menemukan atau mendapatkan hal-hal yang menyenangkan justru dari orang-orang di luar orangtuanya yang tidak mengampu nilai positif keluarga karena dari sanalah mereka menemukan figur yang akan menjadi panutannya. 


Setiap orangtua, termasuk juga saya pasti ingin memenuhi keinginan anak seperti saat memasuki tahun ajaran baru sepanjang mungkin bisa diusahakan, sesederhana meminta dibelikan kotak bekal makanan bergambar Spiderman atau membeli alat melukis berupa tablet/drawing pad untuk mereka membuat buku komik, misalnya. Konteksnya bukan berarti memanjakan tanpa batas. Akan tetapi, hal ini juga terkait dengan peran kami sebagai pendengar yang baik dan sahabat terdekat bagi anak-anak kami. 

Mereka secara terbuka dan tidak sungkan atau ragu menjadikan kami sebagai ATM (Anjungan Tempat Memberi/Meminta) apabila mereka memiliki keinginan. Tentu saja kemampuan dalam memenuhi keinginan tersebut juga kerap kami diskusikan karena hal ini menjadi bagian dari mereka belajar mengelola keuangan (manajemen finansial). 

Merayakan Back to School with Home Credit Indonesia

Apakah hanya anak-anak yang merasakan bahwa tahun ajaran baru adalah sesuatu yang memiliki daya tarik sekaligus menjadi tantangan bagi kesehatan mental mereka? hehehe. Tentu saja tidak. Orangtua pun bisa menjadi bagian dari perayaan datangnya tahun ajaran baru atau back to school setelah liburan panjang usai. 

Biaya pendidikan dan barang-barang kebutuhan yang harus dipersiapkan setiap tahun ajaran baru tentu membuat adrenalin para orangtua meningkat. Buku pelajaran, alat tulis sekolah, tas, sepatu, seragam, gadget, komputer/laptop, meja belajar, peralatan bekal/makan-minum, sepeda (kendaraan antar jemput), bahkan hingga alat elektronik dan alat memasak untuk membuat sarapan dan bekal agar memenuhi nutrisi yang baik rasanya menjadi benda-benda yang diperlukan menjelang para krucil kembali ke sekolah.  



Keriuhan dan kemeriahan back to school ini terasa semakin meriah dan semarak dengan hadirnya Home Credit Indonesia dalam perayaan JFK (Jakarta Fair Kemayoran). Acara ini cocok banget bagi para ibu dan keluarganya yang mengincar beragam program dan promo menarik, khususnya yang berkaitan dengan momentum back to school. Banyak barang yang bisa kita dapatkan dengan harga relatif hemat, bahkan mendapat hadiah jika beruntung ketika datang ke event ini. 

Saya sangat tertarik dengan event ini karena para pengunjung bisa mendapat pengalaman unik dan ada berbagai kegiatan menarik di booth Home Credit Indonesia selama JFK berlangsung. Mereka membagikan testimonial mengenai pengalaman mereka yang bikin mupeng pada berbagai akun media sosial Home Credit Indonesia atau di website www.homecreditindonnesia.co.id. 
 


Para pengunjung yang datang ke booth Home Credit Indonesia dapat memperoleh reward dengan mengisi form di https://bit.ly/42YPTyT. Mereka juga bisa mendapatkan merchandise eksklusif Home Credit dengan cara mengunduh my home credit di appstore/playstore. Booth Pesta Juara Home Credit di Hall A3, Jakarta Fair Kemayoran terlihat banjir hadiah. Ibu-ibu mana yang tidak tergiur kaaan? 

Pengunjung di booth bisa mendapat free snack dengan bermain games interaktif, hadiah langsung voucher MAP, dan merchandise eksklusif Home Credit untuk tiap transaksi minimal Rp3.000.000, dan masih banyak lagi hadiah lainnya, seperti smartphone OPPO A16 yang diundi setiap minggunya. Waaah, benar-benar bikin pengunjung tersuntik semangatnya untuk menyambut back to school. Selain itu ada hadiah spesial berupa logam mulia total 8,5 gram dan Samsung A13. 

Dulu, ketika kami masih tinggal di sekitar Depok dan Bogor, duo Xi juga suka berkunjung ke pameran atau festival untuk mengisi liburan. Namun bagi saya yang kini tinggal nun jauh di bagian timur Pulau Jawa tentu agak riweuh alias repot jika harus datang ke JFK. Tetapi sekarang kendala itu bisa diatasi karena meski kami tidak dapat hadir di booth Home Credit Indonesia, layanan cicilan Home Credit Indonesia juga bisa ditemukan di lebih dari 22 ribu toko di Indonesia sehingga Semua Kebutuhan Jadi Bisa Terpenuhi. 

Nah, bagi para orangtua yang mempersiapkan momen back to school pada tahun ajaran baru ini bisa mengunduh aplikasi Home Credit Indonesia untuk mendapatkan update promo terbaru dan penawaran yang sangat menarik. Jika kesehatan mental para krucil sangat penting dijaga untuk menghadapi kembali kegiatan belajar di sekolah dan menjalani tahun ajaran yang baru dengan gembira, maka Home Credit Indonesia juga bisa menjadi salah satu solusi bagi keluarga untuk menjaga kesehatan mental serta memenuhi kebutuhan demi memperlancar proses belajar putra putri mereka. 
Keluarga yang memiliki kesehatan mental terjaga tentu memberikan sumbangsih dalam lingkungan belajar yang sehat dan nyaman bagi buah hati mereka, di rumah maupun di sekolah. Sepakat? 




Mungkin tak ada yang menyangka bahwa awal tahun 2020 pandemi akibat penyebaran virus Covid-19 ternyata mampu melumpuhkan hampir semua aspek kehidupan masyarakat di seluruh belahan dunia. Pandemi juga membuat semua orang terlibat dalam upaya dan perjuangan mengatasi kesulitan hidup dengan beragam cara. 


Dampak yang paling jelas terasa tentu saja pada sektor kesehatan dan perekonomian. Tak sedikit orang mengalami beratnya pergulatan untuk bertahan hidup akibat menurunnya kesehatan dan terganggunya sumber pendapatan. Namun dampak yang tak kalah besar ternyata menimpa anak-anak. Mereka merasakan beban cukup berat akibat pandemi yang tak terprediksi datangnya. 

Selain sebagai selingan kreatif, menggambar mendorong anak berimajinasi.

Akibat wabah yang berlangsung secara global, anak-anak tak lagi bisa belajar di kelas dan kehilangan kesempatan untuk berjumpa teman-teman mereka. Pandemi memang memaksa sekolah menyesuaikan proses belajar mengajar dengan menerapkan learning from home atau pembelajaran jarak jauh. Di satu sisi pola pengajaran semacam ini memang efektif menekan laju penyebaran virus berbahaya tersebut. Namun di sisi lain ada satu kelemahan penting, yakni kesiapan guru dan sekolah yang ternyata belum terbiasa mengelola kelas dalam bentuk distance learning yang kreatif dan tetap menyenangkan. 


Di sinilah pentingnya peran orangtua untuk mengambil inisiatif kreatif karena anak bisa mudah bosan lantaran materi dari sekolah cenderung monoton, apalagi anak jarang bersosialisasi dengan bertemu teman-teman sekelas. 


Namun jangan khawatir karena orangtua bisa mengondisikan learning from home dengan menyenangkan sebagaimana semangat Merdeka Belajar dengan serangkaian kiat yang bisa dicoba sendiri di rumah.

1. Memanfaatkan Internet

Era Industri 4.0 menandai kecanggihan teknologi informasi yang semakin menemukan momentumnya. Dunia digital membuat kehidupan manusia modern serbatekoneksi. Inilah era IoT atau Internet of Things yang memungkinkan kita terhubung tanpa sekat ruang dan waktu untuk bertukar informasi dalam bentuk pesan, audio. video, dan bahkan kolaborasi proyek. 


Anak-anak generasi Z yang merupakan digital natives sangat menggandrungi teknologi. Agar belajar di rumah menyenangkan, coba manfaatkan Internet untuk mendukung minat dan bakat mereka. Apa yang tak bisa diberikan oleh sekolah konvensional bisa terpenuhi oleh sumber-sumber berharga dari Inernet. Keingintahuan anak akan materi sekolah bisa dipasok dengan referensi dan informasi memadai yang tidak terbatas dari Google dan Youtube. Lewat situs tersebut, mereka bisa mendapat gambaran lebih lengkap dan menarik mengenai materi yang dibutuhkannya. 


Animasi atraktif dan video memikat akan menarik minat mereka untuk mengeksplorasi tema dengan penuh kegembiraan. Mereka bisa mempelajari sesuatu tanpa merasa sedang belajar. Tentu saja pendampingan dan pengawasan dari orangtua sangat diperlukan karena mereka belum memiliki kematangan dalam memilah dan memilih informasi.

2. Menuangkan materi jadi gambar 

Anak-anak selalu suka menggambar. Apa pun yang digambar dan bagaimana pun hasil gambar mereka, mengajak mereka mengolah materi menjadi bentuk visual akan sangat menyenangkan. Trik ini kami terapkan dalam proses belajar kedua anak kami. Hasilnya, mereka bisa lebih cepat memahami materi pembelajaran. Di sisi lain, sensasi relaks dan rekreatif pun terpenuhi. 


Mereka merasa enjoy dan menjadikan belajar sebagai kegiatan yang menghibur. Misalnya ketika membahas cuaca, si bungsu saya arahkan untuk menggambar bagaimana tornado terjadi. Belakangan ini ia memang sangat tertarik pada angin topan dan semacamnya sehingga menggambar materi itu akan mendorongnya belajar lebih jauh lewat buku-buku lainnya. 

Gambar karya si bungsu yang menjelaskan tahap-tahap angin tornado.

Gambar bisa berbentuk manual atau digital, sesuaikan dengan kebiasaan anak. Tak harus bagus dan sempurna, yang penting mereka mengekspresikan diri dengan bebas tanpa ada tekanan sehingga hasilnya akan menciptakan kepuasan dan bahkan ketagihan. Silakan tentukan bersama anak gambar apa yang akan dibuat. 

3. Menulis diari

Cara lain untuk menghilangkan kebosanan dalam belajar adalah menuangkan segala pengalaman, ide, cita-cita, dan apa saja yang anak rasakan selama belajar dari rumah melalui catatan di buku harian atau diari. Curahan hati yang diekspresikan dalam bahasa mereka sendiri dalam bentuk diari memiliki efek positif yakni melepaskan beban stres layaknya yang dirasakan orang dewasa. 


Saya teringat pada kisah Zlata Filipovic yang dijuluki "Anne Frank dari Sarajevo", salah seorang anak korban perang di Bosnia. Teman-teman sebayanya yang tinggal di rumah sakit atau panti disebut mengalami trauma mendalam, sedangkan Zlata agak berbeda karena dia punya kebiasaan mencatat peristiwa dan mengabadikan pengalamannya dalam bentuk diari. Ia melihat dunia di sekelilingnya dengan sudut pandang yang agak jauh, seolah-olah ia hanyalah pemeran dalam film yang ia tonton.

Menulis diari menambah kosa kata anak dan melatih menuangkan gagasan.

Selain melepas stres, menulis diari akan melatih anak-anak untuk menghasilkan tulisan tangan yang bagus alih-alih terbiasa menulis di gawai. Mereka juga jadi terbiasa menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk tertulis. Dengan selingan gambar-gambar yang mewakili imajinasi mereka, diari akan semakin hidup dan bahkan mendatangkan keuntungan.


Ini terjadi pada si sulung ketika menuliskan cita-citanya dalam secarik kertas lalu mengirimkannya untuk meramaikan sebuah giveaway. Tulisannya ternyata memikat hati sepuluh juri Chuseok Angpao yang digagas oleh blog Creameno bertajuk "Jika aku besar nanti aku ingin menjadi...." Tulisannya jadi luwes salah satunya berkat kebiasaan menulis diari yang sudah dimulai sejak lama. 

4. Mengikuti kelas online sesuai hobi

Karena hobi bikin komik, maka kedua buah hati kami sering ikut kelas online yang banyak ditawarkan secara cuma-cuma oleh berbagai penyelenggara. Mengikuti kelas online bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga jaringan pertemanan baru--sesuatu yang mereka rindukan selama pandemi karena tak bisa bertemu teman-teman di kelas.

Hal ini dilakukan selain bisa mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih luas tentang suatu hal, mereka juga tak jarang mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi lebih luas dengan teman-teman baru dari daerah lain atau bahkan dari negara lain. 

5. Bermain teka-teki

Mengisi teka-teki bisa mengasah otak dan berlatih strategi.


Salah satu cara belajar yang menyenangkan adalah lewat permainan, seperti bermain teka-teki atau tebak-tebakan. Ketika suntuk belajar buku-buku teks, kami biasanya menawarkan kepada anak-anak untuk bermain tebak-tebakan. Selain berlatih public speaking, permainan ini juga bagus untuk menguji sejauh mana daya ingat (kognitif) mereka dalam suatu bidang.

Kami biasanya menggunakan buku sains sebagai sumber tebakan. Materi bahasa, pengetahuan agama, dan matematika juga tak lepas kami coba bersama. Kami bermain secara bergantian: satu orang bertanya dan sisanya menjawab dengan cepat. Orang yang menjawab tercepat menjadi pemenang dan berhak mengajukan pertanyaan selanjutnya. Sebagai pancingan, kami memulainya dengan pernyataan seperti "Aku adalah ...." dan memberikan ciri-ciri benda tersebut.

Sebagai variasi, anak-anak bisa mengisi teka-teki silang yang bisa dikerjakan sendirian dan kami siap siaga memberikan bantuan jika mereka menemukan kesulitan. Intinya, orangtua harus siap mendampingi untuk memberikan dukungan sehingga anak merasa percaya diri.
  

6. Bermain games bersama

Sepertinya tak ada anak yang tidak suka main games. Bahkan bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun gandrung pada gaming. Hanya saja berbeda jenis dan kompleksitas game yang dimainkan. Kami membolehkan anak-anak bermain games sebagai selingan dari aktivitas lain yang mungkin membosankan. Bagaimanapun juga, bermain games secara digital menghadirkan pengalaman berbeda dibandingkan jenis permainan lainnya. 

Mereka boleh bermain game dengan tiga syarat. Pertama, menaati waktu yang disepakati. Kedua, memainkan games yang edukatif, bukan hanya menghibur. Ketiga, game itu tak perlu kami instal di smartphone mengingat ponsel kami sudah penuh memorinya. Tiga patokan ini rasanya cukup sebagai bekal memilih game yang tepat.

Setelah membaca sebuah blog post, saya tertarik pada plays.org. Ada ratusan games di website ini yang segera kami coba mainkan dengan memilih lewat kategori yang tersedia di bagian bawah. Tinggal pilih mana tema yang disuka. Si sulung yang suka olahraga langsung kesengsem sama Funny Soccer sedangkan si bungsu yang suka binatang tak bisa lepas dari Cut for Cats.

Yang menyenangkan dari situs ini adalah kita tak perlu menginstal aplikasi game khusus baik di ponsel maupun di laptop agar bisa memainkannya. Jadi enggak boros memori hape atau komputer. Kita juga tak perlu mendaftar atau signup dulu. Kita bisa langsung pilih game yang disuka dan memainkannya seketika. Selain koleksinya lengkap, game yang ditawarkan sangat ringan dan mudah dioperasikan. 



Dalam Funny Soccer, tugas kita sebagai pemain sangat mudah: menggiring bola ke gawang lawan untuk mencetak gol dengan menyundul atau menendang bola. Tips yang bisa dipetik setelah memainkan game ini, usahakan agar bola selalu berada di depan kita sehingga kita bisa mencetak gol sebanyak mungkin melebihi lawan. Suara latar sangat mendukung gerakan lincah kaki dan sundulan seolah-olah tengah berada di stadion.

Untuk memainkan game ini, kita cukup mengandalkan tombol panah ke kanan dan ke kiri untuk maju mundur menyesuaikan posisi bola dan mengimbangi lawan. Untuk menendang bola, kita bisa menekan tombol X dan tombol Z untuk menyundul jika bola berada di atas. Sangat mudah kan? Cobalah sendiri.

Kegirangan waktu menang, yeay!

Sedangkan Cut for Cats lebih menguji strategi dan logika lewat ilmu fisika. Tugas kita adalah memberi makan kucing hitam yang kelaparan. Dia mengincar candy roll atau permen yang digantung di atas. Karena terikat, maka kita harus memotong (cut) tali agar permen menggelinding menuju si kucing. Namun ada syarat yang tak boleh terlewat: permen harus melewati tiga bintang dulu untuk membuka mulut kucing hitam.

Makin penasaran kan? Memang sangat menarik kok dan bisa bikin ketagihan meskipun game-nya sederhana. Pemain harus memperhitungkan ayunan tali setelah dipotong agar bisa menyasar bintang. Semakin tinggi levelnya, semakin menantang ikatannya, bahkan berupa rantai sehingga butuh gergaji untuk memotongnya.



Untunglah game-game yang kami coba di plays.org sangat ringan sehingga cepat dan responsif saat dimainkan. Di sana disedikan cara bermain yang sangat mudah, bisa dilakukan anak dan orang dewasa. Bukan hanya mudah, tapi memberi hiburan dan bahkan mengasah otak anak-anak sebagai selingan kreatif dari kegiatan belajar buku-buku sekolah yang mungkin membosankan.

7. Berkebun

Aktivitas lain yang sangat kami tekankan di rumah adalah berkebun. Dengan berkebun anak-anak bukan hanya belajar sabar dengan menanti biji bertunas dan tumbuh menjadi pohon, tetapi juga menyadari pentingnya menyediakan oksigen sebanyak mungkin di alam. Saat berkebun mereka juga kami ajak berkolaborasi dan mengamati tanaman secara saintifik.

Mereka begitu gembira ketika berhasil menemukan ilmu atau fakta baru tentang tumbuhan. mereka akan lebih happy tatkala biji yang ditanam tumbuh menjadi pohon yang bunganya bisa kami manfaatkan. Misalnya bunga telang yang bisa kami seduh menjadi teh hangat nikmat atau sebagai pewarna alami untuk menanak nasi lemak nan ungu ala Kuala Lumpur.  

Selain mengasyikkan, berkebun juga banyak manfaatnya bagi anak. 


Kedekatan dan kecintaan mereka pada alam dan lingkungan yang dilakukan melalui berkebun akan memberikan pemahaman bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa pepohonan yang menyuplai oksigen, memberikan keindahan, dan hasil yang bisa dikonsumsi manusia. Anak-anak akan belajar mencintai alam dan tidak suka untuk merusaknya.

Itulah sejumlah kiat yang menjadi rahasia kami selama anak-anak menjalani proses learning from home saat pandemi. Tentu saja setiap keluarga memiliki rumus atau kiat tersendiri yang bisa ditiru dan disesuaikan sesuai kondisi dan hobi anak. Meskipun pandemi sudah mulai reda, sejumlah sekolah masih belum membuka opsi tatap muka. Jadi pastikan menemani anak-anak dengan cara-cara kreatif agar mereka semangat belajar.

Semoga Sahabat Xibianglala tetap sehat dan semangat terus menjalani salah satu periode menantang dalam sejarah umat manusia.  
Ah, akhirnya ngeblog lagi setelah begitu lama hiatus, Bumi anak nomor dua kami semakin besar dan tumbuh sebagai anak yang energik, juga kreatif. Di usianya yang belum genap lima tahun, kemampuan motorik maupun kognitifnya semakin mumpuni. Yang lebih menggembirakan lagi, ia mau berbagi dan membela kakaknya yang tulen.



Kami sadar sebagai orang tua harus membantu melejitkan kemampuan mereka sesuai bakat dan potensi pribadi masing-masing--terutama Rumi si sulung. Di rumah tahfiz kemampuan mereka lumayan bagus dan semoga semakin bagus sehingga terpupuk nilai-nilai Qurani sebagai bekal masa depan. 

Dengan mode homeschooling, kami banyak belajar dan berdoa agar kiranya karakter dan kualitas mereka sebagai manusia betul-betul mencerminkan jiwa keimanan, yang akan memberi kemanfaatan bagi orang lain. Semoga. Aaamiin.

Sekian update kali ini. Salam :)