Rice Cooker Miyako Nanoal MCM-586-BH wujudkan bahasa cinta ibu. (Sumber: www.miyako.co.id)

JIKA ADA BAHASA universal yang dapat dipahami oleh semua orang tanpa kecuali di dunia ini, maka bahasa itu adalah bahasa cinta. Psikolog anak dan konselor di Sekolah Cikal, Efika Fiona, M. Psi. pernah menjelaskan bahwa bahasa cinta atau love language merupakan sebuah cara mengekspresikan dan menerima rasa cinta atau kasih sayang dari dan kepada orang lain. Bahasa cinta dapat dianalogikan dengan love tank pada setiap manusia di mana semakin banyak cinta yang diterima, maka akan semakin besar manfaatnya. 


Berdasarkan pemahaman di atas, bahasa cinta seorang ibu merupakan bahasa cinta yang paling universal karena sangat luas dan mudah dipahami, terutama oleh anak-anaknya. Bahasa cinta ibu dianugerahkan oleh Tuhan khususnya kepada perempuan yang diberikan kepercayaan dalam dirinya berupa rahim untuk mengandung sang buah hati. Rahim itu sendiri merupakan kata dari bahasa Arab yang memiliki arti kasih sayang. 


Bahasa cintaku dapat dipahami dengan baik oleh kedua buah hatiku. (Foto: dok. pribadi)

Banyak keunikan tentang kasih sayang antara ibu dengan anaknya. Cinta dan kasih sayang ibu antara lain diwujudkan dengan kepedulian, perlindungan, dan perawatan yang dicurahkan bahkan hampir 24 jam setiap hari. Bahkan ketika anaknya sakit, seorang ibu rela tidak tidur demi menjaga buah hatinya.


Seorang ibu sepenuh hati memberikan seluruh energi cinta dan kasih sayangnya yang tak terhingga sepanjang masa. Ibu hanya memberi dan tak mengharap kembali. Tak heran jika cinta dan kasih sayang ibu dipersonifikasikan bagai sang mentari yang menyinari dunia tanpa henti.


Salah satu bahasa cinta yang dipahami dengan baik oleh seluruh anggota keluarga adalah kesudian seorang ibu untuk mengolah atau memasak makanan yang lezat dan bergizi untuk seluruh anggota keluarga. Saya selalu meyakini bahwa cinta itu dari mata turun ke perut lalu naik ke hati. Sesederhana apa pun masakan seorang ibu pasti menjadi suguhan istimewa bagi seluruh keluarganya.


Balada Anak Pondok


Ketika anak sulung saya meminta izin untuk melanjutkan pendidikan di sebuah pondok pesantren di Jombang, perasaan saya campur aduk. Ada rasa bahagia karena tidak banyak anak di tempat tinggal kami yang meminta dengan kesadaran diri sendiri seperti dia. Tetapi di sisi lain, saya merasa agak sedih dan berat hati karena dia merupakan anak yang sangat dekat dengan saya.


Anak-anak memang sangat dekat dengan saya karena sejak lahir hingga mereka tumbuh selalu berada dalam pengasuhan saya. Sudah menjadi komitmen pribadi untuk tidak pernah memiliki asisten rumah tangga ketika saya memutuskan untuk berhenti atau resign dari tempat bekerja tepat ketika anak pertama saya lahir.


Rice cooker Miyako menyempurnakan bahasa cinta yang aku punya. (Foto: dok. pribadi)

Oleh karena itu, ketika ia meminta untuk melanjutkan pendidikan di pesantren, saya merasa agak dilematis atau mungkin sedikit khawatir karena mereka akan tinggal berjauhan dengan kami. Akan tetapi ketika melihat kesungguhan hatinya dan betapa penting hal ini bagi masa depannya, akhirnya saya mencoba menguatkan hati untuk melepasnya menempuh pendidikan jauh dari rumah.


Bagi orang tua yang memiliki anak dan saat ini tengah menempuh pendidikan jauh dari orang tuanya seperti mondok atau kuliah di luar kota mungkin akan merasakan pengalaman yang serupa, terutama terkait masalah asupan yang mereka konsumsi sehari-hari.


Saya bersyukur bahwa ternyata ada hal yang sungguh melegakan hati. Saya mengetahui bahwa kini anak saya sudah mulai tumbuh menjadi anak yang mandiri, tabah, dan bersikap dewasa setelah beberapa waktu menempuh pendidikan di pondok. Ia sering mengirimkan kabar atau menelepon kami melalui video call dan menceritakan kehidupan atau aktivitas kesehariannya. Ia sudah merasa kerasan atau betah dan memiliki banyak teman selama di pondok.


Akan tetapi, bahasa cinta berupa masakan ibunya kerap membuatnya rindu. Ia sering menitipkan pesan bahwa ia minta dibuatkan masakan atau makanan kesukaannya ketika saya dan suami beserta adiknya ingin sambang atau mengunjunginya. Tentu saja hal itu bukan sebuah beban berat sama sekali karena justru hal tersebut menunjukkan bahwa bagaimanapun jarak memisahkan, tetapi masakan ibu yang dibuat dengan penuh cinta tetap mengikat batinnya dan selalu menaunginya di manapun ia berada. 


Berkat Rice Cooker Miyako, anak di pondok bisa menyantap makanan favorit dengan mudah. (Sumber: dok. pribadi)

Salah satu menu favoritnya adalah nasi liwet komplet. Resepnya akan saya bagikan di akhir tulisan ini karena proses membuatnya cukup mudah dan tentu saja lezat berkat sentuhan Miyako rice cooker yang menjadi selalu menjadi andalan saya. 


Ketika saya mengetahui bahwa Nikita Willy menjadi Brand Ambassador Miyako, saya merasa ia merupakan pilihan yang tepat. Tak salah jika Miyako menjadikannya Brand Ambassador karena Nikita merupakan sosok ibu muda yang cukup inspiratif terkait konsep pola asuh atau parenting yang dipilihnya,  seorang ibu muda pembelajar, dan sering membagikan aktivitas kesehariannya bersama sang anak. 


Ini membuktikan bahwa semua ibu memiliki bahasa cinta yang universal, termasuk yang diejawantahkan dalam bentuk memasak masakan kesukaan. Miyako menjadi andalan dari keseharian seorang ibu pekerja seni dan wanita karier seperti Nikita Willy. Sama seperti Nikita yang menjadikan Miyako sebagai andalannya di dapur, saya juga selalu menggunakannya karena Miyako mampu memahami peran dan kesibukan seorang ibu sehari-hari.


Memasak dengan hati bersama #RiceCookerMiyako


Anak-anak saya memiliki kecenderungan untuk doyan makan. Hampir tidak ada makanan yang tidak mereka sukai. Ketika anak-anak yang lain mungkin membutuhkan obat penambah nafsu makan atau melakukan gerakan tutup mulut karena tidak mau makan, maka yang terjadi pada anak-anak saya adalah kebalikannya. Mereka suka sekali makan, terutama masakan ibu mereka. 


Mereka selalu mengatakan bahwa masakan yang saya buat selalu enak dan menyarankan saya untuk membuka sebuah kafe, restoran, atau warung makan karena mereka berpikir bisa makan sepuasnya di sana. Ide mereka membuat saya berpikir untuk merealisasikannya. Namun menjadi sedikit masalah ketika saya juga memiliki aktivitas lain di samping melakukan tugas sebagai seorang ibu rumah tangga. 


Saya memiliki kesibukan sebagai seorang penulis, editor, dan blogger yang juga harus menyisihkan waktu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu saya harus pandai mengatur waktu karena tugas ini cukup menguras waktu dan energi sehingga saya harus cerdas mengelola kepentingan tersebut secara seimbang.


Seperti halnya Nikita Willy Pakai Miyako, saya pun mengandalkan Miyako yang terbukti mampu memahami salah satu kepentingan di wilayah yang sebagian besar dikuasai ibu rumah tangga, yaitu dapur kesayangannya. Miyako selalu mempersembahkan produk yang memenuhi kebutuhan dan membantu para ibu menciptakan berbagai kreasi masakan. 


Nasi jagung sederhana makin sempurna berkat Rice Cooker Miyako. (Foto: dok. pribadi)

Suasana yang menyenangkan dan nyaman di ruang paling rahasia di dapur tentu akan melahirkan sajian istimewa karena ada bahasa cinta yang terwujud di dalamnya. Saya selalu berusaha untuk menyiasati agar kegiatan memasak yang juga merupakan hobi atau kegemaran saya menjadi sesuatu yang menghasilkan persembahan berupa masakan istimewa untuk dinikmati oleh seluruh keluarga termasuk anak-anak saya. 


Ketika #NikitaWillyPakaiMiyako dalam aktivitasnya di dapur, maka saya sebagai pengguna Miyako juga semakin yakin bahwa semua problem memasak yang saya miliki juga akan menghilang. Miyako mengubah yang lama menjadi cepat, yang ribet menjadi simpel, dan yang menguras tenaga dan waktu menjadi lebih efektif dan efisien serta tentu saja dapat menyajikan masakan yang sehat bernutrisi, lezat plus menguarkan aroma sedap yang membuat perut siapa pun meronta jika menghidunya. 


Kemampuan Miyako untuk memahami bahasa cinta para ibu diwujudkan dengan melahirkan produk seperti Rice Cooker Miyako MCM-586-BH yang memiliki fungsi 3 in 1, yaitu memasak, mengukus, dan menghangatkan nasi relatif tahan lama.  Hal ini sangat spesial karena rice cooker Miyako dilengkapi dengan fitur thermostat. Terbayang dong repotnya jika saya harus sering memasak nasi berkali-kali hanya karena magic warmer-nya tidak berfungsi dengan baik.


Rice Cooker Miyako MCM-586-BH Andalan Terbaik Para Ibu


Magic warmer plus Miyako Nanoal MCM-586-BH memiliki tampilan yang cantik, estetik, dan terbaik. Warnanya soft dan manis, yaitu baby pink menjadikan varian penanak nasi ini sangat disukai oleh Nikita Willy sebagai Brand Ambassador Miyako. 


Mau tahu dong apa saja keistimewaannya? Yups, Miyako Nanoal MCM-586-BH sangat istimewa dan layak menjadi must have item karena dilengkapi dengan berbagai hal sebagai berikut.


Miyako bikin ibu semakin nyaman memasak untuk keluarga. (Sumber: www.miyako.co.id)

  1. Panci manual berlian hitam yang antilengket. Jadi enggak bakal banyak nasi yang terbuang sia-sia karena menempel di pancinya. Dengan hal ini Miyako mendukung upaya mengurangi food waste, terutama nasi. 
  2. Produk Miyako sepuluh kali lebih tahan lama. Jadi lebih hemat di kantong ya kaaan? 
  3. Memiliki ketebalan 1,4 mm sehingga terasa mantap untuk digunakan. 
  4. Double coating bikin tampilan elegan dan mewah serta enggak mudah mengelupas. 
  5. Bebas bahan kimia PFOA (perfluorooctanoic) dalam proses pembuatan pelapis antilengket sehingga aman bagi kesehatan.
  6. Body antipenyok dan antikarat serta dilengkapi dengan pegangan untuk menjinjing sehingga mudah dipindahkan.
  7. Memiliki magic tonjolan untuk menjaga nasi agar tetap enak. Apalagi jika yang dimasak nasi berbumbu seperti nasi liwet kesukaan anak sulungku, hehehe.
  8. Ada fitur thermostat yang membuat nasi tetap hangat, tidak kering, dan tentu tidak mudah basi. Rasanya aku wajib merekomendasikan Miyako ini pada ibu mertua yang sering mengeluh terkait hal ini.
  9. Memiliki soft touch opening atau sistem buka tutup hanya dengan satu sentuhan. Jadi ibu-ibu enggak perlu menggunakan tenaga dalam untuk sekadar buka tutup ya.
  10. Kapasitas beras 1,8 liter atau setara kapasitas nasi 5 liter. Tentu sangat cocok untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. 
  11. Hanya membutuhkan daya 395 watt. Jelas hemat listrik dan lagi-lagi hemat di kantong. 
  12. Untuk garansi dan elemen pemanas berlaku selama 5 tahun dan 1 tahun untuk sparepart dan service. So, kita enggak perlu khawatir jika ada kerusakan apalagi produk Miyako sudah tentu melewati proses pemeriksaan Quality Control (QC) yang teliti.


Nah, setelah mengetahu keandalannya, pantas saja Miyako #NanoalPilihanNikita karena memiliki beragam fitur dan kelebihan yang membuat ibu makin semringah. Enggak ragu lagi dooong ….


Miyako, Kado Istimewa Buat Ibu yang Penuh Cinta


Ada hal yang sangat menyentuh hati saya. Hal ini terjadi ketika saya pernah curhat kepada suami bahwa saya membutuhkan penanak nasi baru untuk menggantikan rice cooker yang sudah cukup lama kami gunakan dan sudah mulai rusak termakan usia. Lama setelah momen itu kami tidak pernah membicarakan lagi. 


Namun suatu hari, ujug-ujug suami saya pulang dari sebuah acara di Surabaya dengan menjinjing sebuah dus. Ia langsung menyerahkan kepada saya yang segera membukanya. Saya sungguh terkejut sekaligus bahagia karena ternyata beliau membawakan sebuah rice cooker Miyako baru yang sudah lama saya inginkan.


Kado terindah dari keluarga adalah sesuatu yang memahami bahasa cinta bunda. (Sumber: www.miyako.co.id)

Sebuah hadiah istimewa sebagai salah satu ungkapan atau bahasa cinta memang tidak pernah harus dinilai dengan berapa harga dari sesuatu secara nominal. Akan tetapi hadiah yang istimewa adalah sebuah hadiah yang diberikan dengan segenap hati penuh cinta dan kasih sayang. Apalagi hadiah istimewa dari suami, anak-anak, atau keluarga bagi seorang ibu yang sepenuh hati mencintai mereka tanpa syarat.


Oh ya, saya pun tidak lupa memberi hadiah sebagaimana yang sudah saya janjikan kepada para ibu berupa resep nasi liwet kesukaan anak saya. Siapa tahu dengan memasak nasi liwet dengan penuh cinta menggunakan Miyako Nanoal MCM-586-BH akan semakin menguatkan bahasa cinta kita kepada seluruh keluarga. Hayuk atuh kita mulai ....


Resep Nasi Liwet Khas Bunda Xibianglala

Nasi liwet favorit keluargaku. (Sumber: dok. pribadi)

Bahan-bahan:

  • Beras 1 liter
  • Ikan teri 2 ons
  • Petai 1 papan
  • Santan encer secukupnya
  • Minyak untuk menumis secukupnya
  • Garam 1 sendok makan
  • Emping melinjo


Bumbu-bumbu:

  • Bawang merah 9 siung
  • Bawang putih 5 siung
  • Cabai jawa 15 biji atau sesuai selera


Cara Memasak

Cuci beras hingga bersih lalu masukkan dalam panci rice cooker Miyako Nanoal MCM-586-BH. Iris-iris semua bumbu kemudian tumis hingga harum, sisihkan. Goreng ikan teri hingga cukup matang, sisihkan. Kupas dan belah-belah biji petai menjadi dua, sisihkan. Masukkan santan ke dalam beras hingga satu ruas jari tingginya dari permukaan beras. Masukkan semua bumbu, ikan teri, dan petai beserta garam secukupnya dan aduk semua hingga rata. 


Nyalakan tombol on atau cooking pada rice cooker dan tunggu hingga matang. Setelah matang, aduk hingga semua komponen tercampur rata. Sajikan di piring beserta lauk, seperti ayam goreng, tumis cumi cabe ijo, tempe, tahu, lalapan, dan sambal terasi jika suka rasa lebih pedas. Tambahkan emping melinjo jika ingin lebih maknyus. 


Selamat menikmati dan semoga cinta ibu sampai ke hati. Ingat, di mana pun buibu berada, pastikan Rice Cooker Miyako Nanoal selalu menemani langkah. Mudik ke rumah orang tua atau mertua, dan bahkan berkemah bareng bestie pun rice cooker Miyako wajib dibawa untuk menciptakan quality time sebagai wujud kesempurnaan cinta bunda. Selamat Hari Ibu, selamat merayakan cinta sebagai bahasa paling syahdu.

Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin pepatah itu tepat menggambarkan kehidupan Amin. Lelaki bernama lengkap Muhammad Amin Rafi ini merasa terpukul saat dirinya divonis menderita kusta. Ujian terasa terlalu berat, seolah dunia berhenti berputar. Apakah ia akan menyepi di sanatorium dengan berbagai keterbatasan dan kehilangan kesempatan?


Faktanya, kusta membuatnya cacat peramen. Menjadi penyandang disabilitas pada tangan dan kaki menyebabkan dirinya dicaci, dihina, dan dimaki saat bersekolah. Begitu pun di ruang publik, ia tak lepas dari cemoohan atau ledekan. Pada suatu titik ia bahkan ingin bunuh diri karena kenyataan hidup yang kelewat berat.

Akibat kusta terlambat ditangani

Betapa tidak, selain dijauhi orang karena takut menularkan kusta, Amin juga dipaksa resign dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Sungguh dia kena mental dengan kenyataan pengabdiannya sudah mencapai tiga tahun di instansi terkait.


Ayo bangkitkan semangat OYPMK dan penyandang disabilitas agar berdaya. (Foto: pexels/Judita Tamošiūnaitė)

Semua bermula dari keterlambatan penanganan kusta saat Amin berusia 12 tahun. Ketika duduk di bangku kelas 5 SD, ada bercak putih di punggungnya dengan efek mati rasa. Karena tak tahu itu kusta, petaka pun menghampiri. Di mana pun ia ditolak, dicaci, dan bahkan dihina oleh teman sendiri. 


Amin menuturkan pengalaman pahitnya dalam Global Appeal 2014 yang dihelat di Grand Sahid Jaya Hotel tanggal 27 Januari  2014 silam. Untunglah kepercayaan dirinya perlahan bangkit dan kesehatan mentalnya pulih dan ia kemudian menggagas pendirian Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa). 


Organisasi ini memberikan pendampingan, bantuan, dan dukungan bagi penderita kusta agar hidupnya tidak terpuruk. Melalui komunitas ini, sebisa mungkin cacat permanen akibat kusta dicegah melalui deteksi dini kusta dan pemahaman kusta yang benar. Kalau sudah terjadi disabilitas, masalahnya bisa semakin rumit.

Ardi Yansyah bangkit dan berdaya

Memang berat kalau seseorang menjadi penyandang disabilitas. Selain hilangnya produktivitas secara ekonomi, tak jarang mereka harus mengalami diskriminasi dari lingkungan sekitar akibat kondisi fisik yang berbeda. Apalagi kusta yang selama ini terlanjur dianggap sebagai penyakit kutukan, itu tentunya memalukan termasuk bagi keluarga penderita.


Itu pula yang dirasakan oleh Ardi Yansyah, OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) saat berbicara sebagai salah satu narasumber dalam talkshow bertajuk #SuarauntukIndonesiaBebasKusta yang digelar di akun Youtube KBR pada bulan Juli 2023. Event ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kesadaran kolektif mengenai kusta. 


Acara ini istimewa sebab diadakan bertepatan dengan kunjungan dan diskusi Sasakawa Health Foundation (SHF) sebagai salah satu donor potensial atas inisiatif NLR Indonesia. SHF adalah lembaga nonpemerintah yang berbasis di Tokyo, Jepang.


Ardi Yansyah makin optimistis setelah bergiat di komunitas Permata.




“Seakan-akan martabat mereka (penderita kusta dan OYPMK) tidak seperti sebelumnya,” ujar Ardi dalam diskusi tersebut. Ia menuturkan bahwa kondisinya bisa semakin memprihatinkan jika penderita kusta adalah orang miskin atau termasuk petani. 


Sependek ingatan Ardi Yansyah, kusta telah membuatnya teralienasi dari lingkaran pertemanan. Teman-teman yang sebelumnya aktif di karang taruna mendadak bersikap berbeda. Ketika bertemu, hanya say hello —sangat tidak lazim seperti dulu. Ia merasa seolah tidak dimanusiakan, turun martabatnya.


Ia bersyukur keadaan akhirnya berubah seperti harapan. Berkat kiprahnya sebagai ketua dalam Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa), ia merasa lebih percaya diri dan perlakuan orang sekitar —termasuk teman-temannya— pun kembali seperti sedia kala. Permata memang berjasa dalam membantu mencegah kecacatan permanen (disabilitas) bagi penderita kusta.

Data kusta di Indonesia

Dengan praktik diskriminasi dan maraknya pemahaman yang salah tentang kusta, kita memang patut prihatin. Kasus baru kusta di Indonesia bukan menurun, tapi stagnan selama 10 tahun terakhir. Jumlahnya mencapai 18.000 kasus, menjadikan negara kita di posisi tertinggi ketiga di dunia menyusul India dan Brazil. Memprihatinkan bukan?


Jika kusta lambat ditangani atau dibiarkan karena malas atau ketidaktahuan, tentu sangat berbahaya dampaknya: kecacatan! Menurut data tahun 2017, angka disabilitas akibat kusta adalah 6,6 orang per 1.000.000 penduduk. Data ini masih jauh dari target angka disabilitas kusta yang ditetapkan pemerintah, yaitu kurang dari 1 orang per 1.000.000 penduduk.


Angka kejadian kusta yang masih tinggi di Indonesia adalah bukti bahwa penanganan kusta sejauh ini masih bermasalah. Sosialisasi dan edukasi perlu lebih banyak dilakukan agar penderita bisa mendapatkan deteksi dini dan perawatan semestinya.

Bagaimana kusta di dunia?

Kasus kusta di skala internasional tak kalah mengkhawatirkan. Pada tahun 2021 terjadi lonjakan jumlah pasien kusta baru. Setidaknya 140.594 pasien tercatat di seluruh dunia. Patut diduga lonjakan kasus adalah sebagai dampak dari sibuknya dunia memerangi wabah COVID-19 yang pernah mencekam yang membuat penanganan kusta sedikit tertunda atau terabaikan. 


Jumlah pasien baru sebelum pandemi COVID-19 sekitar 200.000 kasus, yang berarti bahwa departemen kesehatan setiap negara tak boleh menutup mata dari fenomena ini. Ingat, keterlambatan dalam penemuan dan pengobatan kusta bisa menyebabkan seseorang mengalami cacat permanen dan disabilitas ini bisa membuat penderita tidak produktif.

Tiga pilar Sasakawa Health Foundation

Selain Ardi Yansyah, talkshow tersebut juga menghadirkan Ms. Aya Tobiki yang tidak lain adalah Chief Program Officer untuk program penanganan Hansen's Disease alias kusta di bawah naungan Sasakawa Health Foundation (SHF). SHF adalah lembaga nonpemerintah yang berbasis di Tokyo. 


SHF didirikan tahun 1974 dengan nama Sasakawa Memorial Health Foundation oleh dua orang, yaitu Profesor Morizo Ishidate, yang dikenal sebagai bapak kemoterapi untuk penyakit kusta di Jepang. Beliau juga menjadi ketua pertama organisasi ini. Pendiri lainnya adalah Ryoichi Sasakawa, juga founder The Nippon Foundation yang ditunjuk sebagai presiden pertama SHF. 


Dengan tujuan menghapus penyakit kusta dari permukaan dunia, SHF fokus pada pengendalian penyakit kusta dan promosi kesehatan masyarakat (community health) sebagai dua pilar dalam setiap aktivitasnya. Namun khusus untuk community health hanya dilaksanakan di Jepang, berbeda dengan pemberantasan kusta yang digelar di banyak negara.


Aya Tobiki menjelaskan peran Sasakawa Health Foundation.


Menurut Aya Tobiki, program penanganan kusta SHF ditopang oleh tiga pilar, yaitu mengatasi kusta, menghapus diskriminasi terhadap penderita atau OYPMK, dan memelihara sejarah atau riwayat penanganan kusta. 


Ini selaras dengan visi SHF, yaitu mewujudkan better health & dignity for all di kancah internasional. SHF berkomitmen agar semua orang memperoleh kesejahteraan secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Pelaksanaannya tak boleh dibatasi oleh siapa mereka, asal mereka, dan apa pun kondisinya; intinya martabat mereka harus utuh terjaga.

Terkesima kunjungan di Indonesia

Selama berada di Indonesia, Aya Tobiki berkesempatan mengunjungi tiga kota di Indonesia: Pasuruan di Jawa Timur, lalu Indramayu dan Cirebon di Jawa Barat. 


Aya tak bisa lupa saat berkunjung ke Puskesmas Nguling karena di sana ia menemukan betapa stakeholders setempat bergerak sangat solid dalam penanganan kusta. Selain itu, ia salut dengan semangat semangat para ibu PKK yang berjoget mengikuti irama musik kusta dan dilanjutkan dengan edukasi kusta. Cara yang kreatif!


Dalam lawatan ke Indramayu, Aya sempat menyaksikan dua proyek, yaitu SDR PEP dan peer counseling. Aya tak bisa menyembunyikan perasaan terkesan oleh sinergi yang dibangun antardinas kesehatan dari level provinsi hingga puskesmas dengan sistem rujukan yang rapi.


Di Indramayu pula Aya berkenalan dengan seorang gadis cantik yang hidup bersama neneknya karena sang ibu bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Gadis kecil ini ternyata terkena kusta tapi pengobatan dihentikan lantaran sang nenek malu dengan kenyataan itu.


Begitu sang ibu pulang dari luar negeri, ia langsung membawa putrinya ke puskesmas untuk memperoleh pengobatan dan perawatan sebagaimana mestinya sampai ia sembuh.


Aya juga terkesan oleh praktik peer counselor, yakni sahabat sebaya yang memberikan motivasi bagi penderita kusta agar bisa sembuh dan terutama pulih mentalnya dengan semangat menjalani pengobatan sampai tuntas.


Begitu juga saat berkunjung ke Cirebon, Aya mendapati proyek Mardika di mana proyek ini melibatkan income generation alias pemerolehan rezeki. OYPMK dilatih untuk menghasilkan produk berbasis kerajinan tangan dengan bahan yang ramah lingkungan (eco-friendly).


Komitmen NLR dukung Indonesia bebas kusta

Diskusi semakin seru dengan pemaparan Asken Sinaga yang merupakan Executive Director NLR Indonesia. Dalam penanganan kusta, ia merujuk visi organisasi, yaitu bahwa NLR hadir untuk mendukung terwujudnya Indonesia bebas kusta dan mengatasi kosekuensinya. 


Adapun misi NLR adalah mencegah, mengobati, dan mengurangi diskriminasi serta meningkatkan inklusi. Sebagai LSM nirlaba, NLR Indonesia berusaha melihat gap atau kesenjangan, yakni wilayah yang belum tersentuh atau digarap oleh pemerintah lalu berupaya mengisinya.


Asken Sinaga menekankan perlunya kolaborasi dan inklusi dalam penanganan kusta.




NLR Indonesia menggunakan pendekatan tiga zero dalam penanganan kusta, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi). Jangan sampai penderita abai sehingga kondisi semakin parah dan berakibat pada kecacatan permanen. OYPMK tetap berpeluang hidup produktif dan layak hidup bermartabat.


Untuk mengisi kekosongan atau gap itu, NLR Indonesia menyadari tak bisa bekerja sendiri. butuh kolaborasi dan inklusi, yakni melibatkan semua elemen masyarakat tanpa memandang perbedaan karena bisa mengarah pada diskriminasi.


NLR bukan hanya memberikan dukungan teknis bagi para pelaku program di Indonesia, tetapi juga meningkatkan kesadaran lewat edukasi bagi masyarakat mengenai kusta. Edukasi dan sosialisasi dilakukan seluas-luasnya melalui berbagai platform komunikas, baik konvensional maupun digital yang kini semakin populer—terutama media sosial.


Sebagai wujud kolaborasi dan inklusi, NLR Indonesia menggandeng para pelaku program dengan membentuk jaringan. Misalnya berkolaborasi dengan LSM disabilitas, lembaga research, dan kelompok pemuda yang punya inovasi agar eliminasi kusta di Indonesia bisa lebih cepat tercapai.

Harapan bagi semua

Memang sudah selayaknya kolaborasi menjadi energi kebaikan dalam setiap kegiatan positif di era sekarang. Bukan lagi berkompetisi, tapi saling menopang dan menjembatani —termasuk dalam penanganan kusta yang harus inklusif.


Dari diskusi ini kita berharap agar kusta bisa cepat dihapuskan dari Nusantara. Dukungan berbagai pihak sangat dibutuhkan, termasuk NLR Indonesia dan Sasakawa Health Foundation yang konsisten memberikan kontribusi bagi program pengendalian kusta di Indonesia.


Dengan cara seperti ini, setiap OYPMK dan penyandang disabilitas bisa hidup dengan martabat dan produktivitas untuk menopang dirinya masing-masing. Tak perlu malu karena kena kusta, tak perlu galau karena kusta bisa sembuh. Jangan sampai terpuruk karena ketidaktahuan akan gejala dan keengganan untuk menjalani terapi.