Ah, akhirnya ngeblog lagi setelah begitu lama hiatus, Bumi anak nomor dua kami semakin besar dan tumbuh sebagai anak yang energik, juga kreatif. Di usianya yang belum genap lima tahun, kemampuan motorik maupun kognitifnya semakin mumpuni. Yang lebih menggembirakan lagi, ia mau berbagi dan membela kakaknya yang tulen.



Kami sadar sebagai orang tua harus membantu melejitkan kemampuan mereka sesuai bakat dan potensi pribadi masing-masing--terutama Rumi si sulung. Di rumah tahfiz kemampuan mereka lumayan bagus dan semoga semakin bagus sehingga terpupuk nilai-nilai Qurani sebagai bekal masa depan. 

Dengan mode homeschooling, kami banyak belajar dan berdoa agar kiranya karakter dan kualitas mereka sebagai manusia betul-betul mencerminkan jiwa keimanan, yang akan memberi kemanfaatan bagi orang lain. Semoga. Aaamiin.

Sekian update kali ini. Salam :)
Bagi sebagian orang, angka 9 mungkin tak berarti apa-apa atau bahkan sebaliknya, menjadi angka istimewa. Tapi angka 9 tidak sesederhana itu bagiku. Angka ini mengajarkanku tentang cinta, kekuatan, dan kesetiaan. Meski tak bisa kupahami cara takdir melakukannya.
***
Senin, 17 Mei 2004 pukul 07.58 WIB
Gubrakkkk …. Kaca bening itu pun tersaput jejak hidung dan meninggalkan bekas. “Duh, memar deh tulang hidungku,” gumamku sambil mencoba berdiri tegak meski ada sedikit rasa senut-senut di sebagian hidungku. Menabrak jendela bening di pagi hari mungkin bukan hal yang indah untuk memulai hariku. Gulungan kabel yang terbungkus plastik bening rupanya juga ingin menambah sempurna “kemalanganku”. Lompatan anggun ke arah depan untuk menghindar berhasil kulakukan, tapi tak urung membuat kakiku goyah dan jatuh terduduk. Sempurna!
Namun tak selamanya awal yang buruk harus membuat kita menyerah, bukan? Siapa tahu di penghujung hari bakal ada kejutan indah sebagai penutup hari ini.