"Sudah tengah malam, tapi kamu kok belum tidur, Sayang?" tanya saya pada si sulung sambil setengah mengantuk. 

"Aku pengen belajar membaca, Bunda. Aku pengin tahu dia ngomong apa. Jadi nanti aku enggak usah tunggu bunda bacain buku karena aku bisa baca sendiri," jawabnya sambil menunjuk salah satu tokoh di buku cerita bergambar yang berada di pangkuannya. 

Rupanya dia masih penasaran dengan cerita dalam buku tersebut yang belum sempat selesai saya bacakan untuknya. Saya hanya mengangguk dan tersenyum kemudian mengajaknya kembali tidur. 

Keesokan hari, akhirnya saya "terpaksa" memenuhi permintaannya untuk mengajarkan ia membaca meski saat itu dia baru berusia 5 tahun. Sejak awal saya sudah berniat untuk tidak mau terburu-buru mengajarkan si kecil membaca jika secara fisik maupun psikologis ia belum siap. Namun melihat tekadnya yang kuat, saya pun memutuskan untuk mulai mengajarkan ia membaca. 

Mendukung keingintahuan anak lewat bacaan. (Foto: dok. pri)

Saya pun menyesuaikan ritme pengajaran membaca tersebut sesuai dengan kemampuan pada usianya. Sejak saat itulah, membaca dan buku menjadi kegemaran dan aktivitas yang sangat disukainya. Bahkan, adiknya yang berbeda usia dua tahun darinya juga punya ketertarikan membaca dan gandrung pada buku sebagaimana kakaknya. 

Parenting itu penting

Setelah mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai editor pada tahun 2010 dan berkomitmen untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, saya benar-benar menikmati peran sebagai seorang ibu. Saya termasuk yang setuju bahwa pendidikan yang tinggi dari seorang ibu juga memberi pengaruh signifikan dalam pengasuhan buah hatinya kelak. Oleh karena itu, saya sangat percaya diri dengan status sebagai ibu rumah tangga dan tidak pernah menyesali keputusan tersebut. 

Sebagai seorang ibu yang concerned dalam bidang parenting dan pendidikan, saya sering mencari info seputar dunia tersebut. Saya juga sering berdiskusi dengan para ibu atau orangtua yang memiliki masalah dalam pengasuhan anaknya. Mereka melihat bahwa kedua anak kami merupakan salah satu contoh pengasuhan yang dianggap berhasil. Menurut mereka, anak-anak kami yang gemar membaca dan suka buku adalah bukti sebab sebagian besar orangtua di tempat kami tinggal cukup sulit mengajarkan anaknya agar suka membaca. 

Membangun kebiasaan membaca di rumah adalah langkah awal yang positif. (Foto: dok. pri)

Secara khusus, saya tidak membuat tips atau cara melatih agar anak-anak saya agar suka membaca. Namun kami secara langsung mempraktikkan dalam keseharian karena kami memang punya tradisi dan kegemaran membaca. Pekerjaan sebagai editor lepas dan penulis lepas (yang hingga kini masih terus saya geluti) menambah peran bahwa membaca adalah sebuah keharusan. Akan tetapi, kami tetap menanamkan nilai pada mereka bahwa apa pun pekerjaan atau profesi yang mereka pilih ketika dewasa kelak, mereka akan tetap membutuhkan keterampilan membaca dan menulis.

Fun reading adalah kunci

Sejak anak kami berada dalam golden age (0-5 tahun), kami sebagai orangtua benar-benar berusaha agar kedua buah hati kami mendapatkan segala hal yang dibutuhkan dalam masa emas tumbuh kembang tersebut. Asupan nutrisi yang sehat dan pemenuhan zat-zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang kami upayakan sebaik mungkin. 

Syukurlah anak-anak kami tidak memiliki kesulitan dalam hal makan. Namun bagi orangtua yang cukup kewalahan dengan anak yang sering melakukan GTM (Gerakan Tutup Mulut) alias tidak mau makan atau pilih-pilih makanan, tentu harus memiliki strategi yang jitu. Vitamin dan suplemen seperti Generos sebagai penunjang kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang optimal bisa menjadi solusi yang sangat dibutuhkan. Menguntungkan bagi orangtua, juga anak.

Generos sahabat anak Indonesia, mendukung tumbuh kembang secara optimal.

Sebagai produk herbal vitamin untuk anak, Generos sangat bagus untuk mengatasi gangguan speech delay atau terlambat bicara, anak autis, dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Karena mampu mengaktifkan syaraf otak, maka Generos membantu anak untuk meningkatkan daya ingatnya selama kegiatan bermain dan ketika sedang belajar.

Kandungan ikan sidat dalam Generos, misalnya, menjamin asupan protein yang cukup tinggi. Setidaknya ada tiga asam lemak omega 3 yang dikenal sangat berperan dalam kesehatan manusia yaitu asam linolenat ALA, EPA dan DHA. Dengan demikian, Generos menyediakan manfaat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal agar bergerak aktif dan cerdas.  

Anak bergerak bebas dan aktif leluasa saat bermain sambil belajar. (Foto: dok. pri)

Nah, khusus dalam pola pengembangan belajar, terutama membaca, pada masa golden age itulah kami menanamkan fondasi agar aktivitas membaca dapat menjadi cara belajar yang menyenangkan sehingga mereka merasa asyik tanpa merasa terbebani atau terpaksa menjalaninya. Beberapa cara kami terapkan untuk memberikan suasana yang tidak menjemukan ketika mereka melakukan aktivitas memilih buku atau membaca. 

Beberapa cara itu di antaranya: kami memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih buku yang mereka sukai, memberikan hadiah berupa buku pada hari istimewa atau ketika mereka mendapat prestasi, keberhasilan, atau pencapaian tertentu, memberikan buku-buku bacaan yang sesuai dengan usia mereka, dan kami juga tidak memberi batasan terhadap mereka dalam memilih jenis buku tertentu yang menjadi favorit, seperti sains, seni, komik, dan lain-lain. 

Selain hal-hal itu, kami senantiasa menciptakan ekosistem yang nyaman untuk membaca, dengan membuatkan rak-rak khusus buku yang menarik atau menyiapkan camilan sehat saat membaca, termasuk menjadikan diri kami sebagai role model bagi mereka dalam aktivitas membaca. 

Kami yakin setiap anak adalah peniru yang ulung sehingga orangtua sebagai orang terdekat mereka memiliki kesempatan yang besar untuk bisa menanamkan nilai-nilai positif pada buah hatinya, termasuk kesukaan membaca ini pada tahun-tahun keemasan mereka. Alih-alih memberikan gadget, kami lebih nyaman untuk melibatkan mereka dengan beraktivitas bersama buku.

Manfaat membaca buku bersama anak

Kami mengusahakan sebisa mungkin untuk menjadikan kegiatan membaca buku sebagai gaya hidup bagi kedua putra kami. Sejak usia balita mereka pun sudah dibiasakan dengan keberadaan buku di sekitar mereka. Membaca di perpustakaan umum, pergi ke toko atau pameran buku, atau mengikuti acara seminar dan bedah buku bukan sesuatu yang aneh bagi mereka. 

Memanfaatkan perpustakaan daerah sebagai tempat baca gratis dan menyenangkan. (Foto: dok. pri)

Mengisi waktu luang atau saat-saat menunggu dan mengisinya dengan kegiatan membaca juga membuat hal-hal tersebut tidak lagi menjadi sesuatu yang menjemukan atau membosankan. Mereka jarang sekali mengalami tantrum di tempat-tempat umum akibat ketidaknyamanan yang dirasakan sebab bisa mereka alihkan dengan kegiatan bersama buku. 

Kami mengakui bahwa di kota kecil tempat tinggal kami kebiasaan atau kegemaran kami dalam membaca buku belum menjadi hal yang lumrah. Apalagi semakin banyaknya anak yang lebih terbiasa bermain game atau memegang gadget ketimbang buku membuat kegiatan membaca buku, terutama buku fisik, menjadi agak “unik”. Padahal dr. Dian Pratamastuti, Sp.A., seorang dokter spesialis anak  menyatakan bahwa gadget, baik secara langsung maupun tidak, bisa menyebabkan speech delay pada anak. 

Oleh karena itulah, kami sebisa mungkin tetap mempertahankan kebiasaan dan kegemaran membaca ini karena memiliki begitu banyak manfaat positif dan tak ternilai harganya bagi kedua buah hati kami. Kebiasaan tersebut terbukti sudah memberikan manfaat dan banyak hal yang tidak didapat dari gadget seperti beberapa hal berikut ini.

1. Membuat bonding semakin erat antara orangtua dan anak

Sejak golden age hingga saat ini, kedua putra kami merupakan anak-anak yang terbilang sangat dekat dengan kami, orangtuanya. Meski demikian, mereka tidak memiliki masalah dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Kedekatan kami terbentuk dari berbagai aktivitas berharga yang kami lakukan bersama. Kegiatan fisik seperti bersepeda, memasak, mencuci pakaian, bersih-bersih rumah, dan lain-lain, termasuk membaca buku terbukti memberi pengaruh yang luar biasa untuk mengeratkan hubungan.

Membaca bersama dapat menciptakan bonding yang kuat dengan anak. (Foto: dok. pri) 

Membacakan buku sebelum tidur (saat mereka masih balita) atau membaca buku favorit masing-masing, kemudian mendiskusikan isi buku tersebut menjadi ajang yang membuat kedekatan itu semakin bertambah. Mereka sangat terbuka dan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan tanpa merasa takut atau terintimidasi karena kami memberikan keleluasan akan hal tersebut. Mereka merasa percaya bahwa orangtuanya menjadi tempat aman dan nyaman untuk mencurahkan segala hal yang mereka pikirkan atau rasakan.

2. Nalar dan kreativitas semakin terasah 

Melalui kegiatan membaca buku dan mengulas isinya, kedua anak kami mengerahkan kemampuannya untuk berpikir kritis dan menggunakan nalar untuk menjelaskan serta mengungkapkan pendapatnya. Dari bahan bacaan itu pun, mereka mulai menggabungkannya dengan kegiatan lain yang menjadi bakat dan minat mereka, salah satunya adalah menulis dan membuat komik.

Banyak hal yang mereka dapatkan dari membaca, lalu mereka ungkapkan kembali dalam bentuk tulisan di buku harian atau saat mengerjakan tugas dari sekolah dan membuat gambar-gambar atau komik. Pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan bacaan itu memperkaya hasil gambar atau komik yang mereka buat dan semakin menyeleksi buku-buku yang mereka anggap bagus dan layak untuk mereka baca dan koleksi. 

3. Memperbanyak kosakata 

Kegiatan membaca bersama, baik dengan read aloud ketika masih batita dan jadwal membaca bersama buku favorit masing-masing saat ini terbukti menambah banyak perbendahaaan kosa kata yang mereka miliki. Salah satu yang tampak nyata adalah kemampuan mereka dalam memilih diksi atau frasa yang mereka gunakan saat mengungkapkan gagasan, baik dalam tulisan atau ketika berbicara. 

Hal itu cukup menjelaskan bahwa membaca memberikan stimulasi kepada otak untuk merespon dan menyimpan begitu banyak memori berupa kosa kata serta pengembangannya serta bisa memprosesnya untuk digunakan dalam menulis dan berbicara. Bahkan si kecil kini sudah bisa melakukan editing apabila membaca buku atau suatu teks yang dirasakannya keliru, baik dalam bentuk kata maupun tanda baca. 

4. Belajar menulis dari membaca

Banyak membaca akan merangsang anak untuk bisa menulis. (Foto: dok. pri)

Saat krucil kami mulai bisa membaca dan menulis, mereka memang lebih sering berinteraksi dengan buku ketimbang gadget. Bukan tanpa tujuan, tetapi kami memang menghindari sebisa mungkin untuk memberikan gawai tersebut ketika media buku dan pena masih lebih aman dan bermanfaat bagi mereka. Ketika kedua putra kami sudah terbiasa membaca, secara otomatis mereka membutuhkan media untuk mengalirkan kembali hasil bacaan tersebut dalam bentuk kegiatan menulis. 

Oleh sebab itulah kami memberikan mereka sebuah wadah untuk mencurahkan hal tersebut, salah satunya adalah buku harian (diari). Mereka dibimbing untuk menuliskan apa yang ingin mereka ungkapkan dari pikiran, perasaan, pengalaman hingga gagasan atau ide. 

Kebiasaan menulis di buku diari ini memberikan sebuah bonus ketika si sulung mengikuti lomba menulis surat tingkat SD/MI Nasional yang diselenggarakan oleh PT Pos Indonesia. Ia mendapat juara harapan 2 dan mendapat hadiah berupa piagam dan uang senilai 1,5 juta rupiah. 


Sebelumnya ia pun mendapat juara 1 dalam kontes menulis yang diadakan oleh seorang bloger yang tinggal di Korea dan mendapat hadiah piagam dan uang saku senilai 900 ribu rupiah. Kemenangan yang ia dapatkan dari kesukaannya membaca dan menulis ini semakin menguatkannya bahwa membaca sangat penting dan bisa mengantarkannya menuju sukses di masa depan.

Tentu saja ini kemenangan ini bukanlah tujuan kami. Namun hal tersebut menjadi pembuktian dan motivasi bagi keluarga-keluarga lain, terutama di sekitar kami bahwa membaca sangat penting dan memiliki manfaat, apalagi dengan gencarnya gerakan sadar literasi. 

Tak heran jika membaca menjadi jendela ilmu. Melalui banyak membaca, maka kita akan semakin banyak pengetahuandan kesempatan. Kalau nanti anak-anak bisa jadi penulis, maka mereka akan membuka jendela-jendela baru. Bukan layaknya jendela rumah atau apartemen yang terlihat, melainkan jendela batin dan pikiran yang saling memperkuat dan mencerahkan.  


Youtuber kini menjadi profesi yang dilirik orang karena terbukti sangat menjanjikan keuntungan. Tak perlu dimungkiri karena hasil dari Youtube Adsense ibarat panen, mengalir deras bahkan hingga miliaran rupiah. Dari studio apartemen mungil atau desa terpencil, cuan bisa diraup berkat Internet. Lihat saja nama-nama beken di Indonesia yang dikenal sebagai pendulang cuan seperti Deddy Corbuzier, Ria Ricis, Raditya Dika, dan masih banyak lagi. 

Namun di antara deretan nama-nama yang sudah kesohor itu, ternyata banyak juga nama orang awam yang memanfaatkan Youtube untuk mengais rezeki. Misalnya Sutrisno seorang Youtuber asal Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Menurut feature yang diangkat di Radar Bojonegoro tahun 2018 silam, Sutrisno setidaknya berhasil meraup $1.000 dalam sebulan dengan cara mengunggah 1.759 video ke kanalnya. Kala itu ia berusia 42 tahun dan dikisahkan telah menekuni Youtube selama lima tahun. 

Komentar pada video video Youtube sangat bermanfaat. (Foto: RODNAE Productions/pexels.com) 


Agar konten cepat panen

Meskipun belajar autodidak, kanal yang ia kelola rupanya lama-lama membuahkan hasil alias panen. Bermula dari kecintaannya pada Internet marketing dalam bentuk blog monetizing Sutrisno akhirnya melabuhkan minatnya pada Youtube Adsense.

Berbekal sebuah komputer desktop, kamera, tripod, stabilizer, dan lighting Sutrisno pun tekun mengejar impiannya. Berdasarkan statistik SocialBlade.com, Trisno diperkirakan minimal 1.000 dolar setiap bulan. Seiring berjalannya waktu, jumlah video yang bertambah tentu mendongkrak pendapatannya saat ini.

Selain jumlah video yang banyak dan konsistensi, rahasia menjadi Youtuber sukses adalah banjirnya komentar pada setiap video yang diunggah. Komentar itu penting untuk menghidupkan sebuah konten. Konten yang sepi tidak akan dilirik oleh pengunjung Youtube lainnya apalagi ingin menjadi subscriber kita.



Manfaatkan layanan komentar Youtube

Nah, masalahnya membuat orang mau menonton dan memberikan like apalagi komentar untuk konten yang kita unggah bukanlah perkara mudah. Harus ada upaya kreatif yang kita kerjakan. Bukan cuma memproduksi konten yang isinya kreatif tapi juga memikat orang agar mau berpartisipasi menanggapi video dalam bentuk komentar.

Selain metadata (judul, deskripsi, kata kunci), kini sangat berarti bagi Youtube karena engagement berupa like, komentar, dan share akan diperhitungkan oleh Youtube sebagai faktor penting agar video kita nongkrong cantik di halaman pencarian. Singkat kata, interaksi yang banyak berbentuk komentar akan sangat mendongkrak pamor video kita untuk mendapatkan prioritas saat orang mencari video terkait. Asyik kan?

Selain mengadakan giveaway berhadiah, salah satu cara mendatangkan komentar yang berpotensi menjadi subcriber baru adalah menggunakan Layanan Komentar Youtube. Ada medikomen, misalnya, yang bisa dipilih sebagai mitra untuk mendatangkan komentar. Dengan cara seperti kita kita bisa fokus pada produksi konten tanpa takut kekurangan komen.

Ada beberapa alasan kenapa menggunakan layanan komentar Youtube dari mediakomen. Alasan-alasan ini bisa menjadi petimbangan untuk meningkatkan engagement sehingga kinerja video makin moncer di halaman pencarian Youtube. Ini hal yang sangat didambakan setiap Youtuber yang ingin bisa cepat panen.

Layanan komentar Youtbe dari mediakomen untuk meningkatkan engagement 


1. Layanan lengkap

Mediakomen punya layanan lengkap untuk memenuhi kebutuhan content creator masa kini, Bukan hanya layanan komentar Youtube, tapi juga komentar untuk mendukung perkembangan akun medsos kita seperti Instagram ataupun akun bisnis di Gmaps agar usaha kita semakin maju lewat komentar atau review.

2. Pendaftaran mudah

Untuk menjadi advertiser hanya dibutuhkan beberapa langkah sederhana. Pertama kita cukup mendaftar dengan mengisi profil sesuai yang diminta. Pastikan memasukkan email dan nomor ponsel yang valid agar mudah melakukan konfirmasi pendaftaran.

Setelah itu, cek email untuk mengklik link atau tautan konfirmasi pendaftaran. Jika sudah benar, kita bisa langsung mengisi saldo atau deposit dana yang akan digunakan untuk memesan komentar. Nah, ketika dana sudah diverifikasi masuk, kita tinggal melakukan pemesanan komentar sesuai kebutuhan. Ikuti saja panduannya. 

3. Basis komentator banyak

Dengan komentator yang banyak, mediakomen berarti dipercaya sebagai penyedia layanan komentar yang andal. Setidaknya ada 4.800 lebih akun yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak pamor akun kita di medsos seperti Instagram atau Youtube yang penggunanya kini mencapai 170 juta di Indonesia. 

4. Layanan terjangkau

Hanya dengan melakukan deposit sebesar Rp100 ribu kita bisa memesan komentar sesuai kanal atau akun yang kita butuhkan. Dengan harga layanan terjangkau, kita optimistis bisa meningkatkan kinerja medsos atau akun digital agar menghasilkan laba. Tentunya harus juga diimbangi dengan kulitas konten yang terjaga.

Seiring kemajuan dunia digital dan teknologi informasi yang semakin pesat, akan sangat disayangkan jika kita tak mampu memanfaatkan peluang tersebut. Hidup yang mengalami era digitalisasi lewat skema IoT atau Internet of Things membuka berbagai peluang untuk menambah ilmu atau mengais rezeki.

Jangan berpangku tangan saja, sobat. Gerakkan tanganmu dengan membuat konten menarik dan sebisa mungkin bermanfaat di Youtube. Apa pun niche yang kita ambil, entah itu traveling, makanan seperti resep sayur ketupat lezat, gaming, maupun parenting, pastikan setiap konten digarap dengan serius sehingga akan mendatangkan komentar. Untuk memancing komentar organik datang, terlebih dahulu kita bisa memanfaatkan layanan komentar Youtube yang kini semakin populer.     
Makan ketupat atau lontong tanpa sayur rasanya pasti gak lengkap. Sepanjang pengalaman saya, memasak sayur saat Lebaran termasuk momen yang epic banget. Heboh dan riweuh luar biasa, tapi ngangeni. Jelas riweuh karena kami masak minimal untuk 30 porsi ketupat. 

Momen inilah yang membuat saya merasa rindu luar biasa karena tak mungkin ada lagi. Apalagi ketika ibu dan bapak saya sudah tidak ada. Hanya mengingat mereka, hati ini langsung dilanda melow tak berkesudahan. Selain lontong buras yang saya rindukan, momen masak bersama sayur ketupat juga sangat berkesan. 

Lebaran di tempat tinggal baru kami saat ini memang sangat jauh berbeda rasanya. Mungkin selain sudah tak ada mama dan bapak, hal itu juga karena momen makan ketupat di tempat tinggal saya sekarang ditunda hingga seminggu setelah hari Raya Idul Fitri alias setelah puasa enam hari di bulan Syawal sehingga dikenal dengan sebutan Lebaran Kupat. 

Resep sayur ketupat lebaran sangat mudah dibuat tapi jelas nikmat.

Nah, daripada nunggu Lebaran dan ngelap air liur terus, mendingan kita coba bikin sayur ketupat ala Beranda Xibianglala aja. Jadi, pas Lebaran sungguhan tiba, sudah mahir deh memasak sayur ketupatnya. 

Bahan:

Kacang panjang 5 ikat dipotong-potong 1 cm
Labu siam 2 buah diiris-iris memanjang 
Ayam kampung 1/2 kg dipotong kecil sesuai selera
Kentang dipotong dadu dan digoreng
Tahu atau tempe dipotong dadu dan digoreng (saya biasa pakai 2 papan saja)
Pete satu lonjor dibelah-belah dua
Rambak (opsional)
Santan 1 lt dari setengah butir kelapa (saya lebih suka tidak terlalu kental)
Bawang goreng secukupnya

Bumbu:

  • Cabai merah besar 10 buah
  • Cabai keriting 5 buah
  • Cabai Jawa 10 buah atau sesuai selera pedasnya
  • Bawang merah 15 siung
  • Bawang putih 7 siung
  • Kemiri 5 butir
  • Merica 1/5 sendok teh
  • Udang kering (ebi) 1 sendok teh
  • Daun salam 4 lembar
  • Lengkuas 1 cm digeprek
  • Serai 2 batang
  • Gula merah 1 sendok makan
  • Garam secukupnya
  • Penyedap rasa (opsional) secukupnya

Cara membuat:

Haluskan seluruh cabai, bawang merah, bawang putih, kemiri, dan merica. Jika menggunakan blender, tambahkan minyak saat menghaluskan bumbu-bumbu tersebut. Setelah itu pindahkan bumbu halus ke wajan dan langsung tumis hingga harum dan matang. Sisihkan. 

Selanjutnya rebus air sebanyak kira-kira empat gelas menggunakan panci. Setelah airnya mendidih, rebus ayam hingga empuk. Setelah ayam empuk, masukkan labu siam. Setelah labu agak empuk, masukkan kacang panjang. Jika sudah empuk semua, masukkan bumbu halus, daun salam, lengkuas, serai, pete, dan aduk rata. 

Jika sudah mendidih, masukkan santan dan aduk rata jangan sampai pecah. Jika sudah mendidih, masukkan kentang, tempe atau tahu, rambak, gula merah, dan garam serta penyedap rasa. Aduk rata dan koreksi rasa. Jika sudah mendidih dan matang semua, matikan kompor dan taburi sayur dengan bawang goreng. Sayur pun siap disajikan. 

Sayur ketupat ini tambah lezat jika saat disajikan dilengkapi dengan opor atau semur plus emping melinjo. Bisa disantap bareng teman atau keluarga di mana pun, baik di rumah ataupun apartemen saat lebaran ketika mudik tak memungkinkan. Bagaimana sayur ketupat khas di tempatmu? Sharing yuk. 

Setelah diakuisisi oleh Facebook atau yang dikini dikenal dengan Meta, pamor Instagram rupanya semakin bersinar meskipun pesaingnya TikTok juga tak kalah tenar. Inovasi yang membuat posisi Instagram tetap solid adalah Reels yang memberikan kesempatan bagi pengguna setia untuk mengunggah video berdimensi vertikal dengan fitur yang lengkap sebagai langkah mengimbangi gebrakan TikTok.

Pesona Instagram juga tetap mantap karena para pemilik usaha atau brand masih betah memanfaatkan platform mikroblog ini sebagai media mempromosikan produk, baik berupa barang maupun jasa. Instagram masih diandalkan karena kemampuannya dalam menampilkan visual yang memikat dalam bentuk grid yang unik. Foto cantik atau video pendek bisa dilengkapi caption agak panjang dibanding TikTok sehingga mampu memuat pesan sponsor.

Instagram masih eksis karena daya tarik visual app yang unik. (Gambar: pexels.com)


Kenapa komentar penting untuk Instagram?

Menurut data Napoleon Cat per Oktober 2021 ada setidaknya 91 juta pengguna aktif Instagram di Indonesia. Jika merujuk temuan DataReportal yang menunjukkan bahwa pengguna Internet Indonesia mencapai 204,7 juta per Januari 2022, maka persentase pengguna Instagram di Indonesia cukup besar yakni 44% atau hampir separuh warganet secara keseluruhan.  

Ini angka penting sebagai pijakan promosi atau digital marketing. Jika kita serius menggeluti promosi scara online, maka Instagram harus dipandang sebagai medsos yang dominan. Dalam sebuah kesempatan, Ainun Chomsun founder Akademi Berbagi yanag dikenal sebagai Digital Communications Expert pernah menuturkan bahwa selebgram Awkarin dibayar puluhan juta rupiah hanya untuk mempromosikan baju seharga Rp60 ribu. Selidik punya selidik, walau dengan satu post ternyata produk itu bisa laku hingga 10.000 pcs yang berarti produsen tetap untung.    


Namun untuk bisa menjadi selebgram atau socmed celebrity yang berpengaruh sehingga mampu menjual produk atau jasa sedahsyat itu, tentu dibutuhkan proses yang tidak gampang. Ada langkah-langkah yang harus dilalui, salah satunya membangun basis pengikut (follower) yang banyak dan kuat. Jadi bukan hanya banyak dari segi angka tapi harus militan dan setia, barulah akan berdampak positif sesuai harapan. 

Kesetiaan itu bisa dilihat dari komentar yang muncul pada setiap unggahan (post) di akun Instagram. Komentar menjadi penting sebab itu menunjukkan adanya dinamika salam sebuah akun. Dengan komentar yang banyak maka akun Instagram tersebut terbukti hidup dan dipelihara secara serius oleh pemiliknya.

Manfaat kedua komentar dalam akun Instagram adalah potensi bertambahnya follower. Meningkatnya pengikut memang dipengaruhi juga oleh konten yang kreatif, bukan hanya yang asal viral tapi ada manfaatnya bagi follower. Kadang dengan melihat komentar pada sebuah post, follower baru bisa berdatangan. 

Manfaat berikutnya jumlah pengikut dan komentar bisa membangkitkan kepercayaan brand yang mungkin ingin bekerja sama. Agency atau brand yang berburu talent untuk membantu mempromosikan suatu produk sangat mungkin meminang influencer dengan komentar yang berlimpah. Apalagi jika Instagrammer unya blog sebagai tandem promosi yang semakin mantap.    

Meningkatkan Engagement Rate

Tak heran jika pemilik akun berusaha sekuat tenaga untuk menambah follower dan memikat orang agar mau meninggalkan komentar. Selain memproduksi konten yang berkualitas, pemilik akun juga biasanya mengadakan giveaway supaya warganet tahu tentang keberadaan akunnya. Ada juga yang memanfaatkan Layanan Komentar Instagram sebagai cara untuk meningkatkan engagement sehingga akunnya terus terdongkrak di Instagram berkat like, comment, dan share yang sangat membantu.

ER Instagram yang bagus bisa membantu penjualan. (Foto: sirclo dotcom)

Engagement Rate (ER) yang tinggi menunjukkan partisipasi follower dalam sebuah konten atau Instagram feed, baik berupa foto maupun video. Pada akhirnya engagement ini bisa dikonversi menjadi penjualan produk atau jasa sesuai harapan sponsor atau brand yang bekerja sama.

Manfaat terakhir komentar pada sebuah Instagram post adalah munculnya bahan-bahan untuk perbaikan konten kita. Follower bisa memberikan insight untuk kita pertimbangkan dimasukkan dalam produksi konten berikutnya yang mereka sukai dan dibutuhkan sehingga akun Instagram kita semakin populer dan menguntungkan.      

Dengan berbagai manfaat komentar bagi akun Instagram, mulai sekarang jangan siakan membangun babsis massa, kalau bisa sih secara organik. Konten yang dibagikan bisa berupa room tour apartemen, memasak, atau liburan di alam.

Ketika almarhum bapak masih ada, beliau adalah orang yang paling banyak bercerita tentang silsilah keluarganya di antara anggota keluarga yang lain. Ingatannya yang tajam mengenai silsilah itu sempat membuatku takjub karena bapak mampu bercerita tentang kehidupan aki, nini, uyut, dan satu per satu anggota dari keluarga besarnya dengan sangat menarik. Saya yakin bapak memiliki keahlian sebagai story teller yang sebenarnya menjadi idaman bagi para cucunya, seandainya beliau masih ada hingga sekarang .... 

Akan tetapi, ada satu hal yang saya sesali belakangan hari. Jika keluarga besarnya yang sebagian besar berasal dari Majalengka dan Bandung sudah sempat saya dengar ceritanya, bahkan sering bertemu dengan mereka, lain hal dengan keluarganya yang berasal dari Bali. Saya hanya mengetahui sedikit sekali riwayat yang dimiliki oleh keluarga bapak di Bali. 

Saya hanya pernah mengetahui bahwa kakek buyut saya alias kakek dari bapak yang bernama Durahim konon merupakan orang asli Bali. Jadi, tidak hanya campuran Yogyakarta dan Majalengka dalam diri saya, tapi masih ada campuran darah Bali. Bukan sesuatu yang luar biasa sih, tapi cukup membuat saya agak gelisah karena saya tidak cukup banyak mengenal keluarga dari Pulau Dewata ini. 

Bali yang dijuluki Pulau Dewata adalah idaman banyak pelancong. (Foto: Alexandr Podvalny/Pexels) 



Dari kenyataan seperti ini, saya mengalami hal-hal yang mungkin dianggap konyol dan saya pun harus mengakuinya, hahaha. Apa saja sih hal konyol yang cenderung ironis itu? Inilah cerita saya yang tentu saja tak semahir kemampuan story telling bapak. 

Belum Pernah ke Bali

Apa??? Belum pernah ke Bali? Sudah keliling Jawa, Sumatra, bahkan sempat ke luar negeri tapi gak pernah ke Bali? Are you serious? Begitulah respon suami ketika saya memberitahunya tentang hal ini. Nyebelin sih, tapi saya harus mengiyakan karena memang itulah faktanya. 

Keindahan alam, kekayaan tradisi dan budaya, keunikan masyarakat, dan kelezatan kuliner Bali belum sekali pun saya alami dan nikmati. Menyedihkan gak sih? Orang-orang dari negeri seberang sudah begitu banyak yang datang ke Pulau Dewata ini dan kebanyakan langsung jatuh cinta, sedangkan satu kali saja saya tak pernah. 

Semakin lama memang rasa penasaran untuk menyambangi negeri yang sebenarnya kini berjarak tak terlalu jauh dari tempat tinggal semakin besar. Tapi dengan kondisi pandemi dan begitu banyak kebutuhan ketimbang menjelajahi pulau indah itu, rasanya saya masih harus menyimpan mimpi itu entah sampai kapan. 

Tak Pernah Mencatat Silsilah

Saya membayangkan upaya mencari nenek moyang saya di Bali adalah hal yang mungkin mustahil. Tak ada daftar silsilah yang tertulis dan menjadi pijakan dalam menelusuri jejak mereka. Selain itu, tak ada keluarga dari almarhum bapak yang masih bisa ditanya karena sebagian besar sudah meninggal dunia. 

Saya menyadari di sinilah letak sebagian besar kekurangan kami karena tak pernah mencatat daftar silsilah keluarga dan yang terutama adalah menggali lebih banyak kehidupan mereka. Dengan demikian, putusnya silaturahim diawali dengan minimnya pengetahuan satu sama lain mengenai ikatan kekeluargaan ini. 

Hal inilah yang saya coba perbaiki agar kelak anak-anak dan cucu memiliki ikatan yang lebih kuat dengan akar keluarga besarnya agar tidak mengalami hal-hal seperti saya. 

Wajah yang Unik

Sebagian orang mengatakan ada tipikal wajah saya yang mirip mama saya sebagai orang Yogyakarta tulen. Ada juga yang mengatakan saya lebih mirip ke bapak yang asli Sunda. Biasanya anak perempuan memang lebih cenderung menitis dari bapak, begitu alasannya. Tapi ada juga yang bilang wajah saya gak mirip mama atau bapak, tapi campuran dan lebih mirip orang Aceh atau Bali. Nah! 

Saya tentu saja menganggap hal ini lucu, dan untuk alasan tertentu, cukup menyenangkan karena saya merasa unik. Ada teman kuliah dulu yang menjuluki saya sebagai gadis seribu wajah karena menurutnya tampilan wajah saya memang selalu berbeda, terutama ketika difoto. Entahlah. Hal inilah salah satu yang membuat saya penasaran, apakah ada tipikal wajah Bali di diri saya, hahaha

Membaca dan Menikmati Kenangan


Kegemaran saya pada seni dan tradisi budaya dari seluruh dunia, termasuk Nusantara sering membuat beberapa orang di sekitar saya merasa heran. Saya cukup menikmati dan merasakan sensasi yang indah dan mengagumkan dari hal-hal tersebut. Bagaimana makna dan sejarah yang terkait dengan seni dan tradisi serta budaya itu sering kali membuat saya berusaha untuk mengetahuinya lewat berbagai sumber, terutama buku. 

Dari buku pula saya mencoba mencari tahu kehidupan yang pernah dialami masyarakat di daerah Bali. Jika nereka (kaum Muslim dan kaum Hindu Bali) bisa berdampingan dengan harmonis, maka itu membuat suatu keyakinan tersendiri dalam diri saya bahwa akar keluarga saya pun merupakan para leluhur yang menjunjung tinggi perdamaian dan saling menghormati. 

Hal tersebut melahirkan kebanggaan tersendiri dalam diri saya dan setidaknya ini menjadi nilai-nilai positif yang harus diturunkan pada anak cucu saya. Merekalah yang akan membawa akar positif ini untuk ditumbuhkan menjadi pohon-pohon yang menaungi keindahan bhinneka tunggal ika di masa depan. Kenangan atas adanya ikatan nasab itu tentu harus bisa menjadi aliran hal-hal positif yang filosofinya tertanam dalam diri dan buahnya menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

Kalau Sudah Tiada Baru Terasa .... 


Ikatan keluarga memang tidak akan pernah terputus sampai kapan pun meski kita mungkin hanya akan bisa mengetahuinya jika ada paparan seperti yang ditulis Jhon Man pada buku Jengis Khan; Legenda Sang Penakluk dari Mongolia. Hanya saja hal terpenting yang mungkin perlu kita renungkan adalah sejauh mana titisan silsilah keluarga kita memberikan manfaat bagi manusia. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya? 

Nah, mungkin kini sudah saatnya saya belajar untuk menyusun kembali silsilah keluarga besar agar silaturahim tidak sampai terputus dan tentu juga untuk merawat nilai-nilai kebaikan dari para leluhur dan nenek moyang untuk ditularkan dan dilanjutkan oleh anak cucunya. 

Tak kurang pula pentingnya merawat ikatan kekeluargaan yang sudah ada agar tetap harmonis dan terjaga sehingga akan melahirkan kasih sayang dan manfaat bagi negeri tercinta. Mungkin inilah intinya yang pada akhirnya akan memberi makna Indonesia Strong From Home. Akar kebaikan dari keluarga yang akan memperkuat bangsa ini. 

Bagaimana dengan pengalaman Anda? Sharing yuk! 
Apa sih yang bisa mengobati rindu pada kampung halaman karena sudah hampir tiga kali Lebaran enggak bisa pulang kampung? Banyak orang melampiaskan kangen itu pada makanan yang sering kali ditemui di kota asalnya. Tidak terkecuali saya. Meskipun sudah suka nasi boranan, tapi tetap penasaran bikin sendiri kuliner lokal. Toh cara membuat lontong buras sangat mudah, baik bahan maupun prosesnya. 

Bagi saya peringkat teratas makanan memang lontong buras, baik yang berisi kentang dan wortel maupun oncom yang pedas. Sederhana saja alasannya, lontong buras sering menemani saya ketika masih tinggal di Bogor. Lontong menjadi kudapan andalan saat sarapan sebelum berangkat ke kantor atau berekreasi bersama keluarga. Ditemani tempe kemul atau bakwan, lontong pun bisa terasa kurang jika cuma makan satu buah.

Cara membuat lontong buras bukan rahasia lagi. (Foto: dok. pri)


 

Begini cara membuat lontong buras


Nah, daripada air liur menetes dan perut segera keroncongan, gimana jika kita buat sendiri lontong burasnya? Simpel kok cara bikinnya. Di sini saya memberikan dua resep isian supaya bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Yuk segera kita ke pasar, eh, ke dapur. 

1. Bahan lontong:

Beras 500 gr
Air atau santan (jika suka) 
Daun pisang (dijemur sebentar hingga agak layu), lalu potong-potong sesuai ukuran lebar yang diinginkan. 
Garam 1 sendok teh
Daun salam tiga lembar

Cara membuat:
Beras dibersihkan dan dicuci, lalu masukkan ke wadah (panci) dan diberi air (tinggi air sekitar tiga ruas jari dari permukaan beras). Beras tersebut dimasak dengan api sedang hingga airnya menyusut dan beras sudah terasa lembut serta hampir matang. Jika suka tekstur yang lebih halus, bisa tambahkan ukuran airnya. Setelah air menyusut, tutup panci dan diamkan hingga tidak terasa terlalu panas untuk dibungkus dengan daun pisang dan diberi isian. Sisihkan. 

Sementara menunggu nasi aron tersebut agak adem, kita segera membuat isiannya. 

2. Isi sayur

Bahan:
  • Kentang 2 buah dipotong dadu kecil
  • Wortel 2 buah dipotong dadu kecil
  • Bawang bombay 1 buah dicincang
  • Ayam 1/4 kg, dicincang
  • Minyak untuk menumis

Bumbu:
  • Bawang merah 5 siung
  • Bawang putih 4 siung
  • Merica/lada 1/2 sendok teh
  • Kemiri 2 butir (jika suka)
  • Saus tiram 1 sendok makan (jika suka)
  • Kecap manis 2 sendok makan
  • Garam secukupnya
  • Penyedap rasa (opsional)
  • Air secukupnya

Cara membuat:
Haluskan bawang merah, bawang putih, merica/lada, kemiri, dan garam, lalu tumis hingga harum. Setelah bumbu harum, masukkan ayam dan aduk hingga keluar air. Setelah ayam setengah matang, masukkan kentang dan wortel, lalu aduk hingga rata dan beri sedikit air. Masukkan saus tiram, kecap manis, dan penyedap rasa. Koreksi rasa dan biarkan dimasak hingga airnya menyusut. Setelah itu diamkan dan isian sudah siap untuk digunakan. 

3. Isi oncom pedas

Bahan:
  • Oncom merah 2 papan
  • Minyak untuk menumis

Bumbu:
  • Bawang merah 5 siung
  • Bawang putih 3 siung
  • Cabai merah keriting atau cabai jawa 7 buah
  • Terasi 1/2 sendok teh
  • Daun kemangi (jika suka) secukupnya
  • Garam secukupnya

Cara membuat:
Haluskan oncom dan tempatkan di wadah. Haluskan bawang putih, bawang merah, dan cabai, kemudian tumis hingga harum. Setelah harum, masukkan oncom dan daun kemangi. Aduk hingga matang dan merata, lalu matikan api. Isian oncom siap digunakan. 

4. Membungkus nasi dan isian

Gelar selembar daun pisang dan taruh nasi di atasnya (sekitar dua sendok makan atau sesuai selera). Bentuk nasi tersebut agak pipih dengan ditekan-tekan. Setelah pipih, taruh isian (kentang wortel atau oncom) sekitar 1 sendok makan dengan posisi agak memanjang di atas nasi. 

Selanjutnya, balut isian tersebut hingga tertutup seluruhnya oleh nasi. Kemudian, nasi tersebut digulung atau dibungkus dengan daun pisangnya hingga tertutup rapi. Sematkan ujungnya dengan tusuk gigi atau tali rafia. Lakukan hingga seluruh lontong siap untuk dikukus. 

Setelah itu, siapkan dandang untuk mengukus dan letakkan semua lontong secara merata. Kukus selama kurang lebih 30-45 menit. Setelah matang, sajikan lontong dengan tempe kemul atau bakwan dan sambal kacang. Mmmm, yummy .... Lontong pun siap untuk menjadi sarapan atau bekal yang lumayan mengenyangkan dan tentu laziiiiizzz rasanya. 

Mudah banget kan cara membuat lontong buras yang sudah saya praktikkan? Sebagai perempuan penyuka literasi, lontong buras ini pas banget saya santap sambil baca buku dan secangkir kopi. Sambil bercengkerama untuk menemani anak yang mungkin sekarang balik learning from home? Boleh juga. Kalau kebetulan tinggal di apartemen dan malas masak, bisa beli aja sih, yang penting menikmatinya barengan sahabat atau keluarga.    



Saya tak pernah menyesal pernah kuliah hingga S2—meski tak lulus—dan kini harus menjadi ibu rumah tangga jauh dari Jakarta tempat saya lahir dan mengenyam pendidikan. Pernah bekerja sebagai editor buku agama Islam dan mencicipi perkuliahan seputar filsafat membuat saya semakin mensyukuri bahwa pilihan saya pindah untuk menemani suami tidak pernah sia-sia. 

Memang ada fase penyesuaian dan keberatan di awal pindah, apalagi ketika mengenang sekeping fragmen masa lalu yang berkaitan dengan literasi. Sewaktu tinggal di Bogor, saya dan suami mengelola Bright English Institute selama kurang lebih 4 tahun. Meskipun namanya menyiratkan kursus bahasa Inggris, di rumah mungil kami puluhan anak juga belajar tentang menulis dan membaca.

Bright English Institute, belajar bahasa asing dan literasi agar punya attitude  

 
Ya menulis pengalaman mereka sendiri di atas kertas binder warna-warni yang kami bagikan secara cuma-cuma. Walau tak sempurna, mereka semangat menuangkan apa saja yang mereka rasakan; tentang teman, pelajaran, dan pengalaman sehari-hari. Sebelum pelajaran dimulai, mereka bebas membaca buku-buku anak yang tersedia di rak ruang tamu yang merupakan koleksi kami pribadi dan sumbangan seorang sahabat yang mengelola penerbit indie di bilangan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Selain itu, sesi mendongeng dan bermain jadi bagian paling dinanti karena mereka bebas mengekspresikan diri dan menyerap kosakata baru untuk berbicara nanti. Sayang sekali momen indah itu berakhir ketika kami pindah. Padahal orangtua yang kebanyakan buruh pabrik dan pengojek sangat bahagia anak-anak mereka belajar di tempat kami. Tak heran jika anak-anak kerap dititipi hasil bumi dari kampung seperti bawang, jagung, singkong, cireng, dan sebagainya sebagai kompensasi sebab kami tidak memungut biaya sama sekali.

Saung literasi dan gerebek pustaka

Pindah ke Lamongan, kami menyulap teras menjadi tempat belajar. Ada saung mungil berdiri di sana. Saung Literasi (SL) namanya, sebagai pengingat kami pernah tinggal di Bumi Pasundan dan bahwa kami akan mengajak anak-anak berinteraksi dengan dunia pustaka. Saung atau gazebo ini sejatinya adalah dipan yang dihibahkan oleh ibu. Untuk menghemat space di kamar tidur, kayu jati tua yang bermutu bagus itu pun kami susun menjadi saung dengan menambahkan atap dari asbes. 

Suami selalu bersemangat belajar bersama anak-anak dalam Saung Literasi.


Selain belajar bahasa Inggris, anak-anak yang datang ke saung masih menikmati bacaan, tak terkecuali kedua bocah kami. Belum lagi kalau sesi nonton bersama, anak-anak bergembiralah sebab mendapatkan pengalaman dari dunia baru. Bukan hanya belajar bahasa, tapi juga kepedulian pada lingkungan. Duo jagoan kami sering kami ajak berdiskusi, mulai dari tanaman cangkok hingga pohon trembesi.   

Karena anak-anak yang tergabung di Saung Literasi lebih sedikit dibanding anak-anak di lingkungan sekitar, saya dan suami pun berinisiatif membawa buku-buku koleksi SL ke masjid. Kebetulan suami menjadi pengurus TPQ (Taman Pendidikan Quran) di kompleks, maka dua keranjang sering dibawa selepas Ashar. Anak-anak begitu bersemangat meraih buku favorit mereka karena merasa mendapat selingan di samping pengajian.

Membaca buku sebelum mengaji? Sangat asyik dan bikin senang hati!


Minat anak-anak pada 'gerebek pustaka' ini mencerminkan optimisme literasi sekaligus negasi atas asumsi umum yang keburu meyakini bahwa minat baca orang Indonesia rendah. Dalam berbagai kesempatan, termasuk IG Live bersama Mice yang dipersembahkan JNEWS tanggal 12 November 2021, Kang Maman menegaskan bahwa minat baca bangsa kita sebenarnya tinggi. Ini terbukti dari tingginya permintaan kiriman buku ke daerah-daerah di seluruh Nusantara.

Kendala yang terjadi selama ini bukanlah rendahnya minat baca, melainkan sulitnya akses pada buku cetak yang memadai. Selain daya beli, ketersediaan buku selama ini nyaris sulit dijumpai di kantung-kantung yang sebenarnya punya basis pembaca. Bahkan saat e-book menjadi tren, kondisinya belum ideal sebab gawai dan sumber energi masih terbatas.

Sadar lewat literasi


Ketika kami punya kesempatan menularkan virus baca dan tulis, maka kesempatan itu tidak kami sia-siakan. Ini terutama dalam konteks mendorong remaja putri untuk berani bermimpi dan menggapai cita-cita tanpa takut terkungkung oleh bilik budaya. Dengan membaca, mereka tak lagi merasa tabu untuk meninggalkan daerah asal untuk mengenyam pendidikan tinggi. Dan yang tak kalah penting, mereka siap jika harus mengahapi bullying yang membahayakan diri.

Lewat bacaan pula mereka mulai menyadari bahwa perempuan bukan makhluk lemah dan sebaliknya punya potensi besar untuk memberikan kontribusi pada masyarakat. Fakta ini terjadi saat saya masih bekerja kantoran. Atasan saya langsung, yakni supervisor, adalah seorang wanita. Asisten supervisor pun seorang wanita. Belum lagi bagian HRD dan tenaga pemasaran andal, juga perempuan yang sangat diperhitungkan dengan kemampuan mumpuni. 

Kondisi ideal memang tak mudah diwujudkan. Di kantor ada seorang manajer yang cenderung meremehkan perempuan. Manajer ini membawahi sejumlah supervisor dari divisi yang berbeda. Nah, saat mengajukan cuti melahirkan atau haid yang sebenarnya dijamin UU, tak jarang kami dipersulit. Belum lagi kalau minta izin untuk keperluan lain yang masih memanfaatkan jatah cuti, dia sering tak kooperatif. 

Di mata manajer ini, pekerja perempuan tidak produktif karena sering izin ini dan itu. Nahasnya, prasangka itu berdampak pada pemberian bonus tahunan. Kami karyawan perempuan tetap mendapatkan bonus, tetapi nilainya di bawah pekerja lelaki hanya karena mereka sering lembur yang dipandang sebagai bentuk loyalitas. Bukankah aneh jika kami harus rela lembur sementara pekerjaan bisa kami tuntaskan pada jam kerja utama?

Potensi perempuan dalam mewujudkan kemajuan


Saya jadi teringat buku “Humanisme Bisnis” karya Eka Budianta. Suatu kali ia diundang untuk berbicara tentang usaha mengoptimalkan produktivitas pekerja perempuan. Menurutnya, topik itu cenderung bersifat seksis dan berpotensi "melecehkan" perempuan. Ia berdalih bahwa semua orang tahu bahwa di bumi tidak ada yang lebih produktif ketimbang perempuan. "Mau dioptimalkan bagaimana lagi?" sergahnya serius.  

Maka saya sepakat dengan Kang Maman yang dalam IG Live 10 Desember lalu menyatakan bahwa boleh jadi negara ini enggak maju atau sulit maju karena selama ini kita telah mengabaikan 50% potensi bangsanya yang luar biasa, yakni kaum perempuan. 



Berdasarkan data Kemenko PMK per Juli 2020, sekitar 60% dari 64 juta UMKM di Indonesia ternyata dikelola oleh perempuan. Ini terbukti valid karena saat pandemi para wanitalah yang berdiri kokoh sebagai penyelamat ekonomi keluarga ketika para suami kehilangan sumber nafkah. Mereka sangat adaptif dan tidak canggung ‘mencangkul’ lahan baru demi mendapatkan pemasukan baru.

Di kompleks perumahan kami, misalnya, beberapa bulan ini muncul seorang perempuan yang menjajakan sate ayam dengan berjalan kaki. Tanpa kendaraan, ia menyunggi sekeranjang daging tusuk dan menjinjing panggangan berisi arang yang mungkin masih menyisakan panas bara. Suami saya sampai berseloroh, “Mungkin aku sudah semaput jika harus melakukan itu!” Tanpa merendahkan kekuatan lelaki, kekuatan wanita jelas tak bisa dianggap sebelah mata. Sebab menurut kalkulasi kasar, ibu ini setidaknya menempuh minimal 10 km setiap hari dengan jalan kaki! 

Tak ada yang lebih produktif


Maka keliru jika perempuan selama ini hanya dikaitkan dengan urusan Pinggan (dapur), Pigura (penampilan), Peraduan (melayani suami), dan Pergaulan (gosip). Mestinya Teori 5P harus komplet: P terakhir harus dimunculkan guna menunjukkan kemampuan perempuan sebagai Pilar atau penopang bangsa dan kehidupan dalam pengertian seluas-luasnya. Kini perempuan bisa berkiprah dalam dunia usaha, dari pejabat kantor hingga pengelola blog yang profesional.

Saya yakin perempuan bisa berdaya jika kami, para perempuan, diberikan kesempatan sepenuhnya untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat sesuai kompetensi tanpa meninggalkan batas kepantasan atau konformitas sosial. Fakta membuktikan begitu banyak wanita yang berkiprah di ranah nondomestik seperti perusahaan sebagai pekerja profesional atau memegang peran kunci dalam berbagai komunitas sosial.



Semua bisa dimulai dari literasi kuat yang memungkinkan terjadinya kolaborasi antarpihak atau komunitas demi memicu kreativitas dan hidup penuh produktivitas. Terima kasih, JNE, telah mendukung geliat literasi lewat Kang Maman yang biaya pengiriman ribuan judul digratiskan. Kepedulian pada peningkatan literasi adalah kebahagiaan tersendiri untuk memberi ruang terutama bagi para perempuan untuk mengukir kemajuan sesuai kemampuan.
Perjalanan kereta ekonomi jurusan Bojonegoro-Lamongan pagi itu menyisakan rasa gersang bagi kedua putra kami, Bumi dan Rumi. Sepanjang jalan mereka selalu sambat (mengeluh) panas dan hanya ada rasa bosan yang menghinggapinya. Bukan karena kereta tak berpendingin udara, tetapi pemandangan kerontang yang mengubah hawa menjadi gerah. 


Perjalanan mudik di tahun 2014 tersebut menjadi awal mereka mengenal tanah Bojonegoro, sebuah tanah yang menyimpan kekayaan tambang di salah satu bagian utara Pulau Jawa. 

"Bunda, kok di sini tanahnya kering dan hawanya panas banget ya Pemandangannya cuma pohon-pohon dan rumput yang kering seperti terbakar," Bumi akhirnya bertanya setelah mendapat penghiburan berupa camilan kesukaannya. Saat itu, kami hanya bisa menjawab bahwa Bojonegoro memang menjadi kering karena ada aktivitas pertambangan yang membuat efek rumah kaca. 

Syukurlah, ternyata melalui obrolan ini Bumi dan Rumi memiliki banyak pengalaman dan pemahaman yang baru mengenai Bumi dan pelestarian lingkungan. Saya berusaha menjawab keresahan dan rasa penasaran mereka karena generasi merekalah yang menjadi salah satu harapan generasi masa depan para penyayang Bumi. 

Bumi Makin Tua, Kita Harus Peka


"Ibu Bumi wis maringi, ojo dilarani. Bumi sudah memberikan banyak hal buat kehidupan kita. Jangan kita sakiti dengan ulah-ulah yang merugikan bumi kita." Pernyataan KRT Samsul Arifin Wijoyosukmo dari Green Star Nusantara (GSN) yang menjadi penerima Satu Indonesia Award 2021 ini sangat menggugah. Sebagai warga Lamongan, daerah yang wilayahnya bertetangga dengan Bojonegoro, saya merasakan keprihatinan yang serupa. Kegiatan Mas Samsul melalui lembaga GSN menjadi salah satu harapan baru untuk menyelesaikan perbaikan kualitas oksigen dan menghidupkan kembali sumber mata air yang sudah banyak mati.


Mas Samsul menceritakan bahwa ia memulai proses kegiatan diawali dari suatu keresahan sejak tahun 2010-an. Bojonegoro, terutama di daerahnya, yaitu Wonocolo, eksploitasi minyak dan gas secara masif dan modern sudah dilakukan di tahun 2000-an. Adapun eksploitasi gas bumi di Bojonegoro itu sendiri sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. 

Di mana pun, suatu aktivitas pertambangan pasti memiliki berbagai dampak bagi kehidupan, baik bagi masyarakat maupun lingkungannya. Salah satunya adalah menjadi pemicu pemanasan global. 


Mas Samsul menjelaskan bahwa hal yang paling terasa dan terlihat dampaknya di Bojonegoro adalah pengaruhnya terhadap kualitas oksigen dan banyaknya sumber mata air yang menjadi kering lantaran pohon penyangga air sudah banyak yang lapuk dan tumbang serta habisnya pohon karena dibabat atau disebabkan aktivitas penebangan oleh manusia. Hal yang terasa miris adalah tidak ada upaya perbaikan melihat fenomena tersebut.

"Jika hanya resah, tapi tidak mau berbuat,, ya alam akan semakin rusak dan panas semakin tidak terkendali," tegas Mas Samsul melihat kenyataan di sekitarnya. Kepekaan untuk merasa bahwa Bumi yang semakin panas bisa membuat alam semakin rusak dan tanaman tidak bisa tumbuh membuatnya harus mulai bergerak. Ia mulai memahami bahwa tanaman yang bisa ditanam untuk memperbaiki kualitas oksigen dengan menyerap gas CO2 terbagus dan daya simpan air yang bagus adalah pohon trembesi. 

Pohon trembesi dikenal sebagai pohon hujan atau pohon saman. Trembesi juga memiliki julukan unik di Jawa Barat, yaitu Ki Hujan karena sering meneteskan air dari tujuk-tajuk pohonnya.

Pohon trembesi yang bernama latin Samanea saman dapat tumbuh dengan tinggi, besar, kuat dan kokoh dengan maksimal bentangan trembesi dewasa mencapai 30 meter dan memiliki ketinggian hingga mencapai 20 meter dengan usia mencapai puluhan,  bahkan ratusan tahun. 


Trembesi tumbuh subur di daerah yang memiliki rata-rata curah hujan 600 hingga 3000 mm per tahun dengan ketinggian 0 hingga 300 meter di atas permukaan laut. 

Keistimewaaan lain dari pohon trembesi adalah kemampuannya dalam menghadapi cuaca ekstrem, yakni 2 hingga 4 bulan pada bulan kering dengan suhu suhu 20-38 derajat Celcius. Jangkauan daunnya lebat dan dapat menurunkan 3–4 derajat Celcius suhu udara di lingkungan sekitarnya.

Menurut penelitian, pohon trembesi pun mampu menyerap karbondioksida sebesar 28,5 juta ton per pohon setiap tahunnya.

Manfaat-manfaat inilah yang membuat trembesi dipilih untuk program penghijauan kembali oleh Mas Samsul dan teman-temannya yang bersinergi melalui Green Star Nusantara ini. 

Jika Sudah Cinta, Tak ada Alasan Diam Saja


Semuanya didasari oleh kecintaan terhadap lingkungan dan tanaman. Apabila ada tanaman yang tumbuh dan kering selalu ada rasa ingin (merawat dengan) menyiram supaya tumbuh. Hal ini diungkapkan oleh Erlin, salah satu relawan di Green Star Nusantara. Ia merasa sangat senang dapat bersinergi dalam upaya pelestarian lingkungan ini. 

Hal tersulit ketika memulai gerakan ini pertama kali adalah pada masalah bibit. Mas Samsul bercerita bahwa pertama kali ia membeli bibit trembesi lewat online  dari Jawa barat yang harganya cukup mahal, yaitu per kilo 200 ribuan termasuk ongkir. 

Pada akhirnya, Green Star Nusantara ingin membuat bibit sendiri dan sebisa mungkin melakukan kegiatan secara mandiri. Ruh membesarkan lembaga ini meniru spirit Suku Samin yang terkenal mandiri dan tidak bergantung.

Pendanaan Green Star Nusantara berasal dari iuran sukarela anggota dan produksi jamu serbuk dibuat dari rimpang-rimpangan SPT jahe merah, temulawak, kunyit, temu mangga dll. Hasil penjualannya digunakan untuk pendanaan kegiatan pengembangan. Melalui hal tersebut, kegiatan pelestarian lingkungan juga dibarengi dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 


Green Star Nusantara akan membantu warga atau siapa pun yang ingin merawat pohon dengan memberikan bibit secara gratis, tetapi yang terpenting harus memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya tersebut. 

Trembesi dan Harapan Baru Kokohnya Sinergi


Bagi Mas Samsul, Green Star Nusantara adalah sebuah sistem untuk upaya menghijaukan dunia kembali, mengatasi pemanasan global, oksigen yang memburuk, dan menyiapkan cadangan air bersih. Dengan makin banyaknya rumah atau apartemen yang dibangun, ruang terbuka pun kian berkurang yang berdampak pada menipisnya stok air di dalamnya karena tak mampu ditembus hujan.

Peran yang dilakukan Mas Samsul dan Green Star Nusantara sungguh amat menginspirasi. Kita semua pasti setuju dengan pernyataan yang disebutkan dalam  kata pengantar buku Bumiku Sehat Aku Gembira bahwa Bumi kita semakin tua, semakin memerlukan perawatan yang intensif agar tetap "ceria" dan sehat di masa tuanya. Obatilah Bumi, rawatlah ia dengan penuh kasih sayang.
Salah satu kebiasaan khas sebagian masyarakat Indonesia adalah menyantap makanan berat seperti nasi ketika sarapan. Ada yang memulai hari dengan sarapan nasi pecel, nasi uduk, nasi soto, nasi goreng, dan lain-lain. Bahkan ada yang mengatakan bahwa meskipun sudah sarapan dengan makan berbagai kudapan, tetapi belum makan nasi, maka hal itu belum disebut "makan".

Aktivitas makan pun bisa dilakukan di mana saja. Mau di rumah, ruangan kantor, atau studio apartemen yang kini makin populer, nasi tetap jadi primadona bagi orang Indonesia. Lebih-lebih ketika tren pemesanan makanan lewat aplikasi online makin meningkat.

Gerbang Dusun Kaotan, kampung yang menjadi sentra nasi boranan


Saat masih bekerja di sebuah perusahaan penerbitan, saya pun jadi ikut terbiasa makan nasi uduk sebagaimana rekan-rekan yang lain. Kebiasaan itu sempat berhenti ketika saya mendapatkan terapi dari dokter setelah diketahui ada kista yang bersarang di tubuh saya. Sempat menjalani terapi selama lima tahunan hingga sembuh, rupanya kebiasaan sarapan nasi kembali menjadi kebiasaan saya. Namun saya berusaha sebisa mungkin menambah menunya dengan sayur atau buah-buahan. 

Kesan pertama tidak menggoda

Ketika diajak hijrah oleh suami ke kota Lamongan tempat kelahirannya, terus terang saya tidak terlalu mengenal dengan baik segala hal yang berkaitan dengan kota ini. Mulai dari letak geografis, karakter masyarakatnya, budayanya, hingga kulinernya. Satu-satunya penghubung yang saya kenal hanya soto dan pecel lele yang warungnya bertebaran di Jabodetabek dan sering saya kunjungi. 

Terbayang dong betapa berat adaptasi, termasuk dengan cuacanya yang begitu hareudang, berbanding terbalik dengan Bogor yang adem dan punya berbagai alternatif wisata kuliner. Alhasil, Bumi bahkan sempat dirawat di rumah sakit sebagai salah satu proses adaptasi yang sangat berat terhadap cuaca. 

Akan tetapi, kami sekeluarga berusaha semaksimal mungkin menciptakan suasana nyaman dan happy dengan melakukan petualangan ke beberapa tempat yang menarik. Sebagai penggemar wisata kuliner, kami pun mencari-cari makanan khas yang bisa ditemukan sambil menjelajah berbagai sudut kota ini. 

Makanan yang kami cicipi dan langsung mendapat atensi saya adalah nasi boranan. Makanan ini saya temukan ketika saya penasaran karena menyaksikan lokasinya yang berada di sepanjang pedestrian sekitar alun-alun Lamongan. Para pedagang nasi boran yang duduk di atas dingklik (kursi kecil) berjejer diselingi tempat berupa tikar yang digelar sebagai tempat makan dan lesehan para pelanggan.

Sisi lain keunikan kuliner khas nasi boran, meski sebagian besar lapaknya berada di titik-titik keramaian kota Lamongan, tetapi hampir semua pedagangnya adalah warga suatu daerah yang bernama Kampung Kaotan. Daerah tersebut berada di wilayah sekitar Desa Made, Kecamatan Lamongan. Jarang sekali ditemukan pedagang nasi boran yang berasal dari warga luar kampung tersebut. 

Masing-masing pedagang nasi boran (selalu perempuan) memiliki sebuah boran, semacam bakul anyaman bambu berkaki empat sebagai tempat nasi. Boran tersebut bisa berisi nasi putih dan nasi jagung. Lauk pauknya berada di wadah terpisah, biasanya berupa panci atau kuali, berisi ikan bandeng, ikan kuthuk (gabus), ayam kampung, atau ikan sili. Ikan sili ini merupakan ikan endemik yang tidak diternakkan sehingga populasinya terbatas karena tidak setiap saat tersedia sehingga harganya cukup mahal. Ikan yang menjadi lauk utama nasi boran ini disiram oleh kuah berbumbu kental berwarna kuning kemerahan yang rasanya dominan pedas gurih. 

Lauk yang biasanya tersedia ketika makan antara lain urap sayur, empuk (gorengan berbumbu yang terbuat dari singkong dan terigu), sambal serubuk, sambal kemangi, ikan asin, dan rempeyek kacang atau teri. Biasanya ada pula pilihan nasinya, yaitu nasi putih biasa atau nasi jagung. Sama seperti nasi padang, saya lebih suka membungkus nasi boran untuk dimakan di rumah ketimbang makan di tempat, kecuali ketika menjamu atau menraktir tamu atau sahabat yang sedang berkunjung ke Lamongan. Nasi yang dibungkus lebih terasa maknyus karena bumbu boran sudah sedemikian bersatu padu dengan nasinya yang membuat rasanya lebih sedap. 

Kelezatan melegenda

Seporsi nasi booran selalu menggoda, apalagi sambalnya yang khas. (Foto: belalangcerewet.com)

Sebelum pandemi melanda, kota Lamongan sering mengadakan lomba nasi boranan. Lomba ini sering diadakan bersamaan dengan rangkaian acara ulang tahun Lamongan. Festival nasi boran termasuk acara yang ramai diikuti karena masyarakat dapat menikmati nasi yang rasanya pedas gurih ini secara gratis. Puluhan pedagang nasi boran akan menggelar lapaknya di sepanjang alun-alun hingga pendopo kantor bupati. 

Nah, biasanya para pemenang lomba ini akan semakin banyak memiliki pelanggan dan menarik hati warga yang penasaran serta ingin mencicipi kelezatan rasanya. Akan tetapi, terlepas dari juara atau bukan, kami memiliki beberapa tempat favorit penjual nasi boran. 
  1. Warung nasi boran pojok alun-alun
  2. Warung nasi boran turunan jembatan Made
  3. Warung nasi boran pos telon Made
  4. Warung nasi boran Mbah pasar Made. 

Wah, sepertinya Anda akan merasa sedikit kesulitan menemukan lapak tersebut jika tanpa tour guide. Maklum, mereka memang rata-rata tidak memasang tanda pengenal di lapaknya. Oleh karena itu, mungkin akan lebih baik kita ketemuan dulu dan nanti makan nasi boran sama-sama. Bagaimana? Setuju? Hahahaha ....
Apa sih yang terlintas dalam pikiran ketika ada yang menyebut tentang "theater of mind" dan kekuatannya dalam menghasilkan suatu karya, termasuk tulisan? Entah mengapa ketika ada yang menyebut frasa tersebut, saya lalu teringat pula pada kalimat yang populer di Facebook, yaitu "What is in your mind?"

Media sosial ini memang seolah-olah bagaikan teman akrab yang selalu siap untuk menjadi pendengar yang baik ketika kita punya sesuatu untuk dibagi, bahkan rahasia terdalam sekalipun. Tak heran jika ada Facebook milik seseorang yang isi tulisannya curhat melulu. 

Kata-kata "theater of mind" ini bagi saya memang sangat intimidatif dan seolah menjadi penguat bahwa mind (otak) merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang memiliki kekuatan luar biasa. 

Menulis itu membebaskan

Pertanyaan saya yang sudah lama terpendam ini seperti mendapat afirmasi ketika akhirnya saya mengikuti Live Instagram tentang Asyiknya Nulis yang Asyik bersama Kang Maman. Sungguh, banyak wawasan dan hal-hal baru yang bisa saya petik setelah ikut acara yang berlangsung pada Jumat, 8 Oktober 2021 ini. Oh ya, jika ingin mengetahui keseruannya, Sahabat Xibianglala juga masih bisa mengikutinya melalui Instagram @jnewsonline

Kang Maman atau Maman Suherman adalah seorang tokoh pegiat literasi sekaligus penulis buku prolifik. Tulisan-tulisannya sangat inspiratif dan mudah untuk dipahami semua kalangan. Hal-hal semacam ini tentu memunculkan pertanyaan, "Kok bisa sih? Kiat-kiat apa saja yang dimiliki Kang Maman sehingga bisa melahirkan karya yang cukup produktif seperti itu?" Bahkan pandemi pun tak menyurutkan produktivitas menulisnya. Terbukti Kang Maman masih bisa melahirkan banyak buku, termasuk buku "Bahagia Bersama" hasil kolaborasinya dengan Mice dan JNE. Wow! Saya akan tuliskan ulasan bukunya pada postingan tersendiri.

Di sela-sela mengikuti acara tersebut, terselip rasa kagum dan salut pada Kang Maman yang meskipun kini telah memiliki cucu dan aktivitas menulis, tetapi beliau tetap mengobarkan semangat besar dalam dunia literasi di Indonesia. Kegiatannya tersebut sering beliau bagikan dalam unggahannya di Twitter. Kita pun bisa melihat kiprahnya tersebut yang beberapa kali bekerja sama dengan JNE melalui jnewsonline

 
Pada, acara Live Instagram tentang Asyiknya Nulis yang Asyik ini, Kang Maman membagikan pengalaman dan rahasia menulis yang sudah dijalaninya selama ini. Sebagian besar yang disampaikan Kang Maman memang tidak bersifat teknis karena Kang Maman melihat bahwa peserta live IG ini adalah para penulis, wartawan, dan blogger yang tentu sudah akrab dengan dunia tulis-menulis. Dalam forum seperti ini, Kang Maman sungguh berharap bahwa para peserta seolah membawa gelas kosong yang siap diisi sehingga apa pun yang disampaikannya akan tertampung. Namun jika para peserta sudah membawa gelas yang sudah penuh, maka hal-hal yang akan disampaikan akan tumpah dan mungkin akan sia-sia. 

Bagi saya, hal ini merupakan sebuah pelajaran mengenai kerendahhatian bagi seorang penulis. Setiap penulis hendaknya bisa mengambil buah hikmah dari setiap momen, bahkan mungkin pengalaman yang bisa dikesankan atau dinilai remeh oleh sebagian orang yang lain. 

Mengabadikan pengalaman

Kang Maman menceritakan bahwa sering kali buah tulisannya adalah hasil dari pengalaman pribadinya. Sebuah pengalaman ketika perahunya terbalik ketika kunjungan ke sebuah daerah di Makassar (Sulawesi), pengalaman ketika penelitian untuk skripsinya tentang seorang perempuan seks komersial (PSK) bernama Re, pengalaman ketika ibunya wafat, dan lain sebagainya, semua itu bisa menjadi sebuah tulisan yang genuine dan mendapat apresiasi, bahkan kritik. Ia menerima semua reaksi dari tulisannya karena itu merupakan konsekuensi dari beragamnya pandangan orang lain. 

Menurut saya, Kang Maman melihat semua apresiasi, termasuk kritik tersebut sebagai sebuah "anugerah" karena justru dengan respon semacam itu ia bisa melihat sudut pandang yang lain, bahkan mungkin menjadi ide baru bagi tulisan-tulisan berikutnya. Tentu saja kita tidak mungkin mengharapkan hanya menerima pendapat yang setuju atau sejalan dengan pemikiran kita karena setiap orang memiliki jalan pikirannya masing-masing. 

Saya rasa mungkin tak sedikit orang yang merasa tertegun, shocked, atau ikut terhanyut karena relate dengan pengalaman beliau yang tergambar dari tulisan-tulisan Kang Maman. Tulisan yang merupakan pengalaman pribadi memang bisa menjadi tulisan yang memiliki kekuatan karena ditulis dengan penghayatan dan sepenuh hati. 

Kang Maman menceritakan bahwa dengan membuat sebuah "theater of mind", maka pengalaman-pengalaman tersebut seolah memanggil dan ia menuliskannya demi "mengabadikan sesuatu". Melalui tulisan pula, seorang penulis menjadi "voice of the voiceless" atau suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara. 

Content is the king

Pada zaman di mana media sosial begitu luas cakupannya, maka kita memang sudah tidak perlu lagi mementingkan media tulisan yang berbentuk cetak atau digital karena "konten adalah raja". Kang Maman membuktikannya dengan cuitan-cuitannya yang sering diunggah di Twitter. 

Begitu banyak dan beragam reaksi netizen yang didapat dari tulisannya. Bahkan netizen pun sering ikut terpancing untuk menjawab di kolom komentar tentang pengalaman pribadi mereka, contohnya pengalaman mereka tentang ibu. Fenomena ini memperlihatkan bahwa banyak hal yang bisa diangkat untuk menjadi ide sebuah tulisan. 

Membaca adalah modal utama seorang penulis.


Meski demikian, ada rambu-rambu berupa 5R yang disampaikan Kang Maman sebagai penulis, yaitu Read (membaca), Research (penelitian), Reliable (ketepatan), Reflecting (merefleksikan), dan Right (benar). Seorang penulis haruslah gemar membaca, rakus bacaan apa pun termasuk konten digital di media sosial. Untuk menghasilkan tulisan yang bermutu, ia harus sudi melakukan riset sekecil apa pun, bahkan sesderhana jajak pendapat di akun medsosnya.

Penulis juga mesti menampilkan setiap data dengan valid, mulai dari ketepatan penulisan nama orang hingga pendapat narasumber yang tak boleh ditambah atau dikurangi. Agar tulisannya menarik, ia harus piawai memilih sudut pandang untuk mendekati pembaca dengan nyaman. Tidak mudah menghakimi hanya karena perbedaan perspektif. Terakhir, ia harus pastikan bahwa yang ia tulis adalah benar. Benar menurut keyakinan pribadi, kaidah umum, atau benar menurut kepentingan politik--semua harus jelas.  

Banyak mutiara berharga yang bisa ditemukan dari acara ini, tentunya hal ini kembali pada pengalaman dan pemahaman pribadi para peserta itu sendiri. Saya termasuk yang merasa sangat beruntung dan berterima kasih pada Kang Maman yang telah memberi wawasan baru. 

Setiap tulisan punya kekuatan

Ketika saya membaca buku Re untuk pertama kali, saya memang belum terlalu mengenal Kang Maman (ya, saya akui bahwa saya memang kudet, hehehe). Tapi buku itu jelas membuat saya tertohok dan merasa speechless karena hanya orang yang nekat (berani) terjun ke dunia malam seperti itu. Kang Maman sudah berani membuka sebuah kenyataan bahwa perdagangan manusia itu ada dan masih berlangsung hingga saat ini, detik ini. 

Pada akhirnya, setiap penulis memang memiliki cara mereka sendiri dalam memotret kenyataan di sekelilingnya. Namun, theater of mind itu bisa menuntun sebuah pandangan seseorang. Tak jarang sebuah tulisan juga bisa membuat perubahan sedikit demi sedikit, bahkan menginspirasi untuk mengubah sesuatu yang telah berurat dan berakar. 

Menulislah dengan jujur

Oh ya, satu hal lagi yang tidak mungkin saya lupakan dari acara live IG Kang Maman ini, yaitu ketika Kang Maman menjawab pertanyaan seorang blogger yang menamakan dirinya Belalang Cerewet. Entah kenapa Kang Maman pun menyebut Rumi ketika mengiringi jawabannya saat itu. Bukan sebuah kebetulan dan mungkin ini pun merupakan kekuatan sebuah pikiran. 

Saya penasaran, kira-kira apa yang ada dalam theater of mind Kang Maman jika mengetahui bahwa Rumi dan Belalang Cerewet itu merupakan ayah dan anak? Mungkinkah itu bisa menjadi ide bagi saya untuk menjadikannya sebuah tulisan? Tentu saja bisa. Saya pun tidak berhenti tersenyum setelah acara tersebut berakhir. Impressive pokokna mah! (bukan bahasa Jaksel).